Tawuran Terus Berulang, Potret Buram Output Pendidikan Kapitalis-Sekuler



Oleh : Hasna Hanan

Seorang pelajar terluka parah usai terkena sabetan senjata tajam dalam aksi tawuran di wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.

Dalam video yang beredar di medi sosial, terlihat satu pemuda yang menggunakan batik berwarna kuning hitam tergeletak di atas tanah. Korban pun meringis kesakitan karena banyak darah yang berlumuran di sekujur tubuh.Peristiwa itu dibenarkan Kapolsek Teluknaga AKP Zuhri Mustofa. Ia mengatakan aksi tawuran tersebut terjadi pada Sabtu, 22 Juli 2023, pukul 16.00 WIB.(Tangerangnews.com)

Sementara itu di Bogor, dalam linimasa  Beritasatu.com – Sebannyak 20 pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/7/2023). Para pelajar ini sebelumnya diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam.

Dilokasi yang lain, dua kelompok remaja terlibat tawuran di Jalan Suci, Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur pada Minggu (12/2/2023) dini hari. Satu orang meninggal dunia dalam tawuran tersebut.

RG (20) tewas karena luka berat akibat senjata tajam dalam aksi tawuran antara kelompok yang diikutinya berjuluk Trops dengan kelompok musuh bernama Chober, salah satu kelompok sebelum melakukan aksinya yaitu trops, korban yang berjumlah 12 orang sempat menenggak minimum keras (miras) jenis Intisari dengan dalih meningkatkan nyali saat tawuran. 

Beginilah potret output remaja kita yang masih sering melakukan tawuran, seakan problem tersebut  sudah menjadi budaya di Indonesia yang terus diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Pasalnya sudah puluhan tahun lamanya kasus tawuran seolah tidak pernah padam. Dari hari ke hari beritanya terus saja muncul di berbagai media massa. Tak peduli puasa ataupun hari raya, tak peduli dalam kondisi wabah pandemi tawuran tetap saja terjadi. Meski tubuh rawan terluka, nama baik dan masa depan dipertaruhkan karena bisa saja tertangkap polisi dan masuk bui. Resiko terbesar adalah kehilangan nyawa namun tidak juga membuat jera meski telah banyak korban yang berjatuhan. 

Mengamati tawuran yang terjadi setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja, yang pertama faktor Internal : Sebagai remaja yang tidak terlepas dari aspek psikologi yang melingkupi kehidupan remaja. Dan faktor eksternal, yaitu faktor dari luar remaja yang berupa kondisi lingkungan sosial sekitar remaja. (A.Said Hasan Basri,UIN Sunan Kalijogo).

Secara umum  remaja mereka cenderung mengalami perkembangan emosi psikologi tingkat tinggi, mudah menunjukan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya cenderung negatif, temperamental (mudah tersinggung, marah), agresif. Pada sebuah penelitianpun di sebutkan, dikalangan remaja yang lebih banyak menghabiskan waktunya berjam jam di internet berdampak pada kesulitan mengatur emosi dimasa sebelumnya. Selain itu pada masa perkembangan remaja terdapat masa mencari identitas diri, remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem " siapa dirinya", mereka mulai mencari idola idola dalam hidupnya yang akan dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan.

Tawuran adalah salah satu masalah remaja yang sudah lama menggelayuti negeri ini namun sampai detik ini tidak terlihat usaha serius dari pemerintah untuk memadamkan problem ini.

Pendidikan sekuler kapitalisme biangnya marak tawuran

Terus berulangnya kasus tawuran menunjukkan bahwa sistem sekuler yang memisahkan kehidupan dengan agama telah melahirkan kebebasan tanpa batas yang dapat mendorong manusia untuk melakukan segala sesuatu sekehendak hatinya. Tak ada rasa tanggung jawab dan takut akan akibat dari melakukan perbuatan-perbuatan tercela tersebut. Seharusnya mereka diusianya sedang bersinar layaknya permata yang menjadi kebanggaan bangsa. Namun betapa banyak remaja harapan bangsa yang menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna bahkan bisa merusak nama baik dan masa depannya.

Tatanan kehidupan yang jauh dari agama menempatkan keberhasilan intelektual sebagai keutamaan dan Pendidikan agama hanyalah sebagai pendamping saja, bukan merupakan dasar dalam pendidikan baik dilingkungan keluarga maupun di dalam intitusi pendidikan, sehingga muncul generasi yang memiliki fisik matang namun jauh dari ketakwaan, kebingungan akan identitas diri bahkan kehilangan jati dirinya. Hal inilah yang mendorong mereka mencari sesuatu atau melakukan sesuatu hal sebagai perwujudan eksistensi diri tanpa tahu atau perduli bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa.

Miris mereka yang akan kelak menjadi cikal bakal penerus peradaban gemilang terjerat kejahatan kehidupan sekuler yang meracuni pemikiran, serta terbius life style budaya barat yang mengeluarkan mereka kembali kepada fitrah jati dirinya sebagai muslim

Islam pencetak generasi peradaban gemilang 

Islam sebuah sistem kehidupan menempatkan setiap individu menjadi insan yang bertaqwa, terikat dengan aturan sang Kholiq dalam setiap amal perbuatannya, menjadikan mereka seorang muslim yang berkepribadian Islam. Oleh karenanya sistem pendidikan Islam  meletakkan Agama sebagai ajaran fundamental dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan Negara yang menggunakan sistem Islam. Penanaman akidah sejak dini sebagai hamba Allah dilakukan untuk membangkitkan kesadaran dalam dirinya bahwa sepanjang hidupnya akan terikat dengan syariat yang menjadikannya bertakwa dan memiliki rasa takut kepada Allah yang dapat membentengi diri dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. 
Sehingga pendidikan dalam Islam merupakan usaha nyata dan terstruktur secara sistematis. Mencetak generasi menguasai pemikiran Islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi dan memiliki keterampilan yang tepat guna atau berdaya guna.

Sayangnya hari ini Islam hanya dianggap sebagai agama ritual saja sehingga aturannya tidak berdampak apa-apa pada kehidupan nyata. Hal ini terjadi karena Islam tidak lagi diemban dalam institusi Negara. Sebab aturan Islam hanya bisa diterapkan dalam kehidupan jika Islam dijadikan mabda dalam sebuah negara. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dan Khalifah selanjutnya dengan menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber hukumnya.
Mengembalikan kehidupan Islam dan kesadaran kaum muslimin tentang problem kehidupan solusinya hanya pada Islam menjadi urgensitas dalam masalah generasi saat ini termasuk didalamnya yang marak terjadi problem tawuran yang terus berulang.

Wallahu a'lam bisshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak