Tawuran Remaja Kian Marak, Buah Sistem Yang Rusak





Oleh: Tri S, S.Si 


Sebanyak 20 pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/7/2023). Para pelajar ini sebelumnya diamankan karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Para remaja yang rata-rata baru saja masuk di bangku kelas 1 sekolah menengah atas (SMA) ini, menangis bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di depan kantor Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tak hanya para pelajar, orang tua pun turut menangis hari itu melihat anaknya bebas dari kurungan yang tak lebih dari 1x24 jam. Sebelumnya, pelajar ini diamankan polisi saat hendak tawuran bersama kelompok pelajar lainnya pada Sabtu dini hari (22/7/2023). Di depan orang tua mereka, remaja ini meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi di kemudian hari. Sejumlah orang tua yang dihadirkan inipun mengaku kaget setelah mendapatkan panggilan ke kantor polisi. Total pelajar yang diamankan oleh polisi saat itu berjumlah 20 orang. Sebanyak 15 orang di antaranya dikembalikan ke orang tua setelah membuat surat pernyataan. Selebihnya masih harus menjalani pemeriksaan karena kedapatan membawa senjata tajam (sajam). (Beritasatu.com, 23/07/2023).


Kejadian diatas merupakan kondisi yang memprihatinkan, ketika remaja yang seharusnya sibuk dengan aktivitas mencari ilmu untuk bekal hidupnya malah sebaliknya bekal hidup yang diambil adalah budaya kekerasan yang mengorbankan nyawa. Masalah tawuran pelajar satu diantara masalah remaja yang menggelayuti bumi pertiwi tapi seolah tak ada yang peduli dalam mencari solusi. Bila dicermati secara teliti ada beberapa aspek penyebab  maraknya aksi tawuran remaja diantaranya kurangnya kontroling keluarga, masyarakat, dan Negara dalam membina remaja saat ini. Untuk kasus tawuran remaja ini, kontroling keluarga yang merupakan benteng pertahan kebrutalan remaja mulai hilang karena banyak remaja hidup tanpa pengasuhan ibunya. Karena banyak dari ibu-ibu rumah tangga yang menjadi TKW. Selanjutnya hilangnya kontroling dari masyarakat karena tatanan kemasyarakatan kita saat ini sudah individualistik hingga tak peduli dengan orang lain. Kontroling Negara hampir nyaris tak ada langkah kongkrit ketika banyak nyawa muda melayang di jalanan  akibat tawuran pemerintah seolah tak peduli.


Saat ini kita masih menghadapi fenomena pendidikan sekuler dimana pendidikan kita cenderung mengesampingkan aspek pendidikan akhlak bagi pelajar. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan kita lebih mengacu pada aspek materialistis, yakni bagaimana agar seorang pelajar dapat meraih nilai tertinggi sebagai tolak ukur keberhasilan, bukan berdasarkan penanaman akhlak, moral atau pemahaman materi yang ia miliki untuk perubahan di masa depan. Selain itu krisis identitas diri pelajar dengan adanya pergaulan bebas mudah ikut-ikutan menjadi sebuah hal yang lumrah dilakukan. Mengapa? hal ini tentu Disebabkan Karena sistem pendidikan saat ini bukanlah merupakan sistem yang menjadikan akhlak sebagai hal utama yang harus dicapai oleh kalangan pelajar. Akibatnya karena mengalami kemerosotan dalam berfikir ini menjadikan pelajar yang bebas melakukan suatu tindakan yang dapat merusak masa depan seperti tawuran.


Indonesia adalah Negara dengan mayoritas penduduk muslim tapi sayangnya Islam hanya dianggap sebagai agama ritual semata hingga tak berdampak dalam kehidupan nyata. Padahal Islam adalah agama yang mempunyai aturan dalam segala aspek tak terkecuali masalah tawuran ini. Kalau kembali kepada penyebab tawuran dengan hilangnya control keluarga, masyarakat, dan Negara dalam membina remaja. Maka Islam bisa mengembalikan control keluarga, masyarakat dan Negara. Dalam control keluarga Islam mewajibkan tugas seorang ibu sebagai ummu warrabatul bait yang mengurusi, mendidik, dan membina anaknya. Lalu masyarakat pun diwajibkan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sebagi bentuk kepedulian persaudaraan muslim lalu Negara dalan Islam yakni daulah khilafah wajib melindungi nyawa para remaja dengan menjaga dan menstabilkan kondisi Negara.


Dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah bukan hanya penyelamat nyawa remaja atau menghentikan aksi tawuran saja tapi yang paling penting adanya rahmat lil alamin dan keselamatan dunia akhirat seperti yang dijaminkan Allah SWT. Tidak seperti sekarang nyawa remaja melayang akibat tawuran di dunia tak nyaman akhirat pun tak aman karena tak menerapkan syariat Islam. Remaja saat ini adalah estafet kepemimpinan bangsa, bisa dibayangkan kalau 20 tahun ke depan negeri ini dipimpin oleh pemimpin tawuran maka Negara ini akan menjadi Negara barbar yang penuh budaya kekerasan. Sudah seharusnya kita selamatkan generasi muda dengan ketaatan kepada Allah SWt dengan melaksanakan syariat Islam dalam bingkai daulah khilafah yang menjamin keselamatan dunia akhirat untuk alam semesta. Tentu hal ini menjadi opini umum lingkup masyarakat karena tidak adanya kesadaran bahwa memang harus ada sebuah perubahan yang konkrit pada sebuah pendidikan, sedangkan pendidikan Islam adalah suatu usaha yang dilakukan dan persiapan yang diberikan kepada seseorang dan kelompok secara sistematis dalam membantu dan membina pendidikan supaya berkepribadian yang luhur, berakhlak mulia, baik antara manusia dengan lingkungan, terlebih lagi antara manusia dengan penciptanya (Allah SWT). Sudah saatnya kita merujuk kepada sistem pendidikan Islam yang telah terbukti mampu mendidik kaum muslimin tidak hanya dari segi keilmuan, namun juga degan keimanan yang tinggi pada Allah. Keimanan inilah yang sejatinya mengkondisikan masyarakat kita untuk tidak melakukan kemaksiatan dan senantiasa ta’at kepada Allah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak