Oleh Maya Rohmah
Pegiat Literasi
Rasa tertarik kepada lawan jenis adalah hal yang fitrah pada manusia. Namun, ketertarikan pada lawan jenis dan perbuatan-perbuatan yang menyertainya tentu hanya boleh diekspresikan di dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah. Di luar itu, tidak diizinkan seorang laki-laki dan perempuan bukan mahramnya untuk berhubungan secara pribadi hingga menjurus pada kedekatan fisik.
Tindak perzinaan yang diduga dilakukan oleh seorang anak perempuan (13) siswi kelas VII di sebuah SMP, dengan pacarnya (15) membuat kita mengelus dada, karena peristiwa semacam itu tidak hanya satu atau dua tetapi banyak sekali.
Sebuah fakta mengerikan tengah terjadi di masyarakat, yaitu betapa banyaknya perzinaan yang dilakukan oleh para remaja. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, “Semakin ke sini para remaja melakukan hubungan seks semakin dini. Ada sekitar 5,4% remaja putri usia 15 tahun pernah berhubungan seks, dan sampai dengan umur 18 tahun, sebanyak 11,8% pernah berhubungan seks. Sedangkan pada remaja laki-laki angkanya lebih tinggi lagi." (yogya.bkkbn.go.id/23/3/2023)
Penyebab Perzinaan di Kalangan Remaja
Ada banyak faktor penyebab yang membuat kasus perzinaan cukup tinggi di kalangan remaja. Faktor tersebut diantaranya:
Pertama, sudah balig tapi belum akil. Artinya, para remaja itu mengalami tanda-tanda pubertas pada usia yang makin muda (balig), namun mereka belum matang secara akal (akil).
Kedua, abainya keluarga terhadap anak. Keberadaan orang tua khususnya seorang ibu di rumah dianggap sama seperti tidak adanya, saking abainya dia terhadap perannya sebagai pendidik bagi anak. Akibatnya, anak "hidup sendiri" dan berkutat dengan gawainya.
Ketiga, sekulernya kehidupan masyarakat. Seiring makin sekulernya sistem kehidupan, masyarakat juga makin tidak peduli terhadap kerusakan di sekitar. Misalnya, remaja tidak menutup aurat, remaja berpacaran hingga melakukan pergaulan bebas, mereka seolah menutup mata, dan ini dianggap seolah hal yang lumrah.
Keempat, konten media yang merusak. Aneka konten media yang mengundang syahwat tersebar di mana-mana sehingga pikiran anak yang awalnya bersih menjadi teracuni, bahkan sampai kecanduan pornografi. Di sisi lain, orang tua kurang melek dengan perkembangan media sehingga tidak dapat mendeteksi secara dini keanehan pada anaknya. Akhirnya, orang tua pada kasus di awal tulisan ini, menganggap anaknya baik-baik saja, padahal sudah rutin berhubungan seks dengan pacarnya.
Tips Agar Remaja Terhindar dari Pergaulan Bebas
Berikut adalah tips yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anak terhindar dari pergaulan bebas, utamanya pornografi-pornoaksi:
Pertama, kuatkan akidah anak. Caranya, ajak anak berpikir tentang tujuan Allah Swt. menciptakan dia dan seluruh manusia, tentang potensi hidupnya, tentang pergaulan di dalam Islam bagaimana seharusnya, dan sebagainya.
Kedua, ajak anak berpikir tentang masa depannya, tentang cita-citanya, dan bagaimana langkah-langkahnya dalam meraih target-target tersebut. Di sini orang tua bisa mengarahkan ketika pikirannya tentang masa depan kurang selaras dengan Islam.
Ketiga, penuhi tangki cinta anak. Tangki cinta ini bisa dipenuhi oleh orang tuanya, saudaranya dan keluarga besar. Ini adalah salah satu bentuk penyaluran naluri kasih sayang (gharizah nau) sehingga diharapkan naluri kasih sayang pada lawan jenis bisa dihambat pada usia yang belum matang. Pada umumnya, remaja yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtuanya, akan mencari perhatian di luar yang mirisnya hal itu didapat dari lawan jenis. Ketika budaya pacaran dianggap wajar, seks bebas banyak dilakukan.
Keempat, orang tua intens berkomunikasi dengan anak secara hangat. Dengan begini, anak akan terbuka dalam mengungkapkan segala sesuatunya kepada orang tua termasuk ketika dia merasakan perasaan suka terhadap lawan jenis, atau ketika dia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, dan lain sebagainya.
Kelima, negara menerapkan aturan Islam. Berbagai fenomena pergaulan bebas pada remaja akan sulit diatasi jika negara tidak turun tangan. Butuh sebuah aturan yang komprehensif untuk menuntaskan persoalan ini. Sebuah aturan yang bisa menggantikan sistem kapitalisme, yaitu kembali kepada aturan Islam.
Kesimpulannya, tanpa penerapan sistem Islam yang kafah, pergaulan bebas pada remaja tidak akan bisa diselesaikan secara tuntas. Oleh karenanya, mari beralih ke sistem yang sahih, yaitu sistem Islam secara kafah.