Oleh Ima Khusi
Pegiat Literasi
Makin rusak saja generasi muda saat ini, hampir tiap jam, menit hingga detik kita pasti akan selalu menemukan berita tentang kenakalan remaja, dari narkoba, tawuran, bullying, hingga pergaulan bebas.
Baru-baru ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan remaja 14-15 tahun dengan jumlah 20 persen anak dan 16-17 tahun yang mencapai 60 persen, mayoritas sudah berhubungan seksual. Angka ini dinilai berdampak karena tingginya kasus pencabulan, pernikahan dini hingga kasus penjualan atau pembuangan bayi. (Batampos.co.id, 6/8/2023)
Sungguh miris sekali, padahal mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim, di mana nilai-nilai agama dan moral begitu dijunjung tinggi. Lantas kenapa hal ini bisa terjadi?
Memang tidak bisa dimungkiri maraknya kasus-kasus kenakalan remaja ini tak lepas dari gaya hidup mereka yang saat ini terlalu liberal dan hedon. Tak terbatas pergaulan dan dunia persosmedan membuat mereka makin tak terarah dan tak terkendali.
Tak ada lagi kegemaran untuk meningkatkan prestasi dibidang akademik atau di bidang-bidang yang lebih bermanfaat. Karena tujuan hidup mereka hanyalah bagaimana caranya membahagiakan diri meski dengan jalan salah.
Hal ini bisa kita lihat bagaimana aktivitas pacaran yang dulu begitu tabu untuk dilakukan, saat ini justru menjadi hal yang biasa dan lumrah. Bahkan jika ada remaja yang masih belum pacaran, ini akan dianggap ketinggalan dan tidak gaul.
Ditambah lagi gaya pacaran mereka yang kelewat batas menyebabkan para remaja ini akhirnya tak sungkan untuk melakukan hubungan seks. Tanpa memikirkan resiko apalagi masa depan mereka.
Mirisnya lagi, pelaku dari perbuatan pacaran dan seks bebas ini makin tahun justru makin muda usianya. Hal ini jelas sekali bahwa tanda kerusakan perilaku sudah sangat parah, dan sumber dari kerusakan ini adalah karena rusaknya asas kehidupan.
Kerusakan remaja ini juga tak lepas dari negara yang menerapkan sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Dan hal ini menjadi bagian penting dari segala kerusakan ini. Pendidikan seks dan reproduksi yang ditawarkan sebagai solusi pun nyatanya hanya makin menambah parah persoalan, karena lahir dari paradigma Barat yang jelas bertentangan dengan Islam. Sehingga para remaja ini bukannya tambah paham tentang bahaya seks bebas mereka justru makin penasaran.
Padahal Islam sebagai agama mayoritas di negeri ini sudah memberikan solusi terbaik dari setiap persoalan terutama masalah remaja ini. Karena Islam mempunyai benteng kokoh dalam menangkal perilaku rusak dengan menanamkan akidah sejak dini.
Islam menjadikan akidah Islam sebagai landasan kehidupan, yang memancarkan tata aturan kehidupan yang terpancar darinya. Sehingga bagi mereka yang ingin melakukan perbuatan maksiat akan berpikir seribu kali, dan akan menimbangnya dari kacamata syariat, apakah Allah rida atau tidak.
Dengan Islam ketakwaanindividu akan terbentuk, serta akan membentuk perilaku baik secara otomatis tanpa harus diprogram. Sehingga ini menjadi bagian penting untuk mencegah setiap remaja berbuat maksiat.
Begitupun dengan kondisi masyarakat yang akan menjadi kontrol dalam mengawasi setiap perilaku menyimpang yang terjadi di tengah-tengah umat, mereka akan selalu menjadi kamera pengawas dalam setiap perbuatan baik hal itu dilakukan oleh individu ataupun kelompok.
Hal inilah yang akhirnya dapat menjadi tameng dan penjaga terkuat bagi seluruh umat khususnya para remaja dalam melakukan setiap aktivitasnya.Tentunya semua ini dibutuhkan negara yang menerapkan mabda Islam dalam kehidupan, yang akan menjaga kemuliaan generasi dan peradaban.
Wallahua'lam biashawab