Realita Pemuda dan Makna Kemerdekaan



Oleh: Rahmawati, S. Pd 
(Tenaga pendidik dan pemerhati generasi)



Menjadi pemberitaan harian bahwa kondisi generasi hari ini, semakin hari semakin menjadi. Problem generasi seperti tawuran pelajar, bullying, korupsi, narkotika, pergaulan bebas, judi, pelecehan seksual, pembunuhan, multilasi, dan kekerasan lainnya silih berganti mewarnai kehidupan keseharian generasi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa generasi sedang mengalami degradasi moral, yaitu perilaku amoral. Degradasi yang berarti kemunduran, kemerosotan atau penurunan dalam hal moral/budi pekerti.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Reckitt Benckiser Indonesia bahwa banyak remaja yang telah melakukan seks bebas diluar pernikahan, remaja korban narkoba mencapai 1,1 juta kasus, tawuran yang sangat marak hingga korban berjatuhan, bahkan perlawanan dan penganiayaan terhadap guru menjadi catatan hitam generasi saat ini.

Tingginya masalah kesehatan mental di kalangan remaja di Indonesia juga menjadi perhatian, karena gangguan mental pada anak menghasilkan emosi yang tidak stabil bahkan berujung pada bunuh diri dikalangan remaja. Angka bunuh diri pada remaja cenderung terjadi peningkatan. Ini adalah dampak buruk dari ketidak siapan generasi dalam gempuran kemajuan teknologi dan informasi, yaitu memberi tekanan kejiwaan kepada remaja. Dampak selanjutnya adalah remaja sulit menemukan semengat untuk berangkat sekolah atau melanjutkan hidupnya.

Kondisi ini dikarenakan diterapkannya sistem sekuler atau kapitalis dalam sebuah negara. Sistem kehidupan yang memisahkan antara peraturan agama dan kehidupan. Yang dalam bersikap seseorang mengindahkan adanya konrol dari Tuhan. Tuhan hanya berada di tempat-tempat ibadahnya saja, sementara dalam kehidupan mereka mengagungkan kebebasan individu dalam bertindak dan berperilaku yang dijamin dalam bentuk Hak Asasi Manusia (HAM).

Dari sinilah bermunculan perilaku bebas dalam melakukan berbagai tindakan. Tindakan yang mereka inginkan tanpa terikat dengan standar benar salah, baik buruk, terpuji dan tidak terpuji. Akhirnya generasi memilih aktivitas yang ringan, menyenangkan, suka-suka dan tidak memikirkan sebab akibat dari semua kesenangan yang mereka lakukan. Terjerumus ke dunia gelap menjadi pilihan yang disadari bagi mereka. Rela mengorbankan masa depannya demi kesenangan atas dasar kebebasan. Akhirnya terciptalah kekacauan dan kerusakan diberbagai lini kehidupan.

Sedangkan Islam adalah agama yang berbeda. Agama yang sekaligus sebagai sistem kehidupan yang sempurna. Sistem yang mengatur antara agama dan kehidupan manusia harus menyatu/integral. Apa yang ada dalam ajaran agama, akan diaplikasikan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mengajarkan bahwa setiap manusia harus merasa diawasi oleh Allah SWT dan malaikat-malaikatnya agar manusia memiliki keterikatan terhadap dirinya agar tetap berada dalam koridor yang benar, baik dan terpuji. Islam memberi motivasi yang besar bagi pemuda dan penuntut ilmu. Motivasi akan ganjaran yang besar agar pemuda bersemangat dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Memiliki cita-cita yang kuat dan berpengaruh.

Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam tidak bisa disebut Indonesia adalah negara Islam, karena Indonesia bukanlah negara yang menjadikan syariat Islam sebagai aturan hidup dalam keseharian. Umat Islam hanya menjadi simbol dan kehidupan masyarakat masih sekuler (peraturan hidup buatan manusia). Beragama namun enggan hidup diatur oleh agama. Bahkan agama berusaha diminimalisir dan distigma negatip dengan isu terorisme, radikalisme, bahkan ektrimisme untuk tetap melanggengkan sistem sekulerisme/kapitalisme yang telah banyak menyumbangkan kerusakan.

Akhirnya sekulerisme menjauhkan Islam dari pemuda. Sekulerisme hanya menciptakan sumber kerusakan-kerusakan moral akibat kebebasan berpikir. Sementra Islam mengajak pemuda untuk cinta agama dan mengembalikan fitrahnya sebagai hamba Allah SWT yang bersifat terbatas.Islam mengarahkan generasi muda sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Islam banyak memberikan contoh dan motivasi pada sosok-sosok popular yang berpengaruh, seperti Rasulullah SAW sendiri sebagai uswatun hasanah sepanjang masa, para sahabat dan para pejuang-pejuang pembela Islam.

Telah dituangkan dalam Sejarah kemerdekaan Indonesia bahwa sosok pejuangnya adalah dominasi kaum muda. Yang memiliki semangat tertinggi untuk mengeluarkan Indonesia dari penderitaan penjajahan. Sebut saja seperti Jendral Sudirman, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro,  Pangeran Antasari, Ki Hajar Dewantara ataupun RA. Kartini yang lantang mengusir penjajah dan mengelurkan rakyat Indonesia dari ketertindasan. Maka perjuangan mereka harus dilanjutkan oleh generasi muda pemegang estafet perjuangan. Kemerdekaan bermakna terbebasnya manusia dari kerusakan dan tertunjukinya manusia pada kebenaran. Terbebas dari belenggu kemaksiatan.

Jika generasi menyadari dan terarah, bahwa masa muda adalah masa terbaik, tentu pemuda tidak akan lalai terhadap perannya dalam mengisi harinya. Masa yang tidak lemah karena usia masih kecil atau usia telah tua. Jenjang Pendidikan adalah tempat untuk menemukan jati diri dan mengelola emosi generasi agar matang dan menyalurkan potensinya pada hal yang positip. Yang telah berakal dalam menentukan benar salah, baik buruk, terpuji dan tidak terpuji. Sehingga tidak ada kekhawatiran generasi salah pergaulan dengan pengaturan kehidupan Islam.

Dengan diterapkannya peraturan Islam di dalam kehidupan, masalah generasi yang sedang dihadapi saat ini berupa penjajahan gaya baru akan terselesaikan dengan baik. Generasi dalam kubangan krisis multi demensi akan menemukan arah juang dan memiliki visi besar untuk membangun peradaban, yaitu mengembalikan kehidupan Islam dalam bentuk Khilafah. Wallahu’aalambishowwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak