Oleh: Muflih Khofifah
Menurut BMKG pada minggu terakhir Agustus tahun 2023 kondisi negeri ini menjadi lebih kering dan curah hujan sangat rendah dibanding 3 tahun sebelumnya. Kondisi ini terjadi karena adanya fenomena El Nino yang terjadi di Samudra dalam kurun waktu bersamaan.
Pada awal Agustus 2023 ini sudah sebanyak 69% wilayah Indonesia masuk musim kemarau," demikian dikutip dari unggahan akun Instagram resmi BMKG, cnbcindonesia.com. Senin (14/8/2023).
Menghadapi kondisi ini masyarakat diminta hemat air dan tidak membakar sampah.
Meski prediksi dari BMKG begitu nyatanya, di beberapa daerah sudah terjadi kekurangan air bersih bahkan kekeringan air warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dimana jumlah warga di wilayah itu yang terdampak kekeringan pada musim kemarau 2023 telah mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga. Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Budi Setyawan di Cilacap, Senin (14/8/2023),
Beliau juga mengajak seluruh instansi, organisasi, dan badan usaha untuk ikut berpartisipasi dalam penyaluran bantuan air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan. republik.com (14/08/2023).
Semakin meningkat masalah kekeringan air bukanlah masalah baru, bahkan kondisi ini sudah terjadi sejak lama, namun kepemimpinan saat ini hanya mampu memberikan solusi jangka pendek tanpa menyentuh akar masalah seperti yang dialami warga di Kawunganten, Ketika memasuki musim kemarau, air di sumur berkurang, keruh dan pahit. Kompas.com Senin (19/6/2023).
Solusi pemerintah sementara ini masih hanya mengajak seluruh instansi, organisasi, dan badan usaha untuk ikut berpartisipasi dalam penyaluran bantuan air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan. republik.com (14/08/2023).
Mengamati fakta dan solusi dari penguasa, membuktikan bahwa dalam mengurusi rakyat, kesannya penguasa setengah hati, berbeda jika pada Para pemilik modal, penguasa sangat sepenuh hati mengurusnya. Terbukti di tengah bencana kekeringan air, ternyata masih banyak air kemasan yang dijual di jalan-jalan tentu. Air kemasan ini merupakan produk dari kapitalisasi sumber-sumber air oleh industri air kemasan. Dengan kata lain, di negeri ini air bersih sudah diekploitasi. Akibatnya masyarakat merasakan kelangkaan air bersih, padahal itu amatlah penting dan sangat perlu diusahakan dalam pengadaannya.
Dalam pengadaan ataupun penyaluran air bersih sebenarnya di negeri ini sudah lebih maju, seperti banyak teknologi yang dapat mengolah air laut menjadi air bersih. Namun nyatanya ketersediaan air bersih masih menjadi masalah. Sebab teknologi ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat, namun hanya untuk kepentingan industri.
Sehingga bencana kekeringan air semakin membuat rakyat menderita.
Penderitaan ini in sya Allah akan hilang ketika kita menjadikan islam sebagai panduan. Sebab islam memiliki mekanisme pengolahan air dan pencegahan bencana kekeringan yang jitu diterapkan dengan tanggung jawab oleh penguasa yaitu khalifah.
Rosullallah saw. bersabda:
"Pemimpin adalah penggembala dan hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, jelas hadits itu menunjukkan bahwa pemimpin dalam islam ialah pengurus kebutuhan rakyatnya. Termasuk memastikan rakyatnya tercukupi semua kebutuhannya termasuk air bersih.
Maka tidak mungkin pemimpin dalam islam membiarkan air diekploitasi sebagian orang untuk kepentingan, apalagi diperkuat dalam hadits, Rasulullah berkata:
" Muslim berserikat dalam 3 hal yaitu air, api, dan tanah". (H.R Abu Dawud).
Secara tidak langsung, hadits ini menegaskan bahwa air merupakan harta kepemilikan umum, yang dapat dimanfaatkan rakyat secara langsung dengan pengawasan negara, supaya tidak menimbulkan kemudharatan atau bahaya. Selain memanfaatkannya, pemimpin dalam islam bersama anaknya menjaga kelestarian air dengan baik, seperti membersihkan sungai, merapihkan telian sungai dan lain sebagainya.
Pemeliharaan sungai-sungai besar adalah kewajiban penguasa untuk melakukannya dengan dana dari Baitul Mal. itu karena manfaatnya kembali kepada masyarakat luas, maka pendanaannya diambil dari dana publik yakni Baitul Mal.
Dari segi Konsep Pengelolaan jelas masyarakat akan terjamin kebutuhan air, termasuk air bersih. Namun pemimpinnya juga tidak akan mengabaikan kekeringan akibat bencana hidrome teologi ataupun el Nino yang memang bagian dari fenomena alam.
Untuk menghadapi kondisi ini. Islam akan mengerahkan semua ahli terhebat yang dimiliki oleh negara, seperti ahli hidrologi geologi BMKG dan ahli terkait lainnya untuk menyusun strategi jangka pendek ataupun jangka panjang. Dari strategi itu pemimpin dalam islam akan menetapkan kebijakan agar masyarakat terhindar dari bahaya kekurangan air sekalipun mereka tinggal di daerah yang kering.
Contoh nyata adalah ketika masa Khilafah Abbasiyah yang terkenal akan teknologinya. Ketika itu para ilmuan Muslim menciptakan konat atau sistem saluran air bawah tanah yang menyuplai persediaan air di daerah gurun.
Selain itu, agar disiplin, pemimpin juga akan bertindak tegas pada pihak-pihak yang melakukan kerusakan lingkungan. Seperti dekorasi kapitalisasi sumber air oleh Perusahaan Air Minum kemasan dan jenisnya.
Sehingga sejatinya potensi air bersih di Indonesia yang mencapai 2,83 triliun meter kubik per tahun sebenarnya sangat mampu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, jika dapat dikelola dengan benar, tentunya dengan Islam. Sebab Islam adalah agama sempurna.
Wallahu'alam Bishawab
Tags
Opini