Prahara Keluarga di Era Sistem Kapitalis



Penulis oleh : Yeni Merlina, S.Pd.
(Aktivis Kota Lubuklinggau)



Kasus keributan satu keluarga di Desa Batu Putih, Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OKU yang menyebabkan menantu tewas, mertua dan anaknya sekarat mulai menemui titik terang. Korban tewas di lokasi kejadian, Elyan Farizon (46), warga Desa Baturaja Putih, Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OKU. Sedangkan bapak dan anak yang sekarat yakni Hermiadi (70),dan Tri Agustin (32), warga Desa Batu Putih, Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten OKU. Menurut keterangan Kapolres OKU , AKBP Arif Harsono melalui Kasi Humas, AKP Budi Santoso menjelaskan, diduga motif penganiayaan yang menyebabkan korban tewas dan dua luka berat yakni karena cinta segi tiga (harianrakyat, 27/7/23).

Sungguh, ini begitu mengiris hati. Betapa tidak, kerapuhan keluarga muslim tergambar jelas pada fakta yang terjadi saat ini. Tingkat kekerasan tinggi yg berujung nyawa melayang akibat perselingkuhan atau ada nya orang ketiga. Belum lagi kekerasan rumah tangga yang diakibatkan oleh faktor ekonomi atau faktor-faktor lainnya yang membuat daftar kasus KDRT semakin meningkat. 

Beginilah potret buram keluarga muslim di sistem kapitalisme . Pasangan  yang seharusnya saling menghormati, menyayangi dan melindungi , justru tega menyakiti melukai bahkan melenyapkan pasangannya. 
Sistem kapitalis juga telah merusak sendi sendi kekokohan rumah tangga. Begitu banyak nya kasus kekerasan, menandakan rusaknya fungsi keluarga. Maka, tidak mengherankan jika generasi yang dilahirkan jauh dari harapan. Selagi kita masih menjunjung tinggi sistem kapitalis ini, tidak mau keluar dari sistem ini, permasalahan dalam keluarga, masyarakat dan negara tak kunjung hilang. Malah kemaksiatan, kejahatan akan semakin tumbuh subur. Sebab, sistem kapitalis hanya akan melahirkan orang-orang yang liberal yang merasa bebas berbuat apa saja tanpa memikirkan apakah bertentangan dengan syariat Allah SWT ataupun tidak. Dalam kacamata kapitalis, keluarga tidak lebih dari sekedar pelengkap kebutuhan saja.

Paham racun liberalisme ini adalah pangkal dari segala permasalahan yang merusak keutuhan keluarga kaum muslim. Paham ini yang mencabut dan merusak aqidah sehingga muslim tidak lagi taat kepada syari'at islam. Liberalisme adalah paham kebebasan dimana kepentingan dan keinginan pribadi menjadi hal utama.

Hanya  dengan Islam keharmonisan keluarga  dapat kembali. Kerena di dalam Islam pasangan suami istri harus memahami hak dan kewajibannya masing-masing. Suami memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya. Pertama suami wajib memberikan nafkah kepada keluarga nya(istri dan anak anak nya), kedua suami wajib membina dan mendidik keluarga dengan aqidah Islam, ketiga suami  memiliki kewajiban bergaul dengan keluarga dengan baik. Dalam membina keluarga seorang suami diperintahkan berlemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan dengan kekerasan. Allah SWT  telah memerintahkan dalam firman -nya :
" Bergaullah dengan mereka secara patut".(TQS. an-Nisa: 19).

Dalam Islam, keluarga harmonis adalah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Konsep keluarga ini diartikan dengan keluarga yang damai tentram, penuh cinta kasih atau harapan, dan kasih sayang. Hal ini bisa menjadi landasan dalam berkeluarga, agar senantiasa mendapat keridhoan Allah SWT.

Al-Qur'an menyebutkan rumah tangga sebagai sebuah nikmat yang sangat agung. Pernikahan adalah kunci kesuksesan mencetak generasi muda umat Islam. Ada tiga hal penting dalam menjaga keharmonisan rumah tangga yang dikabarkan oleh Al-Qur'an. 

Pertama, selalu melihat pasangan sebagai seorang sahabat menjalani perjalanan hidup yang setara. Dalam hal kewajiban dan hak tentu suami dan istri memiliki peran yang berbeda. Akan tetapi, setiap dari keduanya tidak boleh merasa lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Justru kelebihan yang Allah berikan di antara keduanya adalah bekal untuk mengemban tanggung jawab dalam keluarga. 

Sebagaimana Al-Qur'an menyebut laki-laki dan perempuan adalah setara di hadapan Allah.

اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ

“... Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain..." (QS Ali Imran: 195).
 
Lebih jauh lagi, dalam ayat yang lain Al-Qur'an menyebutkan:

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ

"...Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka…" (QS Al-Baqarah: 187).

Kedua, selalu menambah semangat beribadah kepada Allah. Hal ini sangat penting karena adanya kasih sayang antara suami dan istri termasuk nikmat yang Allah berikan. Allah lah yang memantapkan hati suami-istri untuk saling mencintai dan menyayangi dalam ikatan rumah tangga.

Ketiga, berdoa agar Allah menjadikan pasangannya sebagai penyejuk hatinya.
 
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan: 74).

Dalam ayat ini, Al-Qur’an menggenapi sifat orang-orang shalih yang Allah juluki mereka dengan ibad ar-rahman (hamba milik Dzat Yang Maha Pengasih) dengan sifat selalu berdoa bagi pasangan hidupnya dan keturunannya agar senantiasa menjadi penyejuk hati mereka.  

Sungguh, dengan penerapan Islam Kaffah  lah ketahanan dan keharmonisan keluarga akan terjaga dan melahirkan  ketahanan keluarga yang kuat, masyarakat Yang mulia,  dan umat yang terbaik.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak