Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Hari ini dunia pendidikan tak henti dikejutkan dengan beragam berita yang tidak biasa. Mulai dari jenjang sekolah, kuliah, bahkan tataran praktisi dan aparat pendidikan pun tak terlewat masih terlilit oleh banyaknya masalah. Tidak dapat dipungkiri inilah buah dari penerapan sistem kapitalisme hari ini, kasus demi kasus terus terjadi tak berkesudahan. Mari sejenak kita merenungi beragam problema yang terjadi.
Pertama, pembunuhan. Baru-baru ini ditemukan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, berinisial MNZ (19 tahun) meninggal dunia di kamar kosnya dalam kondisi berada di dalam kantong plastik. Diketahui ia dibunuh oleh senior kampusnya AAB (23 tahun). (Republika, 05/08/2023).
Pelaku diketahui iri kepada korban soal kesuksesannya. Pelaku pun terlilit pinjaman online, sehingga ingin menguasai barang korban dengan cara yang yang brutal.
Kedua, perundungan. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan bahwa ada 16 kasus di lingkungan sekolah selama bulan Januari-Juli 2023.
Presentase perundungan meliputi SD 25%, SMP 25%, SMA 18,75%, dan SMK 18,75%. Sedangkan di MTs 6,25%, dan Pondok Pesantren 6,25%. (Tempo, 04/08/2023). Sungguh ini soal serius yang tidak bisa disepelekan.
Ketiga, kekerasan. Siswa SMA di Banjarmasin, Kalimantan Selatan ARR (15 tahun) melakukan penusukan kepada teman sekelasnya saat jam pelajaran MRN (15 tahun).
Pelaku mengatakan sakit hati lantaran korban seringkali melakukan perundungan kepadanya. Namun, ayah korban membantahnya dan berujar bahwa tidak ada indikasi bahwa anaknya melakukan tindakan perundungan.
Sontak hal di atas menjadi polemik tersendiri di dunia pendidikan hari ini. Bukan hanya itu, ini semakin menegaskan bahwa ada yang tidak beres dalam membendung problematika sampai dengan penanggulangannya.
Buah Kapitalisme
Semua yang terjadi tentulah berasal dari sistem yang bercokol dan yang menaunginya hari ini. Kapitalisme sekular melahirkan banyak kebebasan, lalu kebebasan itu membuat aparatur pendidikan, siswa, dan mahasiswa kehilangan kendalinya.
Masyarakat diterpa dengan beragam masalah tetapi tidak diberikan solusi baik dan benar untuk menyelesaikannya. Hasilnya, masyarakat (dalam kasus ini siswa dan mahasiswa) menentukan solusi tersendiri yang alih-alih menyelamatkan, tetapi malah memasukannya ke dalam masalah yang baru.
Sistem kapitalisme sekular pun menciptakan tujuan semu di benak masyarakat. Masyarakat terarah untuk mendapatkan kebahagiaan sebatas materi dan keduniaan sehingga berani menghalalkan apa saja untuk meraihnya. Jelas di sini pemisahan agama dari kehidupan sangat nyata dan lagu-lagi menjerumuskan.
Lahirnya Aspek Buruk
Di sistem kapitalisme, keburukan seolah hadir di semua aspek dari skala terkecil hingga terbesar.
Bagaimana tidak? Di sistem kalitalisme individu didominasi oleh pemikiran dan sikap yang jauh dari Islam. Tidak ada standar agama di dalam setiap keputusan dan terbukti ini menciptakan masalah baru lantaran kelemahan manusia itu sendiri. Bagaimana individu dapat mengatur semua hidupnya? Bukankah individu adalah makhluk terbatas yang memiliki segudang peluang untum keliru? Maka, butuh aturan manyeluruh untuk memantau, mengarahkan, dan memfasilitasinya.
Lalu, tataran masyarakat pun saat ini tidak memiliki kontrol secara komunal. Hasilnya masyarakat tidak dibangun dengan ekosistem yang baik, yaitu tidak mampu mengantarkan masyarakat pada kondisi yang baik dan ideal. Maka, butuh aturan yang dapat mengontrol masyarakat dengan bijak sehingga rentetan problematika dapat terselesaikan segera.
Begitu pula di dalam aspek pendidikan. Siswa dan mahasiswa saat ini dituntut untuk bisa memahami materi pembelajaran semata. Padahal, yang tidak kalah dibutuhkan adalah membangun pola pikir dan pola sikap yang benar. Akibatnya, yang seharusnya siswa dan mahasiswa menjadi titik pembawa perubahan bagi bangsa dan tenggelam dalam lautan potensi serta akademisi, tetapi malah menyumbang kasus dan permasalahan tiada akhir. Maka, perlu sekali bimbingan nyata untuk menciptakan potensi dan kepribadian yang sempurna di kalangan pendidikan.
Guru, dosen, dan praktisi pendidikan pun hendaknya diberi arahan solutif dan fasilitas yang mumpuni agar dapat maksimal membimbing. Tetapi, alih-alih terfasilitasi dan terahkan, saat ini praktisi pendidikan masihlah harus bergelut dengan himpitan ekonomi lantaran tidak sepadannya upah yang didapat dan usaha yang harus dioptimalkan.
Butuh Solusi Nyata
Hal di atas adalah potret buram kondisi hari ini. Sungguh yang dibutuhkan adalah solusi terperinci yang menyeluruh. Semua itu hanya dapat diraih dengan penerapan Islam secara menyeluruh di bawah nanungan Khilafah. Mengapa? Berikut beberapa alasannya:
Pertama, individu. Individu di bawah penerapan Islam akan dibangun berlandaskan iman dan takwa. Sehingga akan menciptakan individu yang selalu memiliki hubungan dengan Sang Pencipta. Tidak akan ada kasus kriminalitas dan sejenisnya yang akan terjadi lantaran individu mengerti bahwa segala hal akan dipertanggungjawabkan. Individu pun tahu bahwa solusi akan segala masalah adalah dengan Islam, bukan dengan mengiyakan nafsu atau kebebasan semata.
Kedua, masyarakat. Akan tercipta masyarakat yang memiliki peraturan, perasaan, dan pemikiran yang sama, yaitu berlandaskan Islam. Akan tumbuh kehangatan dan kerukunan satu sama lain karena sudah mendominasinya landasan Islam di tiap-tiap wilayah. Di dalamnya pun aktif kegiatan dakwah, yaitu saling memberi arahan menuju Islam agar masyarakat terus bertahan dalam kondisi damai dan jauh dari penyimpangan.
Ketiga, ekonomi. Di dalam Islam, pemimpin akan mengoptimalkan sumber daya alam dan segala yang dimiliki untuk kepentingan masyarakat. Sehingga masyarakat akan hidup dengan fasilitas yang mumpuni dan jauh dari lilitan penderitaan ekonomi seperti yang terjadi hari ini. Landasan ekonomi Islam akan mengantarkan pada penyaluran sesuai kebutuhan masyarakat dan akan meniadakan praktik riba dan sebagainya yang menyengsarakan rakyat.
Keempat, pendidikan. Kurikulum pendidikan Islam akan selalu berlandas kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan begitu, pendidikan bukan hanya proses mentransfer ilmu, melainkan juga membangun pola pikir dan pola sikap berlandaskan Islam. Sehingga terciptalah kepribadian unggul berlandaskan Islam yang cemerlang.
Semua itu tidak bisa terjadi jikalau Islam tidak diterapkan secara menyeluruh. Maka, untuk menyelesaikan masalah di aspek pendidikan bahkan masalah di aspek yang lainnya secara menyeluruh, kuncinya hanya satu yaitu menerapkan Islam di bumi Allah secara total.
Bisa dimulai dengan berpegang terhadap Islam secara optimal dan mendakwahkannya. Dengan itu, sedikit demi sedikit masyarakat akan memiliki kesamaan cara pandang dan bersama-sama untuk menjemput penerapannya.
Wallahu a'lam bishawab.
Tags
Opini