Kelaparan di Papua, Akibat Salah Kelola Sumber Daya




Oleh: Ita Mumtaz



Indonesia sedang berduka. Enam orang warga distrik Lambewi dan Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah telah meninggal dunia akibat bencana kekeringan dan kelaparan. Sejumlah 7.500 orang telah terdampak bencana berulang ini. Akibat dari musim kemarau dengan cuaca ekstrem sejak bulan Mei sehingga warga mengalami gagal panen.

Lokasi posko penyaluran bantuan saat itu berada di Distrik Sinak, distrik terdekat dari lokasi bencana. Jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar satu setengah hari hingga 2 hari perjalanan untuk orang dewasa. Maskapai penerbangan tidak berani mengantarkan bantuan dari Sinak ke Distrik Agandugume karena ada kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang kejam dan brutal.

Masyarakat sangat mengharapkan pesawat bisa masuk ke Agandugume dan Lambewi membawa bahan makanan. Mengingat di sana sudah dibangun lapangan terbang yang luas. Mestinya ketika ada bencana kekeringan dan kelaparan setiap tahun, kondisi darurat seperti ini bisa diantisipasi. 

Sungguh menyedihkan, ada tragedi kelaparan hingga kehilangan nyawa di sebuah negeri kaya sumber daya alam. Apalagi di daerah Papua, tempat perusahaan tambang emas raksasa, Freeport. Sudah lama Freeport bercokol di Papua, namun tidak membawa manfaat sedikitpun bagi kesejahteraan masyarakat Papua. 

Selain tambang emas, di Papua juga melimpah biji perak dan tembaga. Namun mirisnya kekayaan sumber daya alam telah dirampok oleh asing hingga puluhan tahun ke depan. Rakyat di negeri kaya ini hanya mendapatkan limbahnya saja. 

Sebenarnya problem utama penyebab bencana kelaparan yang terjadi di Papua Tengah bukanlah cuaca ekstrem dan medan di sana yang begitu sulit. Cuaca memang merupakan fenomena alam yang tidak bisa diubah atau dihindari. Namun pemerintah semestinya sudah menyiapkan cara untuk mengantisipasi bencana yang bisa diprediksi sebelumnya. Untuk medan yang sulit pun seharusnya bisa diciptakan kemudahan demi memperlancar urusan rakyatnya. Tidak malah membangun ibu kota baru yang bukan permasalahan mendesak, bahkan dengan modal utang. 

Saat ini penguasa memang nyata-nyata telah gagal mengurusi rakyatnya. Mereka lebih fokus untuk menyenangkan hati para oligarki dan pemilik modal. Tak ada lagi perhatian yang serius kepada rakyat. Maka pantas saja jika ada 6 warga yang meredang nyawa akibat kelaparan. Penguasa membiarkan saja sumber daya alamnya dikeruk oleh asing, sementara mereka tidak mempedulikan nasib masyarakat di sana. 

Atas nama kerja sama dan investasi seluruh potensi alam dikeruk habis. Padahal kekayaan alam sejatinya adalah milik rakyat. Haram diserahkan kepada individu, apalagi asing. Penguasa seharusnya memiliki amanah untuk menjaga dan mengelola. Boleh meminta bantuan jasa asing misalnya, jika memang dibutuhkan. 

Hanya saja aqadnya ijaroh atau mereka diberi kompensasi sesuai jasa dan manfaat yang diberikan. Mereka bukan sebagai pemilik yang meminta bagi hasil dengan prosentase yang besar. Karena sumber daya alam Indonesia sangat melimpah dengan nilai kekayaan luar bisa. Semua itu bahkan lebih dari cukup untuk membayar utang, membangun infra struktur untuk memudahkan medan di daerah-daerah yang kondisinya sulit semacam Papua.

Hari ini penguasa seakan sudah hilang nuraninya, tidak ada perhatian kepada rakyat, tak memiliki peran sebagaimana fungsi pemimpin di dalam Islam. Saat ada korban meninggal dunia barulah mereka memberikan bantuan, itupun tidak memadai jika dibanding dengan kebutuhan masyarakat Papua dalam kondisi seperti ini. Segala bantuan dalam bentuk apapun hanya bisa menyelesaikan masalah secara temporal. Namun tidak bisa memberikan solusi secara tuntas. Karena problem besar di Papua  dan wilayah Indonesia bahkan seluruh  dunia sangat kompleks. Sumber utama masalah di dunia Islam adalah hegemoni Kapitalisme yang semakin mencengkeram.

Islam berpandangan bahwa kelaparan merupakan sebuah bencana kemanusiaan yang luar biasa. Jika mengakibatkan kematian maka merupakan dosa besar. Dalam Islam, hilangnya nyawa seorang muslim adalah perkara yang lebih besar daripada hilangnya dunia. 

Pemimpin dalam sistem Islam memiliki amanah untuk menjaga rakyatnya dari permasalahan tidak terpenuhi kebutuhan pokok rakyat.
Pemimpin wajib memastikan individu per individu rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak ada diskriminasi berdasarkan letak dan potensi wilayah. Seluruh rakyat berhak sejahtera, menikmati hasil kekayaan alam dengan tata kelola sumber daya alam berdasarkan sistem ekonomi Islam. Wallahu’alam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak