Oleh: Rika Yuliana, S.IP
(Aktivis Muslimah)
Kultur hidup masyarakat yang konsumtif baik dari segi hiburan, fashioan, dan makanan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Melihat dunia marketing juga semakin berinovasi menarik minat para pengguna, tidak terkecuali dengan dunia food yang menjadi trend berbagai kalangan dewasa ini. Masyarakat berani merogoh rupiah dengan jumlah besar untuk satu kali makan, disisi lain ada masyarakat dalam satu hari hanya mampu satu kali makan dengan lauk-pauk sederhana bahkan ada yang sampai meninggal dunia karena tidak mampu membeli makan selama berhari-hari, tentu ini ironi dinegeri kaya sumber daya pangan namun kebutuhan perut rakyat tidak terpenuhi.
Merauke, siapa yang tidak kenal dengan tanah Papua. Hampir semua orang mengetahui provinsi ini, terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Seperti emas, timah, nikel, biji besi, batu bara, gas bumi semua terhampar ditanah Papua namun sayang seribu sayang aset yang sangat banyak tersebut tidak dinikmati oleh mereka. Tepat dibulan kemerdekaan Indonesia beredar berita 6 warga Papua meninggal dunia disebabkan kelaparan, kekeringan yang melanda 3 distrik di Papua menyebabkan gagal panen alhasil masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan pokok mereka. Pimpinan negeri telah melakukan tindak lanjut dengan mengirimkan bantuan berupa mie instant, minyak goreng, beras, serta selimut. Namun, tidak dapat mengirimkan bantuan dengan merata sebab mengingat akses ke Papua sulit dan ditakutkan adanya serangan dari KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata).
Miris! tanah yang kaya akan sumber daya alam, negeri yang kaya akan sumber pangan tetapi rakyatnya menderita kelaparan sampai meninggal dunia. Dimana tanggungjawab negara? Kepada siapa mereka mengadu? Wajar saja mereka berkali-kali meminta untuk melepaskan diri dari negeri ini sebab mereka bak anak tiri yang diperas kekayaannya tapi keberadaannya tidak dihiraukan. Diberikan perhatian secukupnya saja, tetapi kekayaan alamnya dikeruk sebanyak-banyaknya.
Tidak sampai disitu saja, tanah Papua juga jauh dari akses pendidikan dan kesehatan yang layak. Bukankah ini seharusnya tanggungjawab negara memenuhi semua kebutuhan rakyatnya dari sabang sampai merauke, tetapi ini hanya utopia belaka dinegeri yang masih merangkul erat demokrasi. Sulit sekali menemukan sosok pemimpin yang benar-benar mampu mengayomi rakyat secara tulus tanpa terselip kepentingan tertentu, yang ada hanya pemimpin-pemimpin yang dibacking oleh kepentingan oligarki. Sungguh berbeda dengan Islam, memilih pemimpin dengan standar sesuai syariat sehingga yang memegang kekuasaan mereka yang benar-benar mumpuni dan bertanggungjawab. Diantaranya syarat wajib menjadi pemimpin dalam Islam yaitu: 1) Khalifah harus seorang muslim, 2) Khalifah harus seorang laki-laki, 3) Khalifah harus baligh, 4) Khalifah harus orang yang berakal, 5) Khalifah harus seorang yang adil, 6) Khalifah harus seorang yang merdeka, 7) Khalifah harus orang yang mampu.
Masa kejayaan Islam telah memperlihatkan dengan jelas bagaimana sosok seorang pemimpin sejati, pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab yang diriwayatkan bahwa pada masa kepemimpinan beliau didapati seorang ibu yang memasak batu untuk anak-anaknya saat beliau berkeliling bersama pengawal untuk melihat kondisi rakyatnya, Umar bin Khathab mendegar suara tangisan anak kecil dan menanyakan kepada ibu tersebut mengapa anaknya menangis. Kemudian sang ibu menceritakan dan sontak Khalifah Umar bin Khathab terkejut dan segera mengambil tindakan untuk memberikan gandum kepada keluarga tersebut, beliau dengan gagah mengangkat sendiri gandum. Karakter pemimpin yang mustahil kita temui di rezim zaman sekarang.
Semestinya pemimpin mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, menjalankan syariat serta mempunyai keahlian atau mampu dalam mengemban amanah sebab dalam hadits nabi diterangkan bahwa “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR. Bukhori dan Muslim).
Telah menjadi pemandangan biasa hari ini ketika kursi-kursi kekuasaan beserta jajarannya tidak diatur oleh orang-orang yang bukan ahli dibidangnya maka kita bisa melihat bagaimana urusan demi urusan tidak terselesaikan dengan tepat, mengeluarkan solusi untuk menyelesaikan problematika tetapi malah justru menambah permasalahan baru begitu seterusnya.
Sudah saatnya kita kembali kepada aturan sang pencipta yang langsung diemban oleh revolusioner dan negarawan sejati kita Rasulullah Muhammad Saw., kita umat Islam sudah diberikan Alquran sebagai pedoman hidup, ada hadits, Ijma, Qiyas, ada role model dari Rasulullah, tinggal umat muslim bersatu dan melawan kezaliman hari ini dengan syariat Allah Swt. Sulit? Pasti! Tetapi bukan berarti tidak mungkin. Hanya perlu usaha dan tekad yang besar untuk mewujudkannya. Allahu Akbar!!
Wallahu A’lam Bishshawwab.