Indonesia, Merdeka Atau Dalam Cengkraman Neoimperialisme?



Penulis: Ummu Haura (Aktivis Dakwah)

Indonesia pada 17 Agustus 2023 akan memperingati 78 tahun kemerdekaannya. Beragam permasalahan yang menimpa negeri ini masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi para pemimpin. Utang yang sudah menyentuh angka 7.805,19 triliun, angka kejahatan yag terus meningkat, stunting yang menimpa anak-anak generasi penerus bangsa, hingga sumber daya alam yang saat ini masih dikangkangi negara kapitalis barat dan timur. Benarkah Indonesia sudah merdeka atau sesungguhnya dalam cengkraman neoimprialisme?

Neoimperialisme secara definisi adalah bentuk penjajahan model baru dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang berupa monopoli ekonomi, politik, ideologi, sistem sosial dan budaya. Neoimperialisme tidak lagi berfokus menundukkan negara jajahan dengan perang fisik. Karena perang fisik atau perang menggunakan senjata dan kekuatan militer membutuhkan dana yang besar. Sejarah mencatat bagaimana negara-negara penjajah ketika melakukan peperangan fisik dengan negara jajahannya menderita kerugian besar. Kerugian berupa pengeluaran dana yang sangat besar, tewas dan cacatnya pasukan militer, terkurasnya stok persenjataan hingga masalah sosial yang timbul akibat perang fisik di negara penjajah.

Seperti Belanda yang mengalami kerugian besar ketika menghadapi Pangeran Diponegoro dalam peperangan dengan kurun waktu 1825-1830M. Dalam buku karya A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX, disebutkan bahwa biaya perang yang dikeluarkan Belanda tidak kurang dari 20 gulden, menewaskan 15 ribu tentara, juga merusak perkebunan-perkebunan swasta.

Amerika Serikat yang menjadi negara adidaya saat ini pun mengalami hal yang sama dengan Belanda. Kerugian besar menimpa AS pada saat melakukan invasi ke Irak sejak Maret 2003 hingga akhirnya menarik mundur pasukannya pada Desember 2011. Ada sekitar 32 ribu personil mengalami luka-luka dan sebanyak 3.492 tewas. Untuk biaya perang, pemenang Nobel Ekonomi Joseph Stiglitz dan akademisi dari Harvard, Linda Bilmes, menghitung sekitar 3 triliun USD dengan memasukkan dampak perang Irak terhadap anggaran negara dan perekonomian AS. (BBC News Indonesia, 2013)

Sedangkan penjajahan model baru, secara pengeluaran lebih minim karena tidak melibatkan persenjataan dan tentara. Neoimperialisme cukup menaruh agen-agennya baik dari negara mereka atau pribumi untuk menggolkan kebijakan-kebijakan dalam bidang ekonomi dan budaya di negara jajahannya. Contoh, dengan dikeluarkannya sejumlah UU dan peraturan yang cenderung menguntungkan negara penjajah baik negara Kapitalis barat yang dimotori AS atau negara kapitalis timur yang dimotori Cina.

Tak hanya itu, negara penjajah juga menyuntikkan ide-ide sesat mereka seperti menerima keberadaan kaum pelangi, nativisasi, hak asasi manusia, liberalisme juga demokrasi. Penjajahan model baru ini tak segan mengerahkan kalangan berilmu agar negeri-negeri Islam yang dijajahnya menerima ide-ide sesat mereka padahal bertentangan dengan ajaran Islam. Atau malah mengerahkan kaum muslim untuk menyerang agamanya sendiri. Seperti stigma radikal yang disematkan kepada kaum muslim yang bersungguh-sungguh ingin menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Sudah sepantasnya kaum muslim dan para ulamanya menyadari bahwa penjajahan model baru atau neoimperialisme ini sangat berbahaya. Kerusakannya jauh lebih berbahaya dan menimbulkan efek besar di segala lini kehidupan seperti kondisi saat ini. Secara fisik negeri ini terlihat merdeka tetapi sesungguhnya terbelenggu oleh aturan-aturan yang dibuat negara penjajah.

Dalam pandangan Islam merdeka adalah terbebasnya manusia dari penghambaan dan perbudakan yang dilakukan oleh sesama manusia. Islam menghendaki agar manusia melakukan penghambaan hanya kepada Penciptanya saja yaitu Allah swt. Dalam membuat berbagai peraturan yang akan mengatur kehidupan manusia, manusia hanya mengikuti apa yang sudah Allah dan RasulNya perintahkan. Inilah arti kemerdekaan yang hakiki, bahwa manusia bisa hidup dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah. Tanpa diterapkannya syariat Islam secara kaffah, negeri ini dan kaum muslim didalamnya belumlah merdeka!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak