Gagalnya Kapitalisme Jamin Keamanan Anak



Elis Sulistiyani
(Muslimah Perindu Surga)



Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) baru saja digelar di beberapa daerah di Indonesia. Tepatnya 23 Juli 2023 menjadi momen perayaan dan pembedahan penghargaan bagi daerah yang masuk kategori ramah anak. (antaranews.com, 23/7/2023)

Seorang anak memang mestinya mendapatkan perhatian khusus karena dia adalah penerus peradaban. Jangan sampai peringatan ini hanya sebatas seremonial belaka tanpa ada aksi nyata kepada jamainan keamanan bagi anak. Karena kita dapati saat ini di berbagai linimasa dipenuhi berita kekerasan seksual, kekerasan fisik dan juga verbal dengan bullying.
Laman Media Indonesia menuliskan data dari Federasi Serikat Guru Indonesia di tahun 2023 dari Januari hingga Mei saja mencatat ada 202 anak mengalami kasus kekerasan seksual dilingkungan sekolah. Kasus ini yang baru terdata dan juga baru dari satu kasus, kekerasan seksual.

Tak sedikit kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang menimpa anak. Namun nyatanya hingga saat ini belum nampak perubahan yang signifikan. Yang nampak justru saat ini kasus kekerasan yang menimpa anak semakin kompleks. Tak sedikit kasus kekerasan dilakukan oleh orang terdekat anak. Atau bahkan saat ini mereka yang masih menyandang status anak justru menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.

Mari kita lihat lebih dalam akar permasalahannya.karena jika akar permasalahannya saja belum terdeteksi maka sulit untuk memberi solusi. Seperti yang terjadi saat ini aturan yang ada nampaknya hanya mencoba menutup masalah dipermukaan tanpa menyentuh dasar.

Dan inilah salah satu kerusakan dari aturan yang berasal dari sistem kapitalisme yang hanya berorientasi pada keuntungan para pemilik modal. Dan tak peduli dengan kesejahteraan rakyat termasuk anak. Maka tak aneh jika negara yang menganut paham ini tak kan mampu memberikan kesejahteraan, ketentraman juga keamanan.

Pemahaman ini sangatlah berbanding jauh dengan pemahaman Islam. Islam sendiri bukanlah sekedar agama tapi juga aturan hidup yang mampu selesaikan problematika hidup manusia, termasuk perihal jaminan perlindungan dan keamanan bagi rakyatnya. Islam memandang bahwa anak adalah bagian dari amanah Allah yang harus dijaga dan di didik hingga kelak siap menjadi penerus peradaban Islam.

Secara khusus amanah ini dilimpahkan kepada orang tua dari anak tersebut. Peran pengasuhan tak hanya kewajiban seorang ibu karena nyatanya itu juga bagian dari kewajiban seorang ayah sebagai pemimpin keluarga. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam Al-Qur'an juga banyak percakapan seorang ayah dengan anaknya. Dan ini juga bermakna bahwa ayah juga sosok yang mesti hadir dan terlibat dalam pengasuhan.

Ayah layaknya kepalah sekolah yang memiliki peran untuk merancang dengan apa anak-anaknya akan di didik juga turut serta melaksanakan rancangannya. Sedangkan ibu berperan membantu terlaksananya rancangan dari seorang ayah. Pun memang Islam telah berikan kemuliaan dengan tetapkan peran perempuan sebagai Ummu wa rabbatul Bayt. Sebagai ibu dan pegatur rumah tangga perempuan telah berperan besar untuk mencetak calon penerus peradaban. Selain itu peran ibu juga sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Dengan peran ini maka seorang ibu mempersiapkan anak-anaknya kelak menjadi orang-orang hebat
Namun mirisnya saat ini sistem kapitalis telah merenggut semua peran itu. kapitalisme justru telah menjerumuskan kaum ibu pada jurang kelam keterpurukan. Mereka dipaksa bekerja dan menggantikan peran ayah karena sedikitnya lapangan pekerjaan bagi kaum ayah.

Padahal Islam telah tetapkan kewajiban mencari nafkah berada di pundak suami.
Dengan adanya pembagian peran ini tak membuat salah satunya lebih baik dari yang lain. Karena keduanya telah di berikan pahala dengan jalan yang berbeda. Dan pembagian peran inilah yang membuat seorang anak mendapatkan jaminan keamanan dan pengasuhan dengan baik. Karena keluarga adalah lingkup terkecil yang menjaga anak dari berbagai kejahatan.

Selain itu lingkungan masyarakat yang senantiasa amar ma'ruf nahyi Munkar akan menjadi pengontrol sosial dalam tumbuh kembang dan jaminan keamanan bagi anak. Karena banyaknya kasus kekerasan hati ini juga terjadi karena adanya individualisme sebagai buah penerapan kapitalisme.

Tak kalah pentingnya peran aturan hidup yang hanya mampu diterapkan Institusi negara akan menjadi perisai bagi warganya termasuk anak-anak.  “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim] 

Dan nyatanya hanya Islamlah yang mampu mengentaskan permasalahan kekerasan, stunting juga masalah lainnya. Karena Islam hadir sebagai aturan hidup yang mampu selesaikan problematika hidup manusia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak