Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Pemerintah Kabupaten Gresik bersama PT Freeport Indonesia (FI) memberikan apresiasi kepada 500 perempuan Gresik yang berperan dalam industri konstruksi megaproyek kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Wabup Aminatun berharap pekerja perempuan bisa menunjukkan yang terbaik untuk pekerjaannya. Program kesetaraan gender yang diterapkan di Kabupaten Gresik, mengajarkan bahwa tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki laki. Oleh sebab itu, Bu Min meminta agar para pekerja wanita lebih percaya diri karena Pemkab Gresik dan manajemen PTFI mendukung kesetaraan gender. (www.radargresik.jawapos.com, 03/08/2023)
Demikianlah, kapitalisme yang diterapkan di negeri ini telah melahirkan kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin. Ketika pengangguran merajalela dan ekonomi terpuruk, kapitalisme menawarkan agar para perempuan turut berpartisipasi mengatasi keadaan, atas nama kesetaraan. Perempuan didorong untuk terjun ke sektor ekonomi menjadi pelaku ekonomi. Padahal solusi pelibatan perempuan ini malah menimbulkan masalah baru dalam kehidupan sosial.
Sumber masalahnya karena kapitalisme membiarkan individu masyarakat menguasai SDA strategis, seperti pertambangan yang seharusnya dikelola negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Yang terjadi sekarang, justru SDA yang berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak malah dijual dan dikuasai asing, semisal Freeport. Ketika kemiskinan terstuktur terjadi, justru kemudian para perempuan didorong untuk terjun ke berbagai sektor ekonomi dan menjadikan mereka sebagai mesin penggerak ekonomi rakyat.
Efek dominonya terhadap kehidupan sosial sangatlah banyak. Salah satunya terjadi masalah keluarga, seperti perselingkuhan dan perceraian sebab peran utama perempuan dalam keluarga menjadi terganggu. Solusi “ubah nasib” ala kapitalisme justru menciptakan banyak masalah. Apalagi di kalangan perempuan berembus opini bahwa perempuan itu harus mandiri, harus punya uang sendiri, dan tidak bergantung kepada laki-laki.
Status ibu rumah tangga pun dianggap sebelah mata dan dinilai menambah jumlah pengangguran. Pada akhirnya, para perempuan harus memainkan peran ganda di sektor domestik dan publik yang kerap mengalami dilema. Sukses di sektor publik, tetapi tidak sedikit keluarga hancur. Penyebabnya bukan hanya masalah teknis, seperti kurang cakapnya ibu mengatur keluarga, melainkan terlebih karena kesalahan paradigma berpikir tentang keluarga. Wallahu a’lam bi ash showab.