Oleh. Yuli Juharini
Bagai ayam mati di lumbung padi. Peribahasa itu sesuai dengan keadaan yang terjadi di Papua saat ini. Dengan kekayaan yang melimpah, karena memiliki tambang emas terbesar di Indonesia, tidak lantas menjamin keadaan rakyat Papua hidup sejahtera. Bahkan masih ada dijumpai begitu banyak rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan.
Sungguh sebuah ironis, ketika sebanyak 7.000 warga dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah memilih untuk mengungsi ke daerah-daerah terdekat seperti ke Distrik Sinak, Nabire, Timika, dan Ilaga.
Hal itu diakibatkan karena kemarau panjang yang terjadi di wilayah tersebut sehingga lahan pertanian tidak dapat ditanami.
Menurut Bupati Puncak, Willem Wandik,kemarau panjang yang terjadi itu mengakibatkan lahan pertanian milik warga menjadi rusak. Walaupun dapat ditanami sayuran, tapi hasilnya tidak bagus karena sayuran itu menjadi busuk dan rusak terkena embun salju yang turun setiap pagi. Bila tetap bertahan di daerah itu, maka warga akan menderita penyakit dan kelaparan. (detik, 24/7/2023)
Sementara itu dilansir dari viva (30/7/2023), Sebanyak enam warga di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah meninggal dunia karena kelaparan, akibat kemarau yang terjadi di daerah tersebut. Hasil kebun gagal panen karena kemarau yang menyebabkan kekeringan. Enam orang yang meninggal itu di antaranya lima orang dewasa dan satu orang bayi yang berusia enam bulan. Pemerintah setempat tidak dapat memberikan bantuan makanan karena maskapai penerbangan tidak ada yang berani terbang ke wilayah tersebut, mengingat adanya gangguan keamanan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Begitulah keadaan Papua saat ini. Sangat disayangkan, mengingat di bumi Papua ada sebuah penambangan emas terbesar di Indonesia. Seharusnya hal itu bisa untuk menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia termasuk Papua itu sendiri. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Begitu banyak rakyat Papua yang hidup menderita jauh dari kata sejahtera.
Jika ditelusuri, ternyata Papua yang juga dikenal dengan nama "Bumi Cendrawasih" itu tidak hanya memiliki tambang emas terbesar di Indonesia, namun ada lagi sumber kekayaan alam lainnya seperti, batu bara, besi, batu kapur, tembaga dan perak. Bila dikelola dengan benar sesuai dengan UUD 1945, maka seharusnya rakyat Papua khususnya dan Indonesia umumnya akan hidup sejahtera.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 itu menyatakan, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya dikuasai oleh negara, serta digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal itu berarti negara yang mengelola, sementara hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat. Kalaupun rakyat harus membeli, itu pun dengan harga yang murah.
Tetapi hal itu tidak terjadi saat ini, mengingat negara menganut sistem demokrasi kapitalis sekuler. Di mana pemilik modal yang berkuasa, sementara rakyat hanya mendapat remah-remahnya saja. Rakyat dibutuhkan suaranya hanya menjelang pesta demokrasi, setelah pesta usai, maka rakyat kembali ditinggalkan. Jargon dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, hanya sebatas kamuflase belaka.
Akan menjadi berbeda ketika negara diatur dengan sistem Islam. Dalam Islam, yang menjadi sumber hukum adalah Al-Qur'an dan As-Sunah. Bentuk baku yang tidak bisa diganggu gugat, tidak bisa direvisi dan tidak bisa mengambil manfaat sesuai pesanan. Karena Al-Qur'an itu berasal dari Allah Swt. Sang pencipta alam semesta dengan segala isinya. Dengan kata lain, jika segala sesuatu itu tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan sunah maka tidak boleh dilaksanakan.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad, Rasul saw. bersabda yang mempunyai arti, sesungguhnya kaum muslim itu berserikat dalam tuga perkara yaitu, padang rumput, air dan api. Ketiganya tidak boleh dimiliki oleh perorangan atau individu.
Merujuk pada hadis tersebut seharusnya kekayaan alam yang ada saat ini wajib dikelola negara dan hasilnya untuk kemaslahatan rakyat. Jika negara tidak sanggup karena kurangnya tenaga ahli, maka boleh mempekerjakan tenaga asing untuk bekerja. Hasil akhir tetap dikembalikan kepada rakyat agar rakyat dapat hidup sejahtera.
Begitulah seharusnya sebuah negara bersikap terkait sumber daya alam. Dan salah satu anjuran Islam dalam memanfaatkan sumber daya alam itu adalah dengan konsep ihyaul mawat yaitu menghidupkan lahan-lahan yang telah mati serta al imar yaitu memakmurkan alam sekitar. Bila hal itu dilaksanakan, maka keadaan yang dialami di Papua tidak akan terjadi.
Sesungguhnya ketika manusia memahami konsep kehidupan, bahwa dia berasal dari Allah Swt. diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. dan akan kembali pada Allah Swt. setelah mati, maka tidak akan timbul sifat serakah yang mementingkan diri sendiri.
Keadaan yang terjadi saat ini di bumi cendrawasih itu merupakan salah satu bukti keserakahan beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. Sehingga rakyat lah yang kembali menjadi korban.
Wallahu a'lam bishawab