Oleh: Siami Rohmah
Pegiat Literasi
Viral kejadian beberapa waktu yang lalu, setidaknya 87 warga di Dusun Jati, Desa Candirejo, Semanu, Kabupaten Gunungkidul Daerah lstimewa Yogyakarta terpapar antraks. Sementara, ada tiga warga meninggal dunia, salah satu dari korban ketika di tes,ternyata positif antraks.
Tradisi brandu menjadi awal dari kejadian ini. Dimana brandu adalah tradisi tetap menyembelih dan memakan hewan ternak mereka yang sudah mati, baik hewan sapi ataupun kambing. Ketika ada warga yang hewan ternaknya mati, warga yang lain akan membeli dagingnya dengan harga yang lebih murah dengan tujuan meringankan kerugian pemilik hewan ternak. Mayoritas warga di Dusun Jati memang non muslim, tapi mereka yang muslim juga harus ikut membeli daging, meskipun tidak dipaksa untuk memakannya (Republika.co.id).
Dari kejadian ini ada beberapa poin yang perlu digarisbawahi. Pertama, menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat di sana yang tertinggal, sehingga membeli daging dengan harga yang lebih murah daripada harga di pasaran. Ditambah tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah, di mana mereka tidak memahami bahaya ketika mengkonsumsi daging hewan yang sakit dan sudah mati. Sehingga tradisi ini berjalan sejak lama. Kedua, apa yang terjadi menunjukkan juga tingkat perhatian pemangku tanggungjawab di negeri ini, baik di daerah maupun di pusat masih kurang. Baik perhatian terkait edukasi kepada masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi hewan yang mati, apalagi kondisi sakit, karena kurangnya edukasi ini tradisi brandu terus berjalan. Ketika edukasi dilakukan maksimal tentu tradisi brandu sudah hilang.Kemudian pemerintah belum mampu menyejahterakan rakyat, khususnya yang ada di Dusun Jati. Sehingga demi bisa makan daging mereka mau membeli daging hewan yang mati atau sakit karena harga yang lebih murah.
Dalam Islam negara harus menjamin pemenuhan kebutuhan rakyatnya, baik kebutuhan individu (sandang, pangan, papan) maupun komunal (pendidikan, kesehatan, keamanan). Negara akan memastikan setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhannya tanpa terkecuali. Ketika masyarakat sejahtera, mereka tidak akan terpikat dengan daging harga murah, padahal tidak sehat. Kemudian negara juga menjamin kebutuhan komunal pendidikan, negara akan memfasilitasi rakyat untuk bisa menjadi manusia-manusia yang cerdas, yang akan mengkonsumsi makanan yang sehat. Sementara untuk rakyat yang muslim akan dididik menjadi muslim yang paham akan aturan agamanya, sehingga mereka hanya akan mengkonsumsi makanan yang halal dan tayib.
Belajar dari kisah Khalifah Umar bin Khattab yang selalu melakukan ronda malam untuk memastikan rakyatnya tidak kelaparan. Kemudian kisah Umar bin Adul Aziz yang sedikit sekali tidur karena sibuk memikirkan rakyatnya, maka tidak heran di masa jabatannya yang kurang lebih dua tahun saja mampu membuat susah mencari rakyat yang berhak menerima zakat. MasyaAllah ketika pemimpin yang berkuasa patuh kepada penciptanya, Mereka benar-benar akan sibuk dalam usaha menunaikan amanah dengan semaksimal mungkin. Karena mereka sadar mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas jabatannya. Ketika kita menginginkan pemimpin sekelas Umar maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan pemimpin untuk patuh kepada penciptanya dan menerapkan aturan dari penciptanya. Wallahualam bissawab.