Oleh : Lilik Yani (Muslimah Peduli Umat)
Siapa yang tak ingin kaya? Tidak ada larangan jika diraih dengan cara benar dan dibelanjakan dengan cara benar pula. Jika kekayaan untuk pamer di depan umum, dilakukan oleh pejabat, apakah tak membuat masyarakat cemburu?
Meski itu kekayaan pribadi, jika dipamerkan di depan masyarakat umum akan tidak etis. Apalagi jika itu harta di dapat dengan cara tidak wajar, maka bisa menimbulkan keresahan masyarakat.
Di mana hati nuraninya hingga melakukan perbuatan tidak etis, sementara rakyat mengalami kekurangan, banyak terjadi PHK dimana-mana. Tak adakah empati pada kondisi masyarakat yang buat makan saja tak ada. Sementara pemimpin pamer kekayaan yang dibelinya dengan cara tak benar?
Dilansir dari ORBITINDONESIA.COM - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung Reihana Wijayanto saat ini menjadi sorotan masyarakat. Reihana Wijayanto menjadi sorotan lantaran gaya hidup mewah atau hedonnya yang dinilai tidak wajar.
Di antara gaya hidup mewah Reihana Wijayanto yang dikritik masyarakat adalah suka pamer tas mewah bermerek di media sosial (medsos).
Diketahui, Reihana Wijayanto kerap memamerkan koleksi tas mewah yang diduga miliknya tersebut di akun Instagram-nya, @wijayantoreihana. Namun, sejak sosoknya menjadi perhatian publik, akun tersebut mendadak terkunci alias diprivat.
Namun, warganet berhasil mendapatkan sejumlah foto Reihana Wijayanto dengan tas branded miliknya dari akun tersebut, sebelum terkunci.
Seperti salah satu foto yang dibagikan akun Twitter @PartaiSocmed, belum lama ini, menampilkan kadinkes 14 tahun tersebut menenteng tas Hermes Birkin warna merah dengan harga yang fantastis.
Tidak hanya itu, akun tersebut juga memberikan informasi menarik tentang harga tas Hermes Birkin yang ditenteng Reihana. Diketahui di sana, harga second tas Hermes Birkin 40 Togo Rouge Tomate yakni 9.980 Euro atau setara Rp162 juta
Pamer Kekayaan, di Akherat akan Dimintai Pertanggungjawaban
Pamer kekayaan merupakan salah satu perbuatan yang kini menjadi tren terutama di media sosial. Tidak jarang orang yang mengunggah harta kekayaannya dan menjadi tren di media sosial. Lalu bagaimana hukum pamer kekayaan dalam Islam?
Memamerkan harta merupakan sikap riya yang dilarang oleh Islam. Perbuatan riya ini merupakan perbuatan syirik kecil yang memiliki dosa yang besar. Hal ini sebagaimana Allah SWT pernah bersabda dalam Al-Quran Surat Luqman ayat 8.
Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman:18)
Menurut Ustaz Adi Hidayat, Allah SWT sangat tidak menyukai hamba-Nya yang memiliki sifat sombong dengan memamerkan harta kekayaannya. Semua yang dibanggakan, dipamerkan itu hakikatnya setiap materinya setiap bendanya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.
"Seluruh nikmat yang dititipkan oleh Allah itu seyogyanya adalah bekal ibadah yang akan dibawa pulang dan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT bukan untuk dipamerkan," demikian Ustaz Hidayat menambahkan.
Sudah seharusnya para pemimpin paham, betapa kondisi negeri dalam keadaan tidak baik-baik saja. Jika ditambah pemandangan pamer kekayaan para pejabat, jangan salahkan masyarakat jika marah dan protes.
Di mana etika dan empatinya pada rakyat yang untuk makan saja susah harus melihat pemandangan yang bertolak belakang seperti itu. Yakinkah itu kekayaan yang diperoleh dengan cara wajar, bagaimana kalau milik rakyat yang dikorupsi? Tak takutkah dengan pertanggungjawaban akherat?
Dijadikan Terasa Indah Kekayaan Dunia, Di Akherat Tersisa Apa?
Allah menguji manusia dengan
dijadikan terasa indah dalam pandangannya cinta terhadap apa yang diinginkan. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
Selanjutnya pilihan di tangan manusia, akankah memilih kekayaan dunia yang fatamorgana? Bisa lenyap setiap saat Allah menghendakinya. Atau memilih hidup di dunia sewajarnya, dan berharap bahagia akherat selamanya.
QS. Ali 'Imran Ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالۡبَـنِيۡنَ وَالۡقَنَاطِيۡرِ الۡمُقَنۡطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالۡفِضَّةِ وَالۡخَـيۡلِ الۡمُسَوَّمَةِ وَالۡاَنۡعَامِ وَالۡحَـرۡثِؕ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۚ وَاللّٰهُ عِنۡدَهٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
Ada beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang mengambil pelajaran dari peristiwa di atas, yaitu dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan dan sulit untuk dibendung, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan yang bagus dan terlatih, hewan ternak, dan sawah ladang, atau simbol-simbol kemewahan duniawi lainnya.
Itulah kesenangan hidup di dunia yang bersifat sementara dan akan hilang cepat atau lambat, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga dengan segala keindahan dan kenikmatannya.
Sesudah dijelaskan pada ayat sebelum ini tentang kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran, maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.
Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Perempuan, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan manusia dan sangat dicintainya.
Sebenarnya bukan sesuatu yang terlarang mencintai benda-benda itu, karena manusia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Namun sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu.
Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi dia menganggap hal itu tidak baik untuk dirinya, dia dapat melepaskan diri dari pengaruhnya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda dan kesenangan.
Oleh sebab itu, Allah menjadikan harta benda dan kesenangan sebagai sarana menguji keimanan seseorang, apakah dia akan menggunakan semua harta dan kesenangan itu untuk kehidupan duniawi saja, ataukah dia akan menggunakan harta bendanya untuk mencapai keridaan Allah.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.
Benda-benda kesenangan manusia secara terperinci adalah sebagai berikut:
Pertama: Perempuan (istri), istri adalah tumpuan cinta dan kasih sayang. Jiwa manusia selalu cenderung tertuju kepada istri.
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang."
Sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah diperuntukkan bagi anak dan istri. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum perempuan, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi mencintai perempuan secara berlebihan mempunyai efek yang kurang baik terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa, dan dapat pula mempengaruhi keseimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Dalam ayat ini, mencintai istri disebutkan lebih dahulu daripada mencintai anak-anak, walaupun cinta kepada istri itu dapat luntur, sedang cinta pada anak tidak; karena cinta pada anak jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai perempuan.
Pada umumnya mencintai anak tidak menimbulkan problema. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada perempuan dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang lain, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai perempuan lain.
Kedua: Anak, laki-laki atau perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada istri karena tujuannya untuk melanjutkan keturunan. Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga, penerus keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan.
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)."
Ketiga: Harta kekayaan yang melimpah ruah. Ar-Razi mengatakan dalam tafsirnya, "Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan, dan kesempurnaan itu diinginkan oleh semua manusia. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan, maka ia diinginkan dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai".
Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusnya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat.
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan berkata kepadamu, "Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami."
Cinta kepada harta telah menjadi tabiat buruk manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya. Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya.
Rasulullah saw bersabda:
"Sekiranya manusia itu mempunyai satu lembah harta, niscaya ia ingin yang kedua (satu lembah lagi). Kalau ia mempunyai dua lembah, niscaya ia ingin yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya." (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu 'Abbas).
Keempat: Kuda yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih di bagian dahi dan kakinya, sehingga tampak sebagai tanda. Bagi masyarakat Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.
Kelima: Binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil beternak binatang-binatang itu.
Allah berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:
"Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh keindahan padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan).Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui."
Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi, karena sawah ladang adalah sumber pemenuhan kebutuhan seseorang.
Demikianlah keenam macam harta yang disenangi manusia di dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Setan menggoda manusia sehingga ia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal.
Tidak benar, apabila harta benda dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan akhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah.
Demikian penjelasan ayat, betapa mempesonanya harta perhiasan di dunia. Allah menguji manusia dengan perhiasan yang begitu menggoda. Maka tidak heran jika banyak para pejabat, pemimpin, yang terpesona dan ingin memamerkan kekayaannya.
Masalahnya, jika kebahagiaan dunia itu dinikmati semua, punya bagian apa di akherat kelak? Bukankah kehidupan akherat kekal adanya. Mengapa tak memilih bahagia akherat saja, di mana di sisi Allahlah yang terbaik?
Wallahu a'lam bish shawwab
Tags
Opini