Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor)
Beberapa jamaah Haji reguler asal Indonesia mengeluhkan Pelayanan yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Mulai dari menu makanan, keterlambatan jadwal serta fasilitas lainnya.
Seperti dilansir dari bbc.com/ 1Juli 2023, Seorang jemaah haji asal Batam, Dhea Arizona, 34 tahun, menceritakan kepada BBC News Indonesia bagaimana menu makanan yang disajikan untuk para jemaah haji selama Armina ‘sangat seadanya’ dan beberapa kali terlambat didistribusikan.
Padahal sebelum berangkat, Dhea mengatakan para jemaah haji dijanjikan makanan dengan cita rasa Indonesia. Mulai dari rendang, opor ayam, mangut lele, dan lain-lain. Tetapi makanan yang dia terima tidak sesuai harapannya.
Menu seadanya. Pernah lauknya daging itu entah digoreng atau direbus saja, nggak berbumbu, makannya nggak nafsu. Banyak yang akhirnya nggak menghabiskan makanannya. Saya juga merasa makanannya kurang layak dikonsumsi,” kata Dhea kepada BBC News Indonesia, Jumat (30/6).
“Saya juga sempat foto yang lauknya ayam, dagingnya keras sampai susah dimakan. Gigi saya sampai sakit,” sambungnya.
Jatah sarapan pagi, kata Dhea, berulang kali baru diberikan pukul 09:00 pagi, kemudian makan siang pada pukul 15, dan makan malam pada pukul 21:00.
Pada Kamis (29/6) malam atau 10 Dzulhijjah menurut kalender Islam, Dhea bahkan mengaku tidak mendapatkan makan malam sama sekali.
Metrotvnews.com/ 30 Juni 2023, Anggota Ombudsman Indraza Marzuki Rais mengungkapkan beberapa masalah di penyelenggaraan Haji 2023. Dia menyebut pelayanan untuk jemaah Indonesia sangat kacau dan berantakan, mulai pendaftaran, keberangkatan, hingga pelaksanaan haji di Tanah Suci.
Belum lagi masalah fasilitas di asrama haji dan makanan yang dikonsumsi jemaah selama di asrama. Indra membeberkan konsumsi di asrama Bekasi, Pondok Gede dan Indramayu tidak higienis dan menimbulkan masalah kesehatan pada jemaah.
"Ada kejadian yang kami pas datang itu tidak higienis, ada beberapa jemaah yang sakit. Kalau mereka kerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) segala macam, ternyata masih tembus juga masalah konsumsi itu," ujarnya.
Ia mengatakan pemberian living cost untuk jemaah juga bermasalah. Jemaah disebut diberi uang saku dalam bentuk rupiah, bukan riyal.
"Kalau rupiah kan merepotkan mereka, tidak semua orang juga paham bagaimana dan harus ke mana menukarkan uang itu," jelas Indra.
Indra mengaku mendapat kabar ada pihak swasta masuk dan menyediakan jasa tukar mata uang di dalam asrama haji sebelum keberangkatan. Praktik ini diduga bagian dari bisnis di asrama haji.
Belum lagi masalah penerbangan untuk keberangkatan jemaah haji yang sempat tertunda akibat pesawat yang digunakan kapasitasnya kurang dari semestinya. Banyak kloter terpecah.
"Selama dua hari atau tiga hari tertunda. Ternyata pihak Saudi Airlines ini yang memang sedari awal bermasalah. Kloter kita orangnya sebanyak 480, ternyata kapasitas pesawat hanya 405. Berarti yang 75 harus tertunda dong. Mereka otomatis rugi waktu, rugi materi, konsumsinya bagaimana dan seterusnya?" ucap Indra.
Sementara itu Ketua Komnas Haji dan Umrah Mustolih Siradj menyampaikan masalah terlantarnya jemaah haji di Musdalifah hingga pelayanan lainnya akibat dari aturan pemerintah Arab Saudi itu sendiri. Penyelenggaraan haji yang semula ditangani government to government, menjadi business to business.
Persoalan yang terjadi dalam penyelenggaraan ibadah Haji di Makkah tahun ini perlu ada mitigasi agar ke depan tidak terulang lagi. Inilah yang terjadi jika islam tidak dipakai sebagai sistem kehidupan.
Potret buruk dari sistem sekelurisme yang hanya mementingkan keuntungan semata tanpa memperdulikan kesejahteraan yang semestinya didapat oleh para jamah haji.
Pentingnya penerapan Islam secara kaffah karena dalam sistem Islam jelas sangat menghormati Jemaah haji dan memberikan pelayanan terbaik karena mereka adalah tamu Allah.
Pengelolaan dana haji harus dijaga agar sesuai peruntukannya dan aman dari tindak penyalahgunaan karena penyelenggaraan ibadah ini pun akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Ibadah haji merupakan representasi ketaatan tertinggi kepada Allah SWT. Penyelenggaraannyapun mencerminkan pengaturan umat muslim sedunia. Semestinya ibadah penting ini dipersiapkan dengan sempurna secara detail, mulai dari sarana, prasarana, dan infrastruktur yang dibutuhkan saat berhaji sehingga para jamaah haji dapat melakukan ibadah dengan tenang, nyaman dan khusyu.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh," (QS. Al-Hajj : 27)