Mitigasi Lamban, Rakyat Jadi Korban

Oleh : Diani Ambarawati
(Forum Literasi Muslimah Bogor)

 
Intensitas hujan yang tinggi mengguyur lereng gunung semeru di Lumajang Jawa Timur, imbasnya debit air di daerah aliran sungai lahar meningkat dan menerjang jembatan hingga meluber ke jalanan. Kejadian ini buka kali pertama, desember 2021 terjadi letusan gunung merapi dan mengeluarkan awan panas guguran (APG). Lambannya mitigasi bencana menyebabkan banyaknya nyawa melayang dan hingga saat ini belum terlihat peningkatannya.

Erupsi Semeru yang disertai intensitas curah hujan tinggi menyebabkan banjir lahar dingin yang menerjang 5 desa dengan 4 jembatan yang terputus, kata kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jatim Satriyo Nurseno, Detiknews, Sabtu (8/7/23). Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) mempersiapkan pemasangan jembatan sebagai pengganti sementara jembatan Kali Glidik II yang ambruk karena jembatan ini penghubung Kabupaten Malang dengan Kabupaten Lumajang. Nantinya perlu pembatasan beban kendaraan maksimum 25 ton. Cnnindonesia.com, Minggu (9/7/23).

 
Mitigasi dalam Kacamata Kapitalis

Setiap bencana melanda negeri, seharusnya negara menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan nyawa rakyatnya dengan perlengkapan keselamatan jiwa bahkan penanganan mitigasi bencana yang mumpuni, hal ini seharusnya menjadi poin penting dalam mendeteksi setiap bencana alam. Minimnya armada untuk perlengkapan evakuasi korban, material berat dan kesulitan akses pengangkutan sandang dan pangan juga penyediaan tempat huni pasca bencana terus menjadi PR besar negeri ini.

Peluang erupsi Semeru yang terus terjadi seharusnya menjadi perhatian aparat negeri dan pejabat setempat. Nasib rakyat yang tinggal dengan lokasi merapi makin tak menentu, tidak hanya was-was bahkan bernasib naas jika erupsi gunung merapi terus memuntahkan isi perutnya. Negara hanya melengkapi dengan alat seismograf dan jika ada indikasi aktif maka menghimbau kepada warga untuk tidak melakukan kegiatan disekitar gunung.

Keniscayaan buah dari kapitalisme demokrasi, menempatkan sistem ekonomi berasas manfaat semata, jika ada keuntungan melimpah akan menjadi perhatian khusus jika tidak diabaikan terlebih urusan nyawa rakyatnya. Sehingga perlengkapan mitigasi seadanya karena beranggapan hanya dipakai saat terjadi indikasi bencana, padahal jika mitigasi canggih akan mendeteksi dini bencana dari laut, darat dan udara.
 

Mitigasi dalam Kacamata Islam

Bencana dalam pandangan Islam, selain merupakan ujian dari Al Khaliq, bencana juga diakibatkan oleh ulah tangan manusia yang tidak mau diatur dengan syariat islam. Seperti dalam firman Allah SWT didalam Al Qur’an.

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-rum: 41-42).

Islam memandang keselamatan nyawa rakyat yang utama, negara dengan menerapkan sistem Islam memiliki mekanisme mitigasi bencana yang mumpuni,  terlebih syariat islam mejaga agama, akal, harta, termasuk jiwa.

Islam mencegah bencana dengan berupaya mengadopsi teknologi terkait mitigasi yang mutakhir dengan pendanaan dari baitul mal yang bersumber dari pendapatan keuangan negara yang riil dari sumber pemasukan fa’i, ghanimah, kharaj, jizyah, ‘ushur dan khumus. Pendanaan yang baik akan menunjang kemapuan mitigasi yang baik pula.

Jika wilayah rentan terjadi bencana seperti gunung merapi, negara menetapkan wilayah sekitarnya masih boleh dihuni berarti negara akan mengalihkan lahar dari erupsi ke tempat yang jauh dari pemukiman warga. Mitigasi lainnya, negara menggunakan konsep modular bangunan tahan gempa abu vulkanik untuk wilayah pemukiman warga dan fasilitas umum seperti perkantoran pelayanan umum, rumah sakit, gedung sekolah, tempat ibadah, dan pemukiman warga juga bangunan lainnya sehingga atap-atap rumah dan bangunan  mampu menahan semburan abu vulkanik gunung merapi.

Jika ada indikasi ledakan yang lebih hebat, mitigasi berteknologi tinggi akan mendeteksi jauh hari bencana yang akan terjadi dan mensterilkan wilayah yang berpeluang terkena imbas bencana dan telah menyediakan pemukiman layak huni bagi para pengungsi dilengkapi dengan penyediaan dapur umum dan posko kesehatan yang terbaik.

Negara dalam sistem islam berperan sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (pelindung) yang bertanggungjawab dalam menyelamatkan nyawa rakyat. 

Allahu A’lam Bishowab
 
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak