Oleh : Ummu Aqeela
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa keluarga bahagia adalah cerminan negara yang juga bahagia.
"Kenapa keluarga itu penting? Karena keluarga itu unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, keluarganya bahagia, maka negara itu otomatis secara teoritik juga akan bahagia," kata Muhadjir dalam rangkaian acara Hari Keluarga Nasional 2023 di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/7/2023).
Teori yang simple bukan? Namun ada hal yang mis disini bahwa kebahagiaan keluarga tidak terbentuk begitu saja. Bukan hanya faktor internal inti saja, namun melingkupi faktor eksternal yaitu masyarakat dan negara. Bagaimana bahagia bisa terbentuk dengan mudah jika faktor eksternal yang lain memberikan potensi sebaliknya?
Memang benar, bangunan sebuah keluarga yang kuat dan kokoh sangat dibutuhkan keberadaannya, terlebih pada saat ini, di mana umat berada pada kondisi sangat memprihatinkan karena tidak diterapkannya aturan Islam di tengah-tengah masyarakat. Betapa sangat menyesakkan dada ketika kondisi ini terjadi di dalam sebuah keluarga di tengah-tengah umat. Saat aturan hubungan laki-laki dan perempuan di lingkup publik yang ditujukan untuk bermuamalah dan bekerjasama dilanggar, diganti dengan pandangan naluri seksualitas (pemikiran barat), tidak sedikit rumah tangga menjadi retak bahkan berujung perceraian karena perselingkuhan masing-masing di luar rumah.
Belum lagi tayangan media massa yang merangsang naluri seks hingga menusuk ke jantung keluarga kita. Tak jarang justru penyimpangan seks terjadi di dalam lingkup keluarga. Belum lagi ketika kita dihadapkan pada dampak akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalis. Kemiskinan yang diakibatkan oleh distribusi barang dan jasa yang tidak adil dan salah sasaran membuat kehidupan masyarakat semakin sempit.
Sistem ekonomi kapitalis yang tengah dianut umat saat ini membawa kerusakan pada tatanan kehidupan yang teramat luas. Ketika suami istri harus bertengkar karena masalah pemenuhan kebutuhan hidup. Daya beli masyarakat yang sangat rendah berdampak pada kecukupan gizi yang tidak terpenuhi. Sehingga terwujudnya generasi yang sehat dan berkualitas sangat sulit untuk dicapai. Dengan terpaksa ibu menjual bayinya, ayah menjual anak gadisnya di tempat pelacuran. Dengan berkorban perasaan ibu meninggalkan keluarga yang dicintainya demi bekerja di luar negeri. Karena kemiskinan, banyak anak tidak berkesempatan untuk sekolah, dan lain sebagainya, sehingga menjadi penyebab fungsi keluarga tidak berjalan pada treknya.
Fungsi intern keluarga yang pertama dan utama, adalah menciptakan keharmonisan pasangan yang akan menjadi cikal bakal keluarga ideologis, bahagia dan sejahtera. Berangkat dari tujuan, visi dan misi yang dimiliki oleh pasangan suami istri dalam membina biduk rumah tangga. Dalam Islam, pernikahan dijalani dengan menjadikan Islam sebagai dasar dan pondasi bagi institusi kecil ini. Islam menyatakan bahwa, akad pernikahan merupakan mitsaaqon gholiidzon (ikatan yang kuat). Hal ini mendorong setiap pasangan untuk berupaya menjaga keutuhan rumah tangganya semaksimal mungkin, sebab akad ini disaksikan pula oleh keluarga, karib kerabat bahkan yang utama di hadapan Allah SWT yang kelak akan meminta pertanggungjawaban atas hal ini.
Keluarga pun memiliki fungsi keluar (fungsi publik dan politis). Hadits yang masyhur di dalam Islam, adalah tentang buruknya seorang Muslim yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan. Islam menjaga hak pertetanggaan, agar saling mengirim makanan, saling menjaga hak masing-masing, agar tidak ada yang terdzolimi. Sampai-sampai, tetangga disepertikan saudara kita yang akan mendapatkan hak waris kita. Konsep-konsep seperti inilah yang sejatinya ditanamkan pada keluarga-keluarga Muslim.
Kepedulian terhadap sesama yang senantiasa ditumbuhkan dalam keluarga ideologis, akan membentuk jiwa-jiwa anggota keluarga yang tidak akan diam menyaksikan saudara Muslimnya kelaparan, lemah tak berdaya, tertindas dan terdzolimi. Tidak hanya masyarakat di sekitar rumahnya saja, tapi hingga ke batas-batas Negara lain yang disana ada saudara seaqidahnya. Setiap anggota keluarga akan menjadi individu yang berusaha berkarya dan memberikan manfaat sebanyak mungkin bagi masyarakatnya.
Sebagaimana yang telah kita dapati bersama, gambaran keluarga seperti inilah yang kita dapatkan dalam kehidupan Khilafah Islamiyah (pemerintahan Islam). Keluarga-keluarga ideologis yang tercipta di bawah naungan syariat ini, didukung oleh kuatnya kontrol masyarakat pada saat itu dalam penjagaan tatanan keluarga dan lingkungan agar sesuai dengan Islam. Negara pun memastikan agar roda kehidupan keluarga tidak hanya berjalan tapi juga berprestasi, dengan menjamin lapangan pekerjaan bagi para bapak, membolehkan para istri untuk menuntut ilmu yang tidak melalaikan aktivitas rumah tangganya serta menjamin kesehatan dan pendidikan seluruh anggota keluarga.
Peran dan fungsi keluarga Muslim akan kembali pada treknya, jika kita sama-sama menyadari bahwa ada yang salah dengan visi misi keluarga-keluarga Muslim saat ini. Yang utama adalah pengaturan Negara yang tidak sesuai dengan Islam sehingga menghasilkan kesemrawutan. Negara adalah tempat bernaungnya beribu-ribu keluarga. Di mana semuanya terikat dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan, yang sekuler, liberal dan kapitalistik. Disinilah peran kita bersama dalam mengembalikan syari’at Islam sebagai dasar yang akan menaungi seluruh keluarga, baik Muslim maupun non Muslim. Sebab teguhnya keluarga-keluarga yang ada dibutuhkan dukungan dari masyarakat dan Negara sebagai institusi tertinggi.
Di bawah naungan syariat Islam, akan meringankan beban orangtua dengan menyediakan pendidikan Islami yang berkualitas, semurah mungkin bahkan hingga gratis. Pelayanan kesehatan yang tidak diskriminatif dan murah akan diberikan kepada seluruh warga Negara. Oleh karenanya, mari seluruh kaum Muslim, khususnya keluarga-keluarga Muslim yang Allah SWT berkahi, untuk menguatkan tekad dan bergandeng bersama mengembalikan tegaknya aturan Islam, sehingga tercapai kebahagiaan hakiki dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara.
Wallahu’alam bishowab