Maraknya Perselingkuhan, Siapa yang Harus Disalahkan?



Oleh: Yeni Agustini S.Pd. 
(Aktivis Muslimah Lubuklinggau)


Akhir-akhir ini banyak berita mengenai maraknya Perselingkuhan yang terjadi, baik dari kalangan masyarakat biasa, Pejabat negara, influencer, sampai dengan kalangan artis sekalipun.
Perselingkuhan nampaknya menjadi hal yang sudah lumrah dikalangan masyarakat.

Hilangnya rasa cinta pada pasangan halal, mencari kepuasan di luar dengan cara yang haram dan melanggar syariat, serta menodai sucinya ikatan pernikahan, hal ini menjadi fenomena yang menjamur di tengah masyarakat. Lantas dalam hal ini, siapa kah yang harus di salahkan?

Terjadinya perselingkuhan banyak di sebabkan oleh berbagai faktor. Merasa tidak diperhatikan oleh pasangan, tidak lagi merasa nyaman dengan pasangan, ada juga yang disebabkan oleh ekonomi pasangan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan, dan yang paling utama adalah lemahnya pemahaman akan keimanan dan pemahaman tentang Islam.

Banyaknya kasus perselingkuhan, menjadi gambaran betapa lemahnya ikatan pernikahan yang di bangun saat ini. Menikah hanya sekedar dijadikan ajang menghapus gelar lajang atau mungkin hanya sekedar pemenuhan nafsu belaka tanpa memikirkan kesakralan dari pernikahan itu sendiri adalah Ibadah kepada Allah SWT. Maka wajar jika banyak pasangan yang akhirnya gagal dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.

Ikatan pernikahan dalam Islam adalah sebuah perjanjian yang suci dan sakral. Memahami hak dan kewajiban sebagai pasangan seyogyanya dipahami oleh setiap pasangan termasuk menjaga diri dari aktivitas yang dapat membuat kita tidak bersyukur terhadap pasangan kita atau bahkan sampai melakukan perselingkuhan. Namun karena berlakunya sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan saat ini melahirkan banyak pasangan yang hanya mengedepankan ego dan nafsu belaka. Perselingkuhan dianggap wajar jika tidak mendapatkan kepuasan dari pasangan baik secara lahir maupun batin. Padahal Perselingkuhan adalah salah satu dosa besar karena menghantarkan kepada perzinahan dan pengkhianatan. Rasulullah bersabda :
"Tiga (jenis manusia) yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula Allah menyucikan mereka dan tidak memandang kepada mereka, sedang bagi mereka siksa yang pedih, yaitu: laki-laki tua yang suka berzina, seorang raja pendusta dan orang miskin yang sombong." (HR. Muslim).

Menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam menjalankan kehidupan rumah tangga merupakan salah satu solusi untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah seperti yang kita semua harapkan.
Serta umat muslim harus selalu berupaya untuk menegakkan sistem Islam, karena hanya dengan sistem Islam lah kita mampu mewujudkan keluarga sakinah, mawadah, warahmah seperti yang di contohkan oleh Rasulullah, karena saat ini kita tidak bisa berharap banyak terhadap sistem sekuler yang telah rusak ini untuk memberikan solusi dan penyelesaian terhadap masalah- masalah yang terjadi. Karena dari banyak nya kasus perselingkuhan, perceraian menjadi pilihan penyelesaian masalah ini.

Harus di pahami bahwa perkara paling kuat dalam hubungan suami dan istri adalah agama, bukan cinta, harta atau hanya paras belaka. Maka sangatlah penting memilih pasangan yang baik agama nya, yang bertakwa dan takut pada Allah, bukan sekedar paham namun juga menerapkan ilmunya dalam setiap inchi kehidupan sebagaimana.
Nabi Muhammad SAW telah memberikan petunjuk cara dalam memilih pasangan seperti yang terekam dalam Sahih al-Bukhari:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ‌تُنْكَحُ ‌المَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ

Artinya: Dari Abi Hurairah, ia berkata, Nabi Muhammad bersabda: Perempuan dinikahi karena empat, yaitu harta, kemuliaan nasab, kecantikan, dan agamanya, pilihlah wanita yang taat kepada agamanya, maka kamu akan berbahagia (beruntung). (HR Al-Bukhari, 7/7).

Wallahu a'lam bish-shawwab.

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak