Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Sindikat jual beli ginjal makin marak. Tentu saja, hal ini meresahkan kehidupan sosial masyarakat. Nilai keamanan menjadi sesuatu yang sulit didapat.
Jual Beli Ginjal Mendunia, Refleksi Sistem Gagal
Polisi berhasil mengungkap sindikat jual beli ginjal secara internasional. Operasi yang dilakukan tim gabungan Polda Metro Jaya di bawah asistensi Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri telah menetapkan 12 tersangka dalam kasus tersebut (liputan6.com, 20/7/2023). Dua diantaranya adalah pegawai pemerintahan, yaitu satu orang oknum anggota Polri dan satu orang lainnya merupakan oknum pegawai imigrasi. Satu orang oknum polisi tersebut bertugas untuk menjaga gerak-gerik para pelaku agar tak terendus polisi. Dengan mengganti-ganti SIM card dan handphone yang digunakan. Serta berpindah-pindah lokasi operasi. Dari sindikat jual beli organ tersebut, oknum polisi yang bersangkutan menerima upah sebesar Rp 612 juta (liputan6.com, 20/7/2023).
Sementara oknum imigrasi bertugas memudahkan administrasi dari para pendonor yang diberangkatkan. Oknum ini pun diberi upah berkisar Rp 3,2 hingga Rp 3,5 juta per pendonor.
Polisi pun membeberkan, sindikat perjualan ginjal internasional mendapatkan Rp 200 juta per transaksi. Pendonor mendapatkan Rp 135 juta, sisanya Rp 65 juta untuk sindikat, biaya paspor dan biaya transportasi. Transplantasi ginjal berlangsung di Kamboja. Para pendonor dipertemukan dengan penerima donor ginjal oleh para sindikat. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ternyata jual beli ginjal tak hanya di Kamboja, namun juga negara-negara lain seperti India, China, Malaysia dan masih banyak negara lainnya.
Motif ekonomi ditengarai sebagai sebab utama penjualan ginjal. Sebagian besar adalah para karyawan yang terimbas badai PHK saat masa pandemi. Beragam golongan calon pendonor, antara lain guru privat, pedagang, sekuriti, bahkan ada mahasiswa S2 dari universitaan ternama. Kesulitan ekonomi menjadi sandungan terbesar hingga seseorang nekat melakukan penjualan organ.
Kemiskinan menjadi faktor kuat yang menciptakan kasus penjualan organ. Tanpa peduli pada kesehatan diri. Yang penting mampu memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. Miris. Inilah akibat sistemik dari sistem buruk yang telah lama diterapkan. Kemiskinan menjadi kasus sistemik yang hingga kini belum tersolusikan.
Negara pun seolah tak mampu mengatur kehidupan rakyat. Semua kebutuhan hidup mahal harganya. Sementara, lapangan pekerjaan layak tak mampu disediakan negara. Hal tersebut menjadi celah bagi oknum tak bertanggung jawab. Memanfaatkan kesulitan seseorang demi keuntungan materi semata.
Semua fakta ini menunjukkan betapa buruknya kualitas hidup di bawah kendali sistem kapitalisme. Sistem yang mengutamakan keuntungan materi di atas segalanya. Bahkan nyawa pun menjadi taruhannya.
Negara yang seharusnya mengurus rakyat hanya mampu sebagai pembuat kebijakan. Namun tak mampu mengawasi pelaksanaannya. Alhasil, kejahatan makin liar dan mengincar setiap nyawa masyarakat. Keamanan tak mampu diciptakan.
Sumber daya alam yang melimpah seharusnya mampu menjadi sumber kehidupan yang mampu mengurusi kebutuhan rakyat. Namun sayang, potensi ini justru dialihkan pengelolaannya kepada pihak swasta dan asing. Alhasil, setiap kebutuhan rakyat harganya melangit. Rakyat makin terjepit dalam kondisi yang serba sulit.
Sistem kapitalisme hanya menyisakan kemiskinan sistemik dan kezaliman yang tak pernah berhenti.
Islam, Mengurusi Umat dengan Sempurna
Islam-lah satu-satunya harapan. Paradigma Islam menetapkan bahwa rakyat adalah amanah yang wajib dipenuhi setiap kebutuhannya. Setiap sumberdaya alam yang dimiliki dikelola semaksimal mungkin oleh negara. Untuk dimanfaatkan seluas-luasnya demi memenuhi seluruh kepentingan rakyat.
Kebutuhan sandang dan pangan dipenuhi dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang layak. Sementara rakyat yang tak mampu, seluruh kebutuhannya dipenuhi negara melalui Baitul Maal. Kebutuhan rakyat di bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara.
Sungguh setiap kepemimpinan adalah amanah. Kelak akan dipertanggungjawabkan. Hanyalah kerugian dan penyesalan yang terjadi, jika kepemimpinan disia-siakan. Para pemimpin yang beruntunglah yang mampu melaksanakan amanahnya dengan baik. Sesuai sabda Rasulullah dalam HR. Muslim.
Konsep Islam yang amanah akan mensejahterakan semua lapisan masyarakat. Tanpa diskriminasi. Hanya dengan konsep Islam inilah kemiskinan akan tertuntaskan.
Wallahu a'lam bisshowwab.