Liberalisasi Pergaulan Mengancam Generasi, Islam Pembawa Solusi






Oleh : Suaibah S.Pd.I.
(Pemerhati Masalah Umat) 

Raja singa atau sifilis adalah Salah satu penyakit menular seksual atau IMS yang disebabkan oleh infèksi bakteri. Umumnya, sifilis adalah penyakit yang diawali dengan luka disekitar alat kelamin, dubur, ataupun mulut. Sifilis disebabkan oleh infèksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui hubungan seksual dengan penderita raja singa. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui kontak fisik dengan luka ditubuh penderita.

Indonésia, dengan penduduk muslim terbesar di dunia tak lepas dari penyakit infeksi menular sifilis ini. Pemeriksaan terkait penyakit sifilis yang dilakukan Dinkes Kota Bandung menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian mengatakan bahwa dalam kurun waktu 2020—2022, kasus sifilis di Bandung terus meningkat seiring peningkatan pemeriksaan yang dilakukan sejumlah fasilitas kesehatan.

Dikutip dari CNN Indonesia (17/6/2023), pada 2020, dari 11.430 orang yang diperiksa, ditemukan 300 yang positif sifilis. Pada 2021, dari 12.228 orang yang diperiksa, ditemukan 332 yang positif sifilis. Pada 2022, pemeriksaan meningkat menjadi 30.311 orang dan ditemukan 881 orang positif sifilis. Artinya, positivity rate kasus sifilis 2020—2022 mencapai 3%.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Provinsi Jawa Barat mencatat 3.186 kasus sifilis. Jawa Barat menduduki peringkat dua kasus sifilis terbanyak setelah Papua (3.864 kasus). Peringkat tiga adalah DKI Jakarta dengan 1.897 kasus, diikuti Papua Barat (1.816), Bali (1.300), Banten (1.145), dan Jawa Timur (1.003).

Sungguh miris, dengan penduduk mayoritas muslim namun bahaya sifilis mengintai kehidupan sosial masyarakat. Apa yang harusnya dilakukan untuk memutus rantai penyakit ini secara tuntas?

Tidak Cukup Imbauan

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menghimbau agar masyarakat selalu menerapkan gaya hidup sehat, khususnya dalam berinteraksi yang menjadi jalan masuknya penyakit sifilis. Senada, Dinas Kesehatan terkait juga mengimbau pasangan yang sudah menikah agar setia pada pasangannya untuk menghindari seks berisiko.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga melakukan berbagai upaya agar kasus sifilis tidak meningkat dan dapat dicegah sedini mungkin, di antaranya (1) melakukan sosialisasi bahaya sifilis dan langkah penanganannya, terutama terhadap kelompok yang bergerak di bidang pencegahan infeksi menular seksual, semisal kelompok yang menjangkau ke pekerja seks; (2) melakukan skrining masif pada populasi kunci (lingkungan pekerja seks, L687), terutama pada kelompok ibu hamil hingga level kecamatan; (3) menyediakan dan mendistribusikan obat-obatan sebagai upaya penyembuhan penyakit sifilis ke beberapa wilayah.

Upaya penanganan dan pencegahan tersebut patut kita apresiasi. Namun, upaya yang dilakukan belum cukup untuk mencegah sifilis yang terus meningkat secara signifikan. Ini karena solusi yang diberikan masih berkutat pada penyelesaian persoalan cabang. 

Sementara itu, akar masalah yang menjadi biang penyebaran sifilis tidak pernah dicegah secara masif, yaitu penerapan sekularisme yang melahirkan gaya hidup liberal, seperti normalisasi zina dan tata pergaulan yang serba bebas. Penyakit sifilis sendiri muncul karena pola hidup liberal yang “menuhankan” hawa nafsu.

Sudah bukan rahasia umum, sifilis rentan terjadi pada kelompok yang berganti-ganti pasangan dan “hubungan sesama”. Aktivitas apa yang menunjukkan perilaku berganti-ganti pasangan kalau bukan perzinaan? Negara seakan mendiamkan perilaku zina yang makin merebak, bukan hanya pasangan menikah, tetapi juga generasi muda. Begitu pula pembiaran terhadap “kelompok sesama” yang jumlahnya terus meningkat.

Bukankah ini hal yang mengerikan jika perilaku ini tidak lagi menjadi hal tabu dan justru dianggap biasa saja? Bahkan, kampanye dukungan terhadap mereka yang ingin diakui makin marak dan gencar dilakukan. 

Di sisi lain, penghalusan kata bagi pezina dan pelacur menjadi “pekerja seks komersial” seolah-olah melegalkan bahwa zina adalah bagian dari pekerjaan/ profesi, padahal zina adalah perbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan.

Liberalisasi pergaulan perusak generasi

Suatu keniscayaan dalam sistem kapitalisme adanya sifilis yang selalu meningkat dari tahun ke tahun karena adanya pergaulan bebas ditengah-tengah masyarakat saat ini. Kebebasan sudah menjadi interaksi antara laki-laki dan perempuan, akibatnya aktivitas seksual bebas mereka lakukan dengan siapapun mereka kehendaki. Alhasil, fenomena gonta ganti pasangan menjadi hal yang lumrah ditengah masyarakat.

Liberalisasi pergaulan terbukti membawa masalah besar bagi kehidupan masyarakat. Kondisi ini tentu akan lebih buruk lagi jika legalisasi LGBT disahkan di negeri ini. Seperti inilah kehidupan yang lahir dari cara pandang sekulerisme kapitalisme sehingga kebahagiaan dinilai dari sekadar kepuasan jasmani.

Seorang ulama mujtahid mutlak, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani salami kitabnya " Nizhomul ijtma'i" menjelaskan bahwa kapitalisme menganggap penyaluran hasrat sebagai kebutuhan (needs) bukan naluri (wants). Kebutuhan ini harus dipenuhi saat itu juga, jika tidak dipenuhi maka akan mengakibatkan bahaya pada manusia baik bahaya fisik, psikis maupun akalnya. Olehnya itu tidak mengherankan dalam kehidupan peradaban barat sebagai pengusung kapitalisme banyak dijumpai pemikiran-pemikiran yang mengundang hasrat seksual seperti dalam film-filmé, buku-buku dan berbagai karya mereka.

Oleh karena itu, tidak seharusnya penanganan dan pencegahan penyakit sifilis dilakukan dengan semata imbauan gaya hidup sehat. Negara harus mewajibkan pola dan gaya hidup sehat dengan sistem sosial dan tata pergaulan sehat yang menyeluruh, termasuk menetapkan sanksi tegas bagi pelaku. Hal itu hanya bisa dilakukan dengan sistem sosial dan tata pergaulan Islam.

Tata Pergaulan dalam Islam

Islam merupakan agama sekaligus ideologi yang memiliki seperangkat aturan bagi kemaslahatan manusia agar selamat di dunia dan akherat. Islam telah menetapkan hukum-hukum Islam terkait pengaturan hubungan pria dan wanita, diantaranya:

Pertama, Islam telah memerintahkan kepada manusia, baik pria maupun wanita untuk menundukkan pandangan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُـضُّوْا مِنْ اَبْصَا رِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا يَصْنَـعُوْنَ
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
(QS. An-Nur 24: Ayat 30)

Kedua, Islam memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian secara sempurna, yakni pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. QS an_Nur: 31 dan QS al_ahzab: 59

Ketiga, Islam melarang seorang wanita melakukan safar (perjalanan) dari suatu tempat ketempat lain selama sehari semalam, kecuali jika disertai dengan mahramnya. Rasulullah Saw bersabda: 
"Tidak dibolehkan seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali jika disertai mahramnya.

Keempat, larangan khalwat, yaitu berdua-duaan tanpa disertai mahram.. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang pria tidak boleh berduaan saja dengan seorang wanita tanpa kehadiran mahramnya.” (HR Bukhari dan Muslim). 

Dalam riwayat lain disebutkan, “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR Ahmad).

Kelima, Islam melarang wanita untuk keluar dari rumahnya kecuali seizin suaminya.

Keenam, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus hendaknya jamaah (komunitas) kaum wanita terpisah dari jamaah (komunitas) kaum pria.

Ketujuh, Islam sangat menjaga agar hubungan kerja sama antara pria dan wanita hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat, bukan hubungan bersifat khusus seperti saling mengunjungi antara pria dengan wanita yang bukan mahramnya atau jalan-jalan bersama. 

Demikianlah, tidak ada sistem sosial dan tata pergaulan terbaik dalam menjaga generasi dari perilaku kotor dan perangai buruk selain Islam. Sepanjang 1.300 tahun Islam memimpin dunia, peradaban yang dibangun adalah peradaban gemilang yang melahirkan generasi yang melegenda dengan predikat umat terbaik sepanjang sejarah.

Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak