Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Bekerja di perusahaan rintisan atau startup kini menjadi pilihan karier bagi mahasiswa tingkat akhir atau yang baru lulus kuliah.
Startup, yang dapat diartikan sebagai perusahaan modern yang melibatkan teknologi dan inovasi, dinilai cocok dengan karakteristik milenial dan generasi Z yang melek teknologi alias tech savvy. Startup bahkan dianggap sebagai tempat kerja yang bebas, seru sekaligus menantang.
Startup menawarkan kesempatan besar untuk mengeksplorasi kualitas diri. Startup membuat seseorang menjadi lebih mandiri dalam mengelola pekerjaan. Pasalnya, tanggung jawab pekerjaan terletak di diri masing-masing individu, bukan pada diri atasan saja. Hal ini justru harus disikapi positif, karena kualitas diri karyawan akan berkembang sekaligus memberikan dampak yang besar bagi perusahaan.
Dengan kondisi di atas, maka generasi Z menganggap bahwa bekerja di startup mampu meningkatkan karier seseorang secara lebih cepat. Startup menyediakan ruang seluas-luasnya untuk berkreativitas, menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan mengedepankan kenyamanan dalam bekerja. Lingkungan kerja di startup juga sangat suportif, karena diisi oleh orang-orang yang memiliki semangat kerja yang sama.
Namun, benarkah startup yang mereka geluti merupakan efek dari persiapan kehidupan mereka atau untuk mengimbangi gaya hidup?
Setelah ditelusuri oleh berbagai platform atau media sosial, Gen Z saat ini sangat mengutamakan gaya hidup dan ketakutan mereka akan tertinggal sesuatu yang baru atau FOMO (Fear of Missiong Out).
Hal Ini karena dari media sosial mereka dapat mengetahui informasi dan tren terbaru yang bagi sebagian harus diikuti. Yang tentu berkolerasi dengan pemasukan uang tabungan mereka.
Akhirnya, Gen Z pun sangat memperhatikan jumlah penghasilan dan ingin mendapatkannya dalam waktu cepat. Dan kemungkinan lebih besar hal itu mereka dapatkan ketika mencoba startup daripada melewati jenjang dalam waktu lama pada perusahaan atau instansi tertentu. Banyak dari mereka pun yang beralih dari perusahaan dan mengikuti atau membangun startup.
Ketika generasi Z terlalu disibukan dengan materi, maka kepekaan dan daya kritis mereka akan menurun. Oleh karenanya, untuk memperbaiki ini butuh revolusi ideologis dan politis. Sehingga pemuda sebagai motor penggerak kebangkitan akan bisa terealisasi. Sebagaimana generasi para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in. mereka dengan usia begitu muda, telah mentorehkan sejarah luar biasa. Tidak hanya mengukir sejarah pribadi, namun mengukir sejarah negara dan umat manusia. Wallahu a’lam bi ash showab.