Oleh : Ummu Aqeela
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Pasti tidak hanya sekali kita mendengarkan lirik lagu dari sang legend ini, yang seakan menjadi tamparan keras untuk kita semua. Bagaimana tidak, ketika kita menengok situasi sekarang dengan berbagai bencana menimpa negeri, bencana alam, bencana moral dan lain sebagainya. Lirik lagu tersebut menjadi relate untuk kita renungkan, dan harusnya menjadi sebuah pertanyaan besar, Ada apa dibalik semuanya?
Mari kita menengok data yang ada, sepanjang enam bulan pertama di 2023, Indonesia dilanda 1.848 bencana. Jenis bencana terbanyak ialah hidrometeorologi seperti banjir.
“Tercatat jumlah kejadian ada 1.848 bencana,” tulis data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (1/7)
Secara rinci, BNPB mencatat banjir menjadi bencana terbanyak dengan 668 kejadian. Kemudian cuaca ekstrim 615 kejadian, tanah longsor 329 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 188 kejadian, serta gelombang pasang dan abrasi 18 kejadian.
Gempa bumi 15 kejadian, kekeringan 13 kejadian, dan erupsi gunung api dua kejadian,” sambung BNPB.Seluruh bencana itu mengakibatkan 156 orang meninggal dunia. Sebanyak 2.909.899 orang menderita dan mengungsi, 5.503 orang luka-luka, dan delapan orang hilang.
Bencana juga menyebabkan 19.966 rumah rusak. Terdiri dari 2.605 rumah rusak berat, 2.753 rumah rusak sedang, dan 14.608 rumah rusak ringan.“Selanjutnya kerusakan terjadi di fasilitas pendidikan 214 unit, fasilitas peribadatan 203 unit, fasilitas kesehatan 37 unit, 58 perkantoran, dan 117 jembatan,”
Dengan angka kerusakan dan bencana yang terjadi, bisakah dibayangkan berapa banyak korban yang terdampak? Sungguh sangat tidak terbayangkan betapa banyaknya. Namun saat ini hal yang bisa kita lakukan ketika itu semua terjadi adalah berdoa yang terbaik serta membantu meringankan beban dari para korban. Dan yang terpenting menjadi bahan muhasabah bahwa setiap fenomena alam yang terjadi adalah bagian dari peringatan ilahi.
Peristiwa bencana tentunya tidak terjadi begitu saja, tetapi banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Jika para ilmuwan dan para ahli berpendapat bahwa rentetan bencana yang melanda negeri ini adalah sebuah fenomena alam saja, maka bagi seorang muslim pemahaman terjadinya bencana alam tidak boleh hanya sampai di situ saja. Jika saat ini segala bencana dikaitkan dengan dosa-dosa kita sebagai manusia, bisa jadi itu benar.
Coba lihat sekarang, kemaksiatan, keserakahan sudah menjadi kebiasaan, baik ditingkat struktural ( Pemerintahan ) ataupun kultural ( masyarakatnya ). Banyak ajaran Islam ditinggalkan, satu persatu ulama disingkirkan, bahkan syari’at islam dianggap sebagai gangguan atas kemajuan.
Maka ingatlah firman Allah:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (Al-Isra'[17]: 16).
Dalam pandangan hidup Islam, setiap apapun yang terjadi di atas permukaan bumi semuanya tidak terlepas dari takdir Allah, sebagaimana firmanNYA:
وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata “ Lauhul Mahfudh.“ (QS: Al An’am : 59) .
Oleh sebab itu, sebagai seorang mukmin kita harus meyakini bahwa setiap bencana dan musibah adalah kehendak Allah SWT. Disamping itu kita juga harus meyakini bahwa dalam setiap bencana atau musibah dan apa saja yang terjadi itu merupakan takdir ilahi yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu, sebab tidak ada kejadian di muka bumi ini terjadi dengan sia-sia tanpa kebaikan dan tujuan tertentu. Demikian pula dengan setiap bencana alam yang terjadi, baik itu gempa, banjir, dan lain sebagainya, semua itu terjadi bukan sekedar kejadian alam semata-mata. Dapat kita katakan bahwa bagi orang yang bermaksiat, maka bencana alam itu merupakan peringatan dari Allah SWT, sedangkan bagi orang yang ta’at, maka bencana itu merupakan ampunan dosa dan peluang pahala.
Dan bagi mereka yang berbuat maksiat dan kedzaliman, tetapi Tuhan biarkan dan tidak diberi peringatan, sampai suatu saat terakhir nanti Allaah SWT berikan balasannya secara langsung di akhirat, Allaah SWT hanya menunda azabNYA. Sedang bagi orang yang melakukan kemaksiatan dan diberi peringatan dengan musibah dan bencana, berarti Allah masih sayang kepada mereka, masih mengajak mereka agar kembali kepadaNya dan memberikan kesempatan untuk bertobat dan kembali ke jalan syari’at.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang berkata : Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah dan kembali kepadaNya “Inna lillahi wa inna ilahi rajiun. “ (QS. al Baqarah : 155-156).
Maka saat ini yang harus dilakukan adalah muhasabah lalu pembenahan, baik pembenahan secara lahir maupun batin. Korban bencana adalah saudara kita juga ,maka bantulah dengan kesanggupan yang kita punya. Di sinilah kesabaran dari ujian itu terlihat. Di balik bencana ada peringatan moral, termasuk maksiat yang masih terpelihara. Itulah mengapa Kahlifah Umar bin Abdul Aziz ketika terjadi gempa langsung menyurati para gubernurnya agar bertaubat dan banyak bersedekah di jalan Allah.
Ada pesan disetiap bencana yang ada, sentilan rasa kemanusiaan di balik peristiwa yang ada, salah satunya adalah persatuan dalam kepedulian nasib sesama. Tak peduli ormas dan pilihan politik, ataupun tersekat beda negara, siapa pun berkewajiban membantu dan siapa pun berhak dibantu karena umat Islam adalah satu tubuh. Sedangkan pesan bagi umat seluruhnya adalah bahwa kita adalah umat yang lemah dan tak berdaya, tak pantas sombong dengan menolak apa yang telah diperintahkan-Nya. Penting dalam setiap ujian tidak hanya alasan kedatangannya, juga sikap kita menghadapi ujian apakah disikapi makin mendekat dengan ketaatan atau makin menjadi bersama kemaksiatan.
Wallahu’alam bishowab