Oleh: Nabila Sinatrya
Melansir dari cnnindonesia.com (09/07/2023) bahwa Nikuba yang diklaim sebagai alat pengubah air menjadi bahan bakar kembali viral setelah mendapat atensi dari mancanegara. Nikuba hasil tangan dingin pria asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Aryanto Misel. Penemuan Nikuba tidak berjalan mulus di Indonesia. Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pakar otomotif lain meragukan kinerja alat itu.
Aryanto telah berkunjung ke Italia untuk melakukan perjanjian kerja sama antara dirinya dengan perwakilan perusahaan Italia untuk mengembangkan Nikoba, yang akan dimulai Agustus 2023 mendatang. Nikuba yaitu alat yang dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor melalui proses elektrolisis untuk memisahkan kandungan hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dalam air (H2O).
Bahkan Aryanto mengatakan tidak membutuhkan bantuan pemerintah, merasa kecewa karena sudah disepelekan. Oleh karenanya namanya kembali viral setelah Nikuba berhasil go international. Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel Inf Adhe Hansen bilang pihak pabrikan otomotif juga telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan pihak Nikuba.
Karya yang luar biasa ini sangat disayangkan karena harus masuk kepada tangan para kapital, pemerintah tidak bijak untuk mengapresiasi dan gagal untuk menjadikan langkah kuratif (pengobatan) dalam mengatasi krisis energi maupun kerusakan iklim. Alih-alih dapat bermanfaat bagi masyarakat malah menjadi angin segar pemilik modal.
Hal biasa terjadi dalam sistem kapitalisme, pemilik modal lah yang punya kuasa. Sistem yang memandang segala sesuatu dari aspek untuk dan rugi. Penemuan yang akan mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan yang berhasil menjalin kerjasama. Rakyat yang bisa menikmati adalah mereka yang mampu membayar kompensasi.
Ramai kasus penemuan Nikuba, mengingatkan berbagai penemuan anak bangsa yang tidak berkembang atau tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya. SDM yang berkualitas tidak selalu mendapat perhatian negara.
Sedangkan Islam menyandarkan aturan kembali kepada Allah swt, diterapkan secara sempurna dalam naungan khilafah. Khilafah akan mengembangkan inovasi untuk kepentingan umat juga dalam upayanya menjadi negara adidaya yang terdepan.
Islam juga sangat menghargai ilmuwan dan mendorong pengembangan teknologi.
Seperti di masa Khalifah Harun al-Rasyid, beliau memberikan penghargaan bagi setiap ilmuwan yang berhasil menerjemahkan suatu karya yang berasal dari bahasa asing. Buku yang diterjemahkan itu akan ditimbang dan diganti dengan emas sesuai dengan berat buku yang dihasilkan.
Begitulah cara Islam dalam mendukung perkembangan teknologi dan mengapresiasi setiap hasil karya penemuan.
Wallahu’Alam bishowab