Oleh : Maulli Azzura
Polemik wacana revisi qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pasca gangguan dialami Bank Syariah Indonesia (BSI), masih menjadi sorotan publik di Aceh. Membuka ruang kembalinya bank konvensional di tanah rencong telah menimbulkan pro-kontra dari berbagai pihak.
Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh bidang Akademik dan Kelembagaan, Muhammad Yasir Yusuf, ikut angkat bicara menanggapi rencana DPRA yang akan merevisi Qanun Aceh nomor 11 tahun 2018 tentang LKS tersebut. (kumparan.com 24/5/2023)
Perumpamaan semisal seorang petani bercocok tanam diladangnya, tentu mengharap kelak apa yang ditanamnya bisa menghasilkan buah dan panenpun melimpah. Kita coba bayangkan jika mereka sudah bekerja keras namun tanamannya tidak berbuah, tentu akan sedih dan kecewa. Petanipun sadar dengan ladangnya, cocok untuk tanaman jenis apa , kondisi tanah yang bagaimana, iklimnya seperti apa dan bagaimana cara merawatnya hingga kelak akan memanennya. Jika petani salah pilih jenis tanaman, maka tidak akan pernah merasakan hasilnya.
Pun dengan sejuta harapan ditumpukan pada ekonomi berbasis syariah, akan membantu memulihkan bahkan meningkatkan perekonomian rakyat. Sayangnya pemerintah tidak jeli atau bahkan seperti gambling. Alih-alih ingin memperoleh hasil, yang ada justru bertambahnya masalah. Bagaimanapun juga, sebuah ekonomi negara akan berpijak pada ideologi yang diterapkan. Inilah yang disebut ekonomi terapan, cabang ilmu ekonomi yang menelaah kebijakan- kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah
Lantas apakah dengan menerapkan kebijakan pemerintah yang menggalakkan ekonomi berbasis syariah akan memperoleh hasil yang baik?.
Tentu ketika pemerintah masih berpijak pada ekonomi kapitalis, ekonomi berbasis syariah tidak akan pernah bisa diterapkan. Mereka hanya mendengar pernyataan normatif saja atau value judgement. Padahal antara ekonomi kapitalis dengan ekonomi syariah adalah dual hal yang tidak akan pernah bisa disatukan. Karena keduanya berbeda pandangan atau ideologi. Ibarat minyak dengan air selamanya akan terpisah. Ekonomi kapitalis punya jantung yang namanya riba (suku bunga ) sedang dalam ekonomi syariah, riba (suku bunga) adalah sesuatu yang diharamkan.
Allah SWT berfirman :
ﻭَﻻَ ﺗَﻠْﺒِﺴُﻮﺍْ ﺍﻟْﺤَﻖَّ ﺑِﺎﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﻭَﺗَﻜْﺘُﻤُﻮﺍْ ﺍﻟْﺤَﻖَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ
"Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kamu sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya.”
(Qs Al-Baqarah: 42).
Imam Qotadah berkata : yang termasuk *Menyembunyikan kebenaran bisa jadi karena tujuan duniawi yang diinginkan*.
Jelas ekonomi syariah hanya bisa diterapkan dalam bingkai sistem pemerintahan Islam. Karena dengan sistem Islam-lah ekonomi berbasis syariah tersebut bisa terealisasikan. Sistem Islam memiliki tiga dimensi kehidupan yang salah satunya adalah Hamblu minnannas. Dari sinilah aturan kehidupan termasuk sistem ekonomi syariah diterapkan dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat serta menghindarkan manusia dari apa yang dilarang Allah dan RasulNya yakni praktik ribawi.
Allah SWT mengancam orang- orang yang mencampuradukan kebenaran dengan kebatilan, ia kelak seperti menelan api neraka kedalam perutnya.
يَشۡتَرُوۡنَ بِهٖ ثَمَنًا قَلِيۡلًا ۙ اُولٰٓٮِٕكَ مَا يَاۡكُلُوۡنَ فِىۡ بُطُوۡنِهِمۡ اِلَّا النَّارَ وَلَا يُکَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ وَلَا يُزَکِّيۡهِمۡ ۖۚ وَلَهُمۡ عَذَابٌ اَ لِيۡمٌ
“Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab, dan menjualnya dengan harga murah, mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya, dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih.”
(QS Al-Baqarah: 174)
Jelas ayat ini berupa ancaman bagi orang- orang yang menjual kebenaran dengan kebatilan. Sama halnya menjual ekonomi syariah dan memaksakan dipraktikkan dalam sistem kapitalis. Perbuatan ini jelas melanggar syariat. Padahal mereka mengetahui bahwa keduanya adalah berbeda. Dengan mencampuradukan kebenaran dengan kebatilan, justru yang demikian hanya akan mengundang laknat Allah azza wa jalla.
Keberhasilan ekonomi dalam pandangan ekonomi kapitalis adalah pertumbuhan secara agregatif disebuah negara, bukan masalah selesaianya urusan kebutuhan pokok. Itulah sebabnya berbagai cara akan ditempuh, sekalipun harus dengan sesuatu berbau islam (syariah). Ini membuktikan bahwa semua pakar ekonomi kapitalis dan penguasa didalam sistem tersebut tidak pernah memberi solusi karena kabijakan yang diterapkan adalah kebijakan yang prematur dan tidak tau arah. Mereka hanya mencari cuan dan cuan, tidak akan pernah menilai dari sisi halal dan haram. Kecuali hanya memikirkan keuntungan yang didapatnya.
Wallahu a'lam bishshowwab