Sistem Tragis Lahirkan Generasi Sadis



Oleh Imas Sukirno


Tak habis berita mengabarkan hal-hal yang membuat geleng kepala. Dari Sukabumi, Jawa Barat, seorang bocah kelas 2 SD berinisial MHD, berusia 9 tahun, pada senin (15/05/23) tewas atas dugaan pengeroyokan yang dilakukan oleh kakak kelasnya.


Kakek korban, HY mengungkapkan bahwa usai kejadian korban mengeluhkan sakit. Kendati demikian, korban tetap memaksakan diri untuk tetap bersekolah. Naas, korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya. Hingga pengeroyokan terakhir, korban mengalami kejang-kejang dan harus dilarikan kerumah sakit. Keluarga membawanya ke RS Primaya.


Korban pun enggan berterus terang atas kejadian yang dialaminya. Namun akhirnya korban mengakuinya setelah dokter pura-pura menyuruh keluarga untuk keluar, tapi pihak keluarga bersembunyi dibalik tirai. Sayangnya RS Primaya tidak menerima pasien korban kekerasan, yang pada akhirnya korban dipindahkan ke RS Hermina.


Korban dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami kritis selama 3 hari. Dokter menjelaskan hasil visum korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak.


Polisi pun melakukan penyelidikan dan memastikan akan segera menindaklanjuti informasi tersebut kepada pihak terkait karena keluarga sendiri belum melakukan pelaporan.


Bullying Makin Sadis di Tangan Bocah SD


Lagi-lagi korban maupun pelaku bullying semakin bertambah. Dan kini melibatkan anak yang masih duduk di bangku SD. Sungguh sangat mengiris hati tatkala melihat kodisi generasi saat ini. Semakin tidak takut untuk melakukan tindakan yang dimurkai allah, bahkan semakin bengis dan kejam.


Tidak hanya sekali dua kali kita mendengar berita perundungan semacam ini yang dilakukan disekolah. Baik bullying secara fisik, verbal, sosial, maupun pelecehan yang dialami oleh para pelajar. Dahulu sering kita dengar bullying yag dilakukan oleh anak-anak remaja SMP maupun SMA. Namun kini tengah merembet kasus yang dilakukan oleh anak SD.


Maraknya kasus bullying yang terjadi ini tengah membuat para orang tua was-was. Tidakkah hal ini menghantui kita para orang tua? Tempat yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu guna memperbaiki kehidupan manusia malah justru menjadi ancaman bagi manusia. Dan hal ini terus terjadi dan berpotensi mengalami peningkatan. Tentu saja, ini masalah darurat yang butuh penanganan yang harus dicari akar dari masalahnya hingga solusi jitu dan tuntas.


Pengaruh Kurikulum Pendidikan dan Pola Asuh


Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal pemangku kebijakan di bidang pendidikan sudah melakukan berbagai pencegahan. Baik melalui pendidikan karakter, kampanye anti-bullying, sosialisasi maupun langkah-langkah yang lain.


Pemisahan agama dari kehidupan atau sebut saja sistem sekuler inilah yang membuat generasi semakin tak bernurani, jauh dari misi kehidupan sesungguhnya sebagai hamba Allah.


Kurikulum pendidikan yang didesain sedemikian rupa, yaitu menganut nilai-nilai sekuler, membuat generasi semakin rusak dan jauh dari nilai-nilai yang diajarkan oleh islam. Gagal sudah, menjadi julukan sebagai umat yang terbaik. Kasus-kasus bullying, tawuran, perzinahan, pelecehan, penggunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas dan lain sebagainya semakin gencar dan mudah dilakukan oleh para pelajar kita. Bahkan sudah membudaya.


Bahkan di lingkungan sekolah unggulan, boarding school ataupun sekolah berbasis islam sekalipun masih banyak kita temui hal-hal yang tidak diinginkan. Pada faktanya juga belum mampu mencegah kasus bullying. Mereka hanya fokus pada nilai akademik, abai pada nilai-nilai islam.


Kemudian dari segi pola asuh dalam keluarga juga berpengaruh. Sistem sekuler liberal memberikan kemudahan bagi siapapun untuk melakukan kebebasan dalam hal apapun. Namun dalam konteks ini termasuk akses terhadap gadjet dimana perilaku-perilaku tak baik termasuk tindak kekerasan dan lain-lain dapat dikonsumsi secara bebas yang akhirnya menjadi “inspirasi” bagi anak yang melihat tontonan tersebut. Ditambah pula orang tua yang luput dalam pengawasan terhadap anak-anak yang semakin mudah mengakses teknologi, sehingga anak semakin bebas dan bablas dalam menyikapi.


Budaya kebebasan membuat para orangtua terkadang membiarkan apapun yang dilakukan anak-anak mereka, berpacaran, misalnya. Bahkan tidak jarang orangtua yang membebaskan pilihan-pilihan hidup anaknya layaknya pergaulan bebas yang tanpa filter dan tanpa kendali.


Selain itu, kehidupan masyarakat yang individualis membuat mereka abai terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Mereka akan cuek, tidak peduli, bila sesuatu yang terjadi itu bukan dari keluarga mereka. Cenderung membiarkan karena merasa itu bukanlah urusan mereka.


Manusia yang jauh dari nilai-nilai islam, mereka akan cenderung mudah emosi saat menjalani kehidupan. Tak segan pula melakukan tindak kriminal. Beginilah model masyarakat yang rusak. Mau tidak mau, karakter dilingkungan akan membentuk generasi selanjutnya itu sendiri.


Landasan Keimanan sebagai Benteng dari Perilaku Jahat atau Sadis.

Perbuatan sadis atau bullying ini terbentuk dari sistem peradaban barat. Yang mana telah diadopsi tidak hanya di Negara barat saja. Namun sudah mendarah daging di Negara-negara islam pula. Dan sistem ini telah terbukti menimbulkan banyak kerusakan.


Hal ini tidak sejalan dengan fitur peradaban Negara yang menggunakan sistem islam. Keimanan akan menjadi landasan dalam bersikap, termasuk pada bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan oleh para generasi emas terdahulu. Sistem islam akan membentuk para individu untuk berkepribadian islam, berakhlak mulia, namun tak kalah juga dengan prestasi duniawi. Inilah definisi sukses dunia akhirat.


Kesuksesan ini dapat diraih dengan mudah jika sistem islam diterapkan dalam kehidupan. Landasan keimanan yang menjadi acuan dalam bersikap akan menjadi benteng diri untuk mencegah perilaku jahat dan sadis. Seseorang yang paham dengan apa yang diajarkan oleh islam, Ia akan takut melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah. Sebaliknya justru Dia akan termotivasi berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan. Karena ini memang konsekuensi dari keimanan itu sendiri, yakni melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Perundungan adalah perbuatan dosa, sudah seharusnya hal ini tidak dilakukan dan dijauhi.


Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 11 yang artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang diolok-olokkan), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari perempuan yang (mengolok-olokkan). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil denga gelar-gelar yang buruk. Seburuk-burukya panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orag-orang yang zalim.” (TQS. Al-Hujurat 11)


Mekanisme Komprehensif Islam dalam Membangun Kepribadian


Kepribadian dan akhlak mulia yang dibentuk oleh sistem islam akan melahirkan para generasi yang baik, jauh dari kerusakan. Sistem kurikulum pendidikan islam yang diterapkan ke semua jenjang pendidikan akan mencetak generasi berkepribadian islam pula pada semua lapisan usia. Maka akan terwujudlah individu-individu yang beriman, berakhlajk mulia dan terampil. Baik yang muda maupun yang tua, mereka akan saling menyayangi satu sama lain.


Baik di keluarga maupun masyarakat, syariat islam akan menjadi parameter dalam perbuatan. Anak-anak dalam pola asuh keluarga akan mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup. Hal ini akan berdampak pada pola sikap anak yang tumbuh menjadi pribadi yang baik, berempati dan tidak mudah melakukan perilaku sadis. Karena tidak jarang anak-anak ataupun remaja yang melakukan perbuatan keji disebabkan kurangnya kasih saying dan perhatian dari keluarganya dirumah.


Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, berdakwah akan menjadi langkah untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Hukum-hukum islam yang adil akan diterapkan. Sehingga bagi siapa saja yang melakukan tindak kriminal yang bertentangan dengan islam akan dihukum sebagaimana mestinya agar memberikan efek jera bagi pelakunya serta menjadi contoh bagi masyarakat yang lain agar tidak melakukan tidak kriminal yang serupa.


Maka, penting dan wajib untuk diterapkannya sistem islam dalam kehidupan yang memberikan solusi sempurna tanpa melahirkan masalah lain, terciptalah suasana yang aman dan kondusif.
(wallahu’alam bish showaab)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak