Meraih Limpahan Pahala di Bulan Dzulhijah




Oleh: Julia Ummu Adiva


Tak terasa kita sudah memasuki di penghujung tahun dalam penanggalan Hijriyah yakni Bulan Dzulhijah. Bulan Dzulhijah ialah bulan ke dua belas dalam penanggalan kalender bulan Hijriyah. Selain istimewa dan banyak keutamaannya,  bulan Dzulhijah atau kita sebut dengan bulan haji termasuk dalam salah satu dari empat bulan haram, yaitu Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijah dan Muharram. Allah tetapkan di empat bulan haram tersebut dengan melipatgandakan pahala bagi seorang yang mengerjakan amalan shalih, begitu pula, perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya menjadi lebih besar di sisi Allah, sehingga seorang hamba bisa meraih ketakwaan yang lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya.

Adapun beberapa  keutamaan yang bisa kita raih untuk meraup buliran pahala, yaitu:

Pertama, di sepuluh hari di bulan Dzulhijah, seperti Dari Ibnu Umar Radhiyallaahu ‘Anhuma, dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya dari pada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah).” (HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir).

Kedua, di dalam bulan Dzulhijah ada sebuah hari yang sangat agung, yaitu hari Arafah. Pada hari tersebut disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan haji untuk melakukan puasa. Puasa Arafah dapat menggugurkan dosa-dosa selama dua tahun. Seperti disebutkan dalam hadits berikut,

Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صوم عاشوراء يكفر السنة الماضية وصوم عرفة يكفر السنتين الماضية والمستقبلة (رواه النسائي)

“Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. An Nasaa’i)

Selain dapat menghapus dosa, di hari Arafah juga merupakan waktu mustajabnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani  bahwa hadits ini hasan) untuk itu hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu untuk banyak bermunajat pada Allah. Do’a pada hari Arafah adalah do’a yang mustajab karena dilakukan pada waktu yang utama.

Ketiga, pada tanggal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati hari raya Idul Adha atau kita biasa mengenal dengan hari raya qurban. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28).

Keempat, perbanyak takbir dan dzikir. Seperti Dikisahkan Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar rumah menuju pasar, pada sepuluh hari pertama Dzulhijah. Kemudian mereka bertakbir, kemudian orang-orang di sekitarnya pun ikut bertakbir. 

Terdapat dua jenis takbir, yaitu takbir muthlaq dan takbir muqayyad. Takbir muthlaq dilakukan pada setiap saat, siang ataupun malam hingga waktu shalat ied tiba. Takbir muqayyad dilakukan setiap selesai shalat fardhu lima waktu yang dilaksanakan secara berjamaah, dimulai dari matahari terbit di hari Arafah hinggal shalat Ashar pada hari Tasyrik.

Kelima, berbuat kebaikan dan bersedekah seperti hadits berikut:
“Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak pernah berkurang, kedua bulan itu adalah bulan id: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijah.” (HR. Al Bukhari & Muslim).

Keenam, tidak memotong kuku dan rambut bagi yang berqurban
“Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih kurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.” (HR. Muslim).

Bagi yang hendak berkurban disunnahkan untuk tidak memotong kuku dan rambut. Sampai setelah hewan kurban telah disembelih, boleh memotong kuku ataupun mencukur rambut. 

Ketujuh, melaksanakan shalat Idul Adha dan mendengarkan khutbah amalan istimewa saat bulan Dzulhijah yang tak boleh terlewat adalah ghalat Idul Adha. Shalat sunnah yang dilakukan satu tahun sekali dalam perayaan Idul Adha. Salah satu rukun yang menjadikan shalat Idul Adha sah adalah mendengarkan khutbah. 

Kedelapan, menjalani keutamaan bulan Dzulhijah dengan berkurban
Selain disebut sebagai bulan haji, di bulan Dzulhijjah juga terdapat hari perayaan Idul Adha. Setiap tanggal 10 Dzulhijah. Dalam perayaan ini, Allah memerintahkan kepada umat muslim yang memiliki kemampuan finansial untuk berkurban. Dengan menyembelih hewan ternak atau hadyu yang telah ditentukan, yakni di antara unta, sapi, kambing, domba, ataupun kerbau.

Setelah hewan kurban disembelih, dagingnya didistribusikan kepada seluruh umat muslim utamanya kaum fakir dan miskin. Kurban menjadi hari peringatan peristiwa ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah, ketika diuji untuk mengurbankan anaknya. Hari Raya Idul Adha juga sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah, yang telah memberikan nikmat kehidupan.

Hakikat nya menyambut bulan Dzulhijah sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih karena pahala dari apa yang kita kerjakan akan dilipatgandakan oleh Allah. Dari Ibnu Umar, dari Nabi bersabda, “Tidak ada kumpulan hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang dikerjakan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Wallahu a’lam bishowab[].

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak