Oleh: Oktavia (Aktivis muslimah)
Sebuah anugerah Sang Pencipta berikan kepada rakyat Indonesia, mulai dari sumber daya alamnya hingga sumber daya manusianya, yakni dengan bonus demografi yang akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan Indonesia. Selain memberikan dampak positif tentu pula berpeluang akan adanya dampak negatif dari bonus demografi ini.
Salah satu dampak negatif dari adanya bonus demografi yakni masalah lapangan pekerjaan yang tidak seimbang dengan jumlah rakyat Indonesia yang semakin hari semakin meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2023 sebesar 5,45 persen, turun sebesar 0,38 persen dibandingkan dengan Februari 2022. Angka jumlah pengangguran ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, (liputan6.com, 5/5/2023).
Umumnya pengangguran disebabkan karena tidak seimbangnya lapangan pekerjaan dengan jumlah pertumbuhan penduduk. Artinya jumlah tenaga kerja lebih banyak dibandingkan jumlah lapangan kerja, sehingga menyebabkan beberapa orang tidak mendapatkan pekerjaan. Selain itu, penyebab pengangguran juga bisa dikarenakan oleh beberapa hal berikut: Upah yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan harapan dari tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja dan masih banyak lagi. Kompleksnya penyebab masalah ini tidak terlepas dari peran negara.
Negara sepenuhnya mempunyai kewajiban untuk memastikan rakyatnya dapat hidup layak, salah satunya dengan memfasilitasi lapang pekerjaan bagi rakyatnya. Namun dalam sistem kapitalis negara hanya berperan sebagai regulator semata, bukan sebagai fasilitator maupun operator. Dan Indonesia salah satu negara yang menganut ideologi kapitalisme, untuk berharap negara menfasilitasi pekerjaan untuk rakyat Indonesia secara penuh sebuah kemustahilan.
Operator di sistem kapitalisme adalah para oligarki, para pengusaha dan yang memiliki modal. Mereka yang mengendalikan semua perekonomian, perpolitikan, hukum yang ada di Indonesia, sehingga ini yang menyebabkan negara tidak mampu berdikari menentukan setiap arah kebijakan, pun dalam masalah pekerjaan yang layak bagi rakyat Indonesia di sistem saat ini sangatlah sulit.
Berbeda dalam sistem Islam, yang telah terbukti dapat mensejahterakan rakyatnya selama berabad-abad lamanya. Setidaknya ada beberapa hal yang Islam lakukan agar rakyatnya mampu sejahtera, diantarnya:
Pertama, dalam hal pekerjaan. Islam mewajibkan penguasa mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang harus dipastikan pekerjaan itu baik dan tidak menyalahi hukum Syara'. Pekerjaan ini akan memenuhi kebutuhan dari sandang, pangan dan papan sehingga kita tidak akan menemui rakyat kesusahan mencari pekerjaan seperti saat ini.
Kedua, sistem Islam mempunyai mekanisme tersendiri dalam hal pendanaan untuk menyediakan lapangan pekerjaan, dimulai dari memaksimalkan pengelolaan SDA milik rakyat. Selain itu Islam juga akan membatasi kepemilikan, sehingga tidak akan kita dapatkan perseorangan bisa memiliki atau menguasai kepemilikan umum (kilang minyak, emas, tembaga dll). Pengelola SDA yang maksimal akan menyerap tenaga kerja dari negara tersebut dan juga keuntungan yang didapatkan dari pengelola bisa dioptimalkan untuk membuka lapangan kerja baru atau dikembalikan untuk kepenftingan umum.
Ketiga, lowongan pekerjaan akan dioptimalkan diberikan kepada para penanggung nafkah, seperti kepala keluarga (ayah) dan laki-laki dewasa sudah baligh. Sedangkan perempuan akan didorong memaksimalkan peran dan kewajiban sebagai ummun warobatul bayit. Dan menjadi madrasah pertama bagi buah hatinya. Jika ada keluarga yang didapati tidak memiliki orang yang menanggung nafkah maka akan diambil alih negara untuk dipenuhi nafkhnya.
Sungguh keindahan mekanisme Islam dalam mengatur kesejahteraan rakyat sangatlah didambakan di era modern seperti saat ini. Bukan tidak mungkin sistem Islam akan mampu mengganti dan menjadi solusi drasi sistem kapitalisme yang dhazlim ini. Kembalinya sistem Islam yang akan membawa keberkahan Allah dan membawa kesejahteraan rakyat harus diperjuangkan, karena kedhzaliman terorganisir akan terkalahkan dengan kebaikan yang terorganisir.
Wallahu a'lam
Tags
Opini