Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Rencana konser Coldplay, telah menyita perhatian masyarakat Indonesia. Band asal Inggris ini akan menggelar konser di Stadion Utama GBK, Jakarta, pada Rabu, 15 November 2023 mendatang. Meski tiketnya dibanderol mahal, publik tampak antusias dan siap “war” untuk mendapatkannya.
Jika kita melihat video konser Coldplay di berbagai negara, puluhan ribu orang tampak larut dalam suasana sukacita. Suasana gembira ini pun menjadi sesuatu yang dianggap mahal dan layak diperjuangkan. Bahkan, ada yang memandang menonton konser Coldplay adalah self reward karena sudah bekerja keras selama ini.
Globalisasi menyebabkan massifnya serangan produk industry MNC dan TNC terhadap penduduk negara berkembang, termasuk generasi muda. Mulai industri fashion, food, film, entertainment dan digital yang sepaket dengan nilai – nilai Barat yang berbasis sekuler, kebebasan, konsumerisme, dan individualisme. Termasuk diantaranya adalah konser music seperti coldplay. Inilah yang kemudian disebut dengan global culture (kultur global), yang sangat berdampak pada kehidupan kaum muslimin, khususnya para pemuda.
Kultur global ini fokus mengkreasikan kekayaan (wealth creation) seperti bagaimana memiliki uang banyak, dibelanjakan untuk membeli barang-barang branded, kuliner, dan jalan-jalan yang hakikatnya untuk menggeliatkan pariwisata dunia. Tidak hanya itu, kultur global memandang bahwa kesuksesan tergantung dengan seberapa banyak uang yang didapatkan dan seberapa banyak barang yang bisa dimiliki. Fenomena coldplay yang tidak masuk nalar di atas, termasuk bagian kultur global yang didesain Barat dan sengaja disebarluaskan secara masif dengan didukung oleh teknologi.
Semua ini berawal dari ide sekulerisme – liberalism, yang memandang bahwa Tuhan hanya dibutuhkan saat di awal penciptaan. Selanjutnya manusia, alam dan kehidupan digerakkan dan diatur oleh kecerdasan akal manusia. Tak butuh aturan Tuhan. Manusia bebas berkehendak. Manusia bebas membuat aturan untuk dirinya dan kehidupannya. Kemudian Liberalisme sendiri akan mengantarkan munculnya kelompok agnostik di kalangan kaum muda. Agnostisisme tidak menyangkal keberadaan Tuhan secara mutlak. Namun mereka tidak mau terikat dengan agama. Mereka hanya menjadikan agama sekedar sebagai identitas kependudukan.
Upaya menyelamatkan generasi tidak bisa dilakukan oleh individu atau institusi tertentu, melainkan harus menjadi gerakan bersama seluruh umat. Negara adalah motor dan payungnya. Ketika negara tersebut belum terbentuk, kuncinya berada di tangan umat. Dengan demikian pembentukan kesadaran dan tanggung jawab bersama umat merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Caranya?
Pertama, menciptakan opini publik yang terbangun dari kesadaran umum bahwa Islam adalah solusi bagi seluruh persoalan, khususnya upaya penyelamatan generasi. Islam memiliki panduan untuk keluarga, masyarakat bahkan negara dalam menyelamatkan generasi dan dunia.
Kedua, melakukan pergolakan pemikiran dan menyingkap keburukan ide-ide Barat yang digunakan untuk merusak para pemuda, seperti sekularisme, kapitalisme, liberalisme, dan global culture. Jelaskan kerusakan dan bahayanya terhadap kehidupan seluruh manusia, termasuk para pemuda. Ungkap rancangan asing yang didesain untuk merusak pemikiran generasi muda, seperti moderasi beragama rancangan RAND Corp., pembajakan potensi generasi muda untuk kepentingan kapitalis melalui jalur pendidikan. Hal itu tidak lain agar rencana-rencana mereka dapat diadang dan digagalkan.
Selanjutnya, umat, khususnya komunitas-komunitas yang berjuang dalam penyelamatan generasi, mesti dipahamkan akan keagungan sistem Islam sebagai satu-satunya harapan dan jaminan sehingga mereka dapat berjalan dalam koridor yang sama dan membangun sinergi menuju kebangkitan hakiki generasi.
Upaya-upaya ini dilakukan menggunakan berbagai cara, langsung maupun menggunakan media massa, media sosial, offline maupun online, yang memungkinkan untuk menjangkau umat seluas-luasnya. Tentu hal ini membutuhkan komitmen kuat dari para pengemban dakwah Islam, juga penyusunan strategi yang tepat dan kerja keras.
Wallahu a’lam bi ash showab.