Generasi Muda Makin Sadis Dalam Sistem Kapitalis




Oleh Purwanti 
Aktivis Dakwah


Membaca potret generasi muda saat ini, seperti membuka lembaran-lembaran kusam masa depan. Begitu banyak tindakan kejahatan yang dilakukan para generasi muda seperti tawuran, narkoba, bullying, pergaulan bebas dan lain-lain.

Bocah kelas 2 yang berinisial MHD disalah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di kecamatan Sukaraja, kabupaten Sukabumi, Jawa barat meninggal dunia akibat dikeroyok kakak kelasnya. (Kompas.com, 15/5/2023)

Bobroknya Sistem Kapitalisme
Sekelumit potret, betapa bobroknya Sistem Kapitalisme yang sedang kita emban. Fenomena bullying yang terjadi saat ini sangat mengerikan. Pelaku bullying mayoritas dilakukan oleh kalangan remaja, bahkan anak-anak. Kasus perundungan anak yang sekarang banyak terjadi mencermikan betapa rusaknya cara berfikir dan bersikap generasi muda kita.

Fungsi keluarga yang seharusnya menjadi madrasah pertama bagi generasi, telah gagal membentuk generasi cemerlang. Alasannya karena orang tua sibuk mengejar dunia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ini yang menyebabkan orang tua tidak mampu memberikan kasih sayang serta perhatian secara maksimal, sehingga anak kehilangan sosok yang dijadikan sebagai panutan.

Di sisi lain, nilai-nilai agama semakin menjauh dari keluarga karena terkikis oleh paham sekuler. Paham sekuler, tidak menggunakan nilai-nilai agama sebagai standar. Agama hanya dianggap sebagai ibadah ritual belaka, sehingga anak tumbuh dengan jiwa arogan, tidak mau kalah dan miskin empati.

Sistem kapitalis juga telah membentuk masyarakat yang bersifat individualisme yang memiliki sifat acuh, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya serta tidak mau menasehati jika terjadi kemaksitan. Seharusnya masyarakat memiliki fungsi sebagai kontrol sosial yang mencegah tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan agama.

Di dalam sistem kapitalis kurikulum pendidikan agama yang diberikan sangat minimalis. Pendidikan agama didesain hanya sebagai pengetahuan belaka. Dalam sistem kapitalis, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum sekuler, yang berorientasi pada nilai materi.

Sistem kapitalis juga mengagungkan kebebasan salah satunya kebebasan bertingkah laku, sehingga menyebabkan anak bertingkah laku semaunya tanpa aturan. Kasus perundungan yang marak dilakukan di lingkungan sekolah yang menjadikan tempat untuk mengeksistensikan diri. Di tambah lagi abainya pemerintah yang membiarkan tontonan yang mengandung konten kekerasan mudah di aksen dan beredar luas.
Betapa rapuhnya tiga pilar pendidikan yaitu keluarga, masyarakat, dan negara di dalam sistem kapitalis yang tidak memahami apa tujuan penciptaan.

Akar Permasalahan Bullying

Upaya negara untuk melakukan pencegahan kasus bullying dengan menerapkan Sekolah Ramah Anak (SRA) serta himbauan larangan melakukan bullying, tetap saja berulang dan meningkat. Berdasarkan data KPAI pada tahun 2022 ada 226 kasus kekerasan fisik,psikis termasuk perundungan. (Kompas.com, 24/7/2022)

Negara hanya melakukan pencegahan bullying tanpa mencari akar permasalahannya sehingga kasus terus berulang.

Akar permasalahan yang sedang terjadi pada generasi muda pada saat ini ialah sistem yang sedang kita anut yaitu sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Hal ini membuat manusia jauh dari aturan Allah. Sehingga mereka tidak memiliki kesadaran dan keterikatan dengan Allah, bahwa setiap perbuatan yang mereka lakukan, akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Sistem ini pun telah membuktikan kegagalan sistem kapitalis dalam membentuk generasi berkepribadian Islam.

Islam Melindungi Generasi

Kasus bullying sudah sampai pada tataran darurat. Kerusakan generasi muda semakin meningkat dan meresahkan. Sudah saatnya kita melakukan perbaikan yaitu dengan kembali kepada sistem Islam.  Sistem Islam adalah sistem pemerintahan yang aturannya menggunakan hukum Islam. Aturan yang berasal dari Allah yang berlandaskan pada akidah Islam. 

Sistem Islam telah berhasil mencetak generasi berkepribadian Islam dan berakhlak mulia. Generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap berlandaskan akidah Islam, sehingga melahirkan generasi yang bertakwa, tunduk dan taat kepada aturan Allah. Bukan generasi miskin moral, lemah, dan tidak memiliki ghirah agama seperti generasi sekarang. Kemampuan Sistem Islam dalam mencetak generasi telah terbukti selama 1300 tahun. Islam pernah menjadi mercusuar peradaban pada masanya.

Dalam melindungi generasai, Negara menggunakan 3 pilar perlindungan. Pertama, memastikan keimanan individu dalam keluarga. Negara memastikan bahwa setiap individu memiliki akidah Islam yang benar. Peran orang tua sangat besar dalam mendidik individu yang bertaqwa. Negara menjamin kebutuhan hidup keluarga sehingga orang tua, tetap memiliki kesempatan untuk mendekatkan hubungannya dengan anak-anak, agar dapat membentuk generasi yang berakhlak mulia.

Kedua kontrol masyarakat.  Masyarakat dalam Islam terbentuk dari manusia, pemikiran, perasaan, peraturan yang sama. Hukum Islam sangat tegas dan jelas. Hukum Islam wajib di tegakkan kepada masyarakat yang melakukan maksiat. Untuk mencegah masyarakat melakukan maksiat, masyarakat aktif melakukan amar makruf nahi mungkar. 

Ketiga, peran negara. Kewajiban negara adalah membentuk setiap individu agar memiliki kesadaran dan keterikatan kepada Allah, sehingga mereka menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dengan Islam, bullying bisa di hentikan. Untuk memutus mata rantai masalah bullying diperlukan kerjasama dari orang tua, masyarakat dan peran negara. Untuk memastikan tujuan negara tercapai, negara wajib membentuk kurikulum pendidikan yang berlandaskan akidah Islam, menyediakan tayangan-tayangan yang mendidik dan inovatif serta menutup akses tayangan pornografi dan pornoaksi. 
Wallahualam bissawab. []

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak