Oleh : Ummu Irul
Akhir-akhir ini istilah childfree, booming di media sosial. Pasalnya kalangan ibu-ibu muda , sedang dilanda virus Childfree. Apa sebenarnya maksud dari Childfree itu? Childfree berasal dari bahasa Inggris yang artinya, bebas anak. Maksudnya, pasangan suami istri yang tidak ingin memiliki anak, bebas dari anak-anak, sederhananya, tidak mau punya momongan.
Mau menikah tapi tak mau punya anak? Aneh tapi nyata. Dan hal itu memang terjadi di beberapa negara diantaranya Jepang. Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, menyampaikan seperti ini,"Populasi kaum muda akan mulai menurun drastis pada tahun 2030-an. Jangka waktu hingga saat itu adalah kesempatan terakhir kita untuk membalikkan tren penurunan kelahiran," jelas Fumio Kishida, dikutip dari Reuters, Jum'at, 02/06/2023 (detikjabar, 03/06/2023).
Penurunan angka kelahiran di negara itu dijadikan sebagai prioritas utama dalam pemerintahannya. Meskipun Jepang memiliki utang yang besar, pemerintahnya berencana mengalokasikan pengualaran sebesar 3,5 triliyun Yen setahun atau setara Rp. 376 triliyun untuk mendorong warga agar mau punya anak.
Itulah fakta terkait dengan childfree di negara Jepang. Dan masih ada beberapa negara yang penduduknya telah terinveksi virus Childfree, misalnya Korea Selatan, Jerman, Italia, Spanyol dan masih banyak lagi. Alasan beberapa negara, yang penduduknya menginginkan childfree tersebut, kebanyakan adalah karena finansial, pekerjaan dan kurangnya dukungan dari masyarakat dan pemerintah.
Kita bisa memaklumi tatkala childfree melanda negara-negara yang penduduknya beragama selain Islam, meski hal tersebut tidak bisa dibenarkan. Namun ironisnya, virus itu kini telah menyebar pula di negeri ini, negeri dengan penduduk mayoritas muslim. Padahal virus itu sangat berbahaya, bertentangan dengan Islam. Ada banyak hal yang menjadi pemicunya.
Childfree Menjadi Pilihan
Sebelum kapitalisme benar - benar mencelup pemikiran umat, orang yang telah menikah pastilah menginginkan hadirnya anak di tengah - tengah mereka. Bahkan tatkala pernikahannya sudah beberapa tahun, tapi belum hadir seorang anakpun di tengah - tengah mereka maka mereka akan berupaya dengan berbagai cara. Meskipun harus banyak berkorban, baik tenaga, waktu, maupun biaya yang sangat mahal, maka upaya itu akan terus ditempuh.
Hal tersebut sangatlah wajar, sebab manusia itu memiliki naluri - naluri atau ghorizah - ghorizah yang salah satunya adalah ghorizah nau'. Pengejawantahan dari naluri nau' itu adalah ingin memiliki keturunan, ingin melestarikan keturunannya, dengan jalan memiliki anak. Sungguh hal itu merupakan fitrah manusia, karunia Allah sejak lahir.
Namun hari ini pemikiran tersebut mulai bergeser. Why? Ada beberapa hal yang menyebabkannya diantaranya:
1. Kekeliruan dalam pemikiran bahwa anak itu sebagai gangguan atau beban.
2. Karena banyaknya sarana, yang merangsang tumbuh suburnya childfree.
3. Adanya pemikiran bahwa memiliki anak itu perlu keahlian, sementara mereka merasa tidak punya keahlian, maka lebih memilih untuk childfree saja. Daripada anak kurang perhatian, kurang kasih sayang dan sebagainya. Maka childfree menjadi pilihan.
4. Adanya pemikiran punya anak itu butuh keleluasan rejeki. Jika rejekinya pas- pasan, lebih baik pilih childfree. Seolah- olah rejeki itu harus dihasilkan oleh dirinya sendiri. Intinya, di dalam pemikiran mereka intinya, childfree itu bikin happy. Munculnya beberapa alasan di atas, pastilah ada sebabnya. Apa akar masalah pemikiran tersebut?
Kapitalisme - Sekularisme
Sebagaimana telah dipahami bahwa, sekulerisme itu sangat kekeh untuk menjauhkan kehidupan itu dari agama. Pertimbangan dalam berpikir dan bertindak sangat jauh dari agama (baca: Islam). Agama harus dijauhkan dari permasalahan hidup. Tak ada lagi pemikiran, "Allah ridaatau tidak rida?"
Sementara kapitalisme mengagungkan untung atau rugi. Tolok ukurnya adalah materi semata. Tidak terpikir sekalipun pertanyaan, "apakah mendatangkan pahala atau justru sebaliknya?" Lantas, apa solusi dari semua itu?
Islam Solusi Sejati
Childfree harus dibasmi, agar generasi bisa lestari, tidak mengalami kepunahan di kemudian hari, sebagaimana yang telah melanda negara- negara maju saat ini. Bagaimana caranya? Yang paling utama merubah pandangan hidup. Dari pandangan kapitalis - sekularisme, menuju kepada pandangan hidup Islam. Dalam Islam, anak adalah amanah dari Allah Swt, sehingga harus dijaga, diperhatikan, dididik dipenuhi kebutuhan lainnya. Tatkala kita melakukannya akan berpahala di sisi Allah Azza wajalla. Sabda Nabi Saw,
"Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya." (HR Muslim No. 1631).
Dari hadits ini jelas bahwa, anak akan menjadi investasi akhirat buat orangtuanya, mengalirkan pahala terus menerus kepada orangtuanya, jika dididik dengan benar (sesuai Islam) kemudian tumbuh menjadi anak yang salih hingga akhir hayatnya. Demikian pula harus ada peran negara yang memenuhi seluruh kebutuhan pokok rakyatnya sehingga sebuah keluarga tidak kesulitan membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Islam pun berpandangan bahwa ketika anak butuh keleluasan rejeki. Ketik rezeki terbatas, kemudian harus berbagi dengan anak, Justru anak telah dijatah rejekinya sendiri oleh Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya, "Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti"(QS. Al -An'am : 151).
Maka, sebagai persiapan menjadi orangtua, wajib meng-up grade diri, belajar, mencari ilmu terus menerus. Sebab mencari ilmu itu kewajiban sepanjang hayat. Kita harus menggerus pemikiran childfree yang ada di benak umat, agar umat ini selamat. Tidak musnah, tergilas oleh pemikiran kapitalis. Kita serukan umat agar kembali kepada pemikiran Islam secara kafah, dengan jalan mengkajinya secara istikamah sepanjang hayah. Sehingga tidak ada lagi pemikiran bahwa childfree bikin happy, tapi sebaliknya, childfree unhappy! Wahualam bishawwab.