Oleh: Jumiran (Pemerhati Publik)
Kemiskinan merupakan problem yang belum terselesaikan di negeri ini. Tahun ke tahun tingkat garis kemiskinan terus bertambah. Terbaru, Menurut Bank Dunia, setidaknya ada 13 juta warga Indonesia yang mengalami penurunan kelas, dari kelas berpenghasilan menengah ke bawah menjadi kelompok miskin.
Berbagai pihak telah mengupayakan untuk mengentaskan kemiskinan. Seperti baru-baru ini, Direktur Utama PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Muliyadi, mengatakan pihaknya dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Sebab sebesar 47% masyarakat miskin di Indonesia yang telah keluar dari status tersebut kebanyakan mendapatkan bantuan modal dari PNM untuk membangun usaha.
Kendati PNM akan menambah nasabah menjadi 16 juta hingga menyalurkan dana sebesar Rp. 75.000 triliun ke masyarakat untuk melanjutkan kembali perluasan akses dan kemudahan masyarakat mendapatkan pembiayaan dan pemberdayaan. Namun, usaha yang dilakukannya dari tahun Ketahun yang sebelumnya PNM yang selama ini lebih fokus mendanai masyarakat yang membuka usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), nyatanya belum menuai hasil signifikan. Kasus Kemiskinan semakin meluas. (Kompas.Com, Selasa,30/05/2023).
Memang benar, salah satu komitmen orang nomor satu di negeri ini bahwa program pertama di tahun 2024 adalah memberantas kemiskinan ekstrem yang menurut data terakhir berada di kisaran 2,04%. Menkeu Sri Mulyani menyebut pemerintah akan mengalokasikan fokus anggaran untuk menunaikan misi tersebut pada 2023 dan 2024.
Namun, akankah program ini menuntaskan kemiskinan ekstrem? Hingga bantuan modal pun oleh PNM dapat menuntaskan kemiskinan, seperti yang disampaikan oleh Arief Muliyadi? Faktanya, bantuan PNM pun untuk para UMKM tidak menuai hasil yang nyata. Para UMKM pun sendiri menghadapi banyak persoalan untuk dapat bertahan dalam situasi ini.
Kapitalisme biang kemiskinan ekstrem
-
Tak di mungkiri, sistem kapitalisme yang bercokol di negeri ini terbukti telah menjadikan negeri ini, yang notabenenya kaya raya dan sumber daya alam yang melimpah ruah justru jauh dari kata sejahtera. Alih-alih masyarakat hidup sejahtera, nyatanya masyarakat kian terpuruk.
Kapitalisme yang menyebabkan ketimpangan ekonomi, penindasan ekonomi,serta makin bertambah kondisi kelaparan akut, di berbagai negeri. Kemiskinan yang dialami Indonesia, misalnya merupakan kemiskinan sistemis yang membutuhkan upaya extraordinary sebagai solusi. Hal ini senada dengan pendapat seorang Pengamat Ekonomi Dr. Arim Nasim, menyebutkan bahwasanya kemiskinan yang melanda Indonesia merupakan kemiskinan struktural (kemiskinan sistemis). Akibat dari kebijakan pemerintah yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme lewat liberalisasi dan swastanisasi dalam pengelolaan SDA.
Disisi lain, walaupun Bank Dunia memberi apresiasi terhadap kemajuan ekonomi Indonesia di 20 tahun terakhir ini, yang menurutnya agar bisa berpenghasilan tinggi, Indonesia harus mempertimbangkan perluasan definisi miskin mengikuti standar kemiskinan internasional. Disinilah letak keanehan penguasa. Berambisi menjadi negara berpenghasilan tinggi, namun angka kemiskinan kian meningkat. Dengan demikian, pemerintah sama saja telah berbuat zalim pada rakyat karena tidak menjelaskan fakta ekonomi yang sesungguhnya.
Adapun standar kemiskinan internasional, juga tidak memberikan gambaran secara riil kondisi ekonomi masyarakat. Ini karena standar kemiskinan global dihitung melalui PPP yang merupakan konsep ekonomi makro yang sering digunakan untuk membandingkan produktivitas serta standar hidup antarnegara. Konsep inipun berhubungan erat dengan keseimbangan mata uang dan harga suatu barang yang identik dari dua negara berbeda.
Walhasil, untuk mengentaskan kemiskinan dan meraih masyarakat sejahtera dengan bantuan modal oleh berbagai pihak pun serta menjadi negara yang punya penghasilan tinggi, sejatinya hanyalah harapan semu. Kita butuh solusi extraordinary yang terbukti dapat menyelesaikan problem kemiskinan.
Islam Solusi Kemiskinan
-
Sejahtera dalam Islam adalah ketika masyarakat atau setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Kesejahteraan dalam Islam adalah hak bagi setiap individu. Beberapa mekanisme Islam dalam mengentaskan kemiskinan sebagai berikut.
Pertama, negara (khilafah) menjamin setiap kebutuhan pokok dengan memberikan kemudahan pada setiap laki-laki untuk bekerja. Negara (khilafah) akan membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan. Bagi laki-laki yang tidak bekerja akan diberikan keterampilan agar bisa bekerja atau di beri modal untuk membuka usaha. Begitu pula dengan aspek pendidikan, kesehatan dan keamanan negara akan memberikan jaminan kepada setiap individu dan memenuhinya secara gratis.
Kedua, negara mengatur regulasi kepemilikan individu, umum dan negara. Terkait dengan kepemilikan umum, negara akan mengelola dan mengembalikan hasilnya kepada rakyat, dan tidak menyerahkan harta milik umum pada individu maupun swasta.
Ketiga, pendistribusian harta kekayaan oleh individu, masyarakat dan negara melalu tiga cara, yaitu (1) kewajiban zakat; (2) negara mendistribusikan hartanya kepada individu rakyat yang membutuhkan tanpa imbalan, seperti sebidang tanah yang diberikan pada orang yang mampu (kuat) untuk mengelolah (menanaminya), dan mengeluarkan harta kepada Mereka (orang yang membutuhkan) yang diambil dari harta kharaj dan jizyah; (3) penetapan aturan mengenai pembagian harta waris diantara para ahli waris.
Demikianlah, Islam dalam memberikan mekanisme penyelesaian problem kemiskinan. Islam menjamin kebutuhan dan kesejahteraan setiap individunya. Karena, Islam memahami bahwasanya kemiskinan akan melahirkan berbagai masalah cabang lainnya, semisal kriminalitas dan mendapatkan harta yang haram. Lantas, apa yang diharapkan di sistem kapitalisme-liberal ini? Sistem yang terbukti sengaja menciptakan kemiskinan di negerinya? Olehnya itu, kembali kepada Islam adalah solusi extraordinary dalam mengentaskan kemiskinan, tidak cukup hanya berharap pada bantuan modal maupun pada Bank Dunia. Karena, nyatanya Bank Dunia pun adalah sumber masalah di sistem ekonomi ini. Wallahu a'lam bisshowab.