Oleh : Khadijah, S. Si
(Pemerhati Ibu dan Anak)
Istilah Baby Blues Syndrome menjadi pembicaraan masyarakat akhir-akhir ini. Banyaknya kasus kekerasan yang menimpa anak tiap tahunnya diduga faktor pemicunya tak lain ialah gangguan mental atau Baby Blues sang ibu dalam keluarga. Anak seringkali menjadi korban kekerasan bahkan tak sedikit yang harus meregang nyawa di tangan ibu kandungnya sendiri.
Pengidap Baby Blues Syndrom di tanah air cukup tinggi, yakni 4 dari 5 orang tua baru atau sekitar 80 persen. Angka ini menjadikan Indonesia menjadi negara tertinggi ketiga di Asia pengidap baby blues, sebagaimana terungkap dalam laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survey (I-NAMHS). Selain itu, hasil penelitian Adrianti (2020) terdapat 32 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen depresi paska melahirkan (republika, 28/5/23). Fakta yang sangat menyedihkan dan membuat kita kaget.
Bila ditelisik mendalam, Baby Blues Syndrome atau Postpartum Distress dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental atau gangguan mood seorang ibu saat pasca melahirkan, perasaaan cemas, was-was dan kesedihan muncul secara berlebihan. Sindrom ini biasanya berlangsung hingga 14 hari lamanya dan dapat berdampak kepada kesehatan ibu dan bayi.
Ada pun penyebabnya menurut Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Andini Dwi Arumsari, terjadi karena perubahan fisik dan psikologis ibu pasca melahirkan seperti kesulitan tidur dan perubahan bentuk tubuh serta berat badan. Sedangkan perubahan psikologis seperti stress karena tidaksiapan dalam menjalani kehidupan baru, sehingga berefek pada kurangnya perhatian kepada anak bahkan sampai takut untuk menyentuh anaknya. Bila hal ini tidak teratasi, maka akan berdampak negatif kepada ibu, perkembangan anak, hubungan perkawinan dan hubungannya dengan keluarga lain (um-surabaya.ac.id, 18/8/2022).
Selain itu, baby blues juga muncul karena ketidaksiapan mental ibu dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai orang tua. Apalagi mayoritas pengidap baby blues saat ini didapati dari ibu yang hamil di luar nikah. Padahal butuh waktu panjang untuk membina perempuan yang kelak menjadi istri yang mengurus rumah tangga dan sebagai ibu bagi buah hatinya. Kehidupan kapitalis sekularisme saat ini turut memperparah kondisi perempuan di tanah air.
Hal ini juga didukung dengan tidak adanya kurikulum pendidikan saat ini yang secara serius menyiapkan generasi muda agar memiliki kompetensi untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Yang ada, kurikulum pendidikan saat ini justru jauh dari nilai-nilai agama yang dibutuhkan generasi sebagai pegangan hidup manusia.
Sistem kapitalisme sekular juga meminimalisir dukungannya kepada ibu baru sehingga wajar saja angka pengidap baby blues semakin tinggi. Padahal, untuk mencetak generasi berkualitas yang akan membangun peradaban tidaklah mungkin didapati dari didikan ibu yang stress dan gangguan mental ini. Derasnya sistem sekular liberal di negeri ini juga menjadikan generasi rentan stress dan menganggap materi sebagai ukuran kebahagiaan. Stress yang muncul tidak disikapi dengan kesabaran, justru kekerasan adalah solusinya.
Untuk itu, Islam sesungguhnya telah memberikan tuntunan dalam mencegah gangguan mental atau baby blues ini. Islam memandang bahwa pendidikan perihal rumah tangga mesti dipersiapkan sejak dini dan negara berperan dalam mendukungnya dengan mengeluarkan kebijakan dan peraturannya.
Kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam hendaknya diberikan sejak dini agar generasi memiliki tsaqafah Islam. Islam juga memberikan dukungannya dengan penerapan sistem politik ekonomi Islam dengan pemberian jaminan pemehunan kebutuhan pokok masyarakat secara menyeluruh dan memberikan kemudahan bagi sang ayah dalam mencari rejeki sehingga kebutuhan rumah tangganya seperti sandang, pangan dan pangan terpenuhi.
Selain itu, sistem pendidikan dan kesehatan juga diberikan secara murah bahkan gratis. Pengaturan oleh negara diberikan juga kepada media baik cetak maupun media online, sehingga segala konten dan berita yang merusak dan berbahaya bagi masyarakat dihilangkan.
Keterlibatan masyarakat terhadap upaya dalam menciptakan lingkungan sosial yang bersih terhadap tekanan mental dan kemaksiatan diperlukan sehingga suasana kekeluargaan dan nasehat menasehati tercipta dalam lingkungan masyarakat.
Inilah beberapa solusi yang diberikan oleh sistem Islam. Dengan pengaturan seperti ini maka segala hal yang beraroma kemaksiatan dihilangkan dan terwujud masyarakat bertakwa dengan suasana keimanan yang kokoh. Sehingga ibu terhindar dari stress atau gangguan mental dan baby blues. Wallahu a’lam.