Virus Corona Masih Ada, Mengapa WHO Anggap Tak Bahaya?



Oleh : Lilik Yani (Muslimah Peduli Umat)

Covid-19 tak lagi dianggap darurat global. Padahal masih virus masih ada. Beberapa laporan paparan virus, hingga ada yang meninggal dunia, dianggap tak ada? Semurah itukah nyawa manusia? Jangankan puluhan, ratusan, hingga jutaan nyawa manusia hilang, satu nyawa manusia yang hilang sangat berharga. Bahkan dunia seisinya kalah dibanding harga sebuah nyawa manusia. Lantas akan menjadi tanggung siapa jika ada kejadian umat terpapar virus tersebut? 

Dilansir dari voaindonesia.com Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (5/5) mengatakan bahwa COVID-19 tidak lagi memenuhi syarat untuk dianggap sebagai darurat global. Ini menandai akhir simbolis pandemi virus corona yang menghancurkan, yang pernah memicu lockdown yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, menjungkirbalikkan ekonomi global dan menewaskan sedikitnya tujuh juta orang di seluruh dunia.

WHO pertama kali menetapkan COVID-19 sebagai keadaan darurat lebih dari tiga tahun silam. Para pejabat badan kesehatan PBB itu mengatakan, meskipun tahap darurat telah berakhir, pandemi belum demikian, seraya mengingatkan lonjakan kasus belakangan ini di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

WHO mengatakan ribuan orang masih meninggal karena virus ini setiap pekan.

“Dengan harapan besar saya nyatakan COVID-19 telah berakhir sebagai darurat kesehatan global. Namun bukan berarti COVID-19 telah berakhir sebagai ancaman kesehatan global,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tedros mengatakan pandemi telah menunjukkan tren penurunan selama lebih dari satu tahun. Ia mengakui bahwa sebagian besar negara telah kembali ke kehidupan sebelum pandemi COVID-19. Ia sangat menyesali kerusakan yang telah ditimbulkan oleh COVID-19 pada komunitas global, dengan mengatakan virus itu telah menghancurkan bisnis, memperburuk perpecahan politik dan menjerumuskan jutaan orang ke dalam kemiskinan.

Tedros juga mencatat bahwa kemungkinan besar kematian akibat COVID mencapai sedikitnya 20 juta, jauh lebih banyak daripada angka tujuh juta yang dilaporkan secara resmi. 

Virus Masih Ada, Pemerintah Lepas Tangan

WHO mengakhiri status darurat Covid-19, namun tidak berarti pandemi sudah berakhir. Virus masih tetap ada, namun masing-masing negara diberi kebebasan dalam menanggulanginya sendiri.  WHO menyerahkan masing-masing negara mencari solusi atas masalah yang menimpa negerinya sendiri-sendiri. Begitulah jika tak ada pemimpin Islam, akan terkerat-kerat negerinya atas nama nasionalisme.

Masalahnya kekuatan tiap-tiap Negera berbeda. Ada negara kaya, ada Negera berkembang. Secara kekayaan jauh berbeda juga untuk menanggulangi jika umatnya terpapar virus Corona. Bagi negara maju mungkin uang tak masalah, bisa membiayai rakyatnya yang terkena paparan virus. Bagaimana dengan negara sedang berkembang? Akan ke mana meminta bantuan?

Yang terjadi rakyat akan melakukan pembiayaan jika terinfeksi Covid, karena tidak lagi ditanggung pemerintah. Sungguh makin berat saja beban rakyat. Sudah banyak pengangguran menimpa negeri ini. Biaya hidup mahal, belum masalah pendidikan. Masih dibebani biaya kesehatan. Siapa yang mau sakit? Meski dibayar pasti akan memilih hidup sehat. Namun ketika ditakdirkan sakit, masihkah harus menanggung biaya pengobatan? Di mana peran negara?

Tak ada Promotif dan Preventif dari Negara

Agar tak terjadi paparan virus Corona lagi harusnya negara melakukan promotif dan preventif sebagai bentuk pencegahan dan tanggung jawab. Promotif dengan memberikan edukasi pada rakyat agar tetap menjaga protokol kesehatan. Preventif menjaga kesehatan, stamina akan tak mudah terpapar virus. 

Tanpa ada edukasi akan kondisi ini, dapat terjadi salah persepsi atas penyakit ini di tengah masyarakat. Mereka mengira sudah bebas dari virus Covid-19 karena WHO sudah membuat pernyataan. Harus ada penjelasan lebih lanjut, karena kenyataan virus masih ada. Bisa menyerang kapan saja. Perlu pengawasan ketat dan waspada agar tak terulang pandemi panjang yang sempat memporakporandakan perekonomian dunia. 

Bagaimana Islam Memandang Masalah Ini?

Islam memandang kesehatan adalah tanggung jawab negara atas rakyat yang harus dipenuhi setiap saat. Karena Islam sangat menghargai nyawa manusia. Satu nyawa manusia lebih berharga daripada dunia seisinya. Maka dari itu sudah sewajarnya jika negara memberikan pelayanan dalam berbagai bentuk layanan kesehatan termasuk promotif dan preventif.

Negara tetap harus memberikan edukasi, karena masyarakat menganggap kondisi sekarang aman-aman saja. Masyarakat sibuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Banyaknya gelombang PHK membuat banyak kepala keluarga menganggur. Jadi segala cara ditempuh agar bisa makan dengan mengabaikan kesehatan tubuhnya. 

Untuk itu masih harus disosialisasikan kembali pentingnya edukasi agar masyarakat sadar akan bahaya virus yang sewaktu-waktu mengancam diri maupun keluarganya. Pemerintah harus peduli terhadap upaya pencegahannya dan menyadari adanya ancaman infeksi yang bisa terjadi setiap saat.

Apapun tentunya preventif lebih baik daripada kuratif. Pengobatan lebih sulit apalagi jika ada komplikasi penyakit lain. Hal itu yang harus dipahamkan kepada masyarakat. Meski WHO sudah menyatakan darurat pandemi tak ada, tapi karena virus masih gentayangan siap menerkam korban, maka semua masyarakat harus berhati-hati dan tetap protokol kesehatan.

Wallahu a'lam bish shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak