Siapkah Negara Menghadapi Covid Varian Baru ?



Oleh : Anis Nofitasari



Penurunan secara signifikan akan  tingkat terjangkitnya masyarakat dari virus korona sejak 2019 silam secara tidak langsung menjadi kabar bahagia bagi seluruh warga Indonesia. Sehingga segala aktifitas kehidupan dari berbagai bidang semakin hari semakin mengalami peningkatan dengan kembalinya rutinitas seperti sedia kala. Namun hal itu sebenarnya harus tetap menjadikan warning bagi seluruh warga masyarakat Indonesia untuk tetap menaati protokol kesehatan yang ada. Meskipun perkembangan kasus lebih mengecil, tidak dipungkiri wabah tersebut masih menyisakan varian virus yang tetap membahayakan pula.


Opini tersebut bukan tanpa dasar. Pasalnya telah ditemukan varian virus baru yang juga telah masuk ke Indonesia. Dilansir dari Bisnis.com. Terdapat varian covid-19 terbaru dengan nama Arcturus. Pada laman resmi WHO, kemarin pada hari Jumat, (22/4/23) varian Acturus yakni XBB.1.16 telah menjadi varian of interest. Acturus yakni nama yang diambil dari nama bintang yang paling terang di belahan bumi Utara pertama kali terdeteksi di India pada 23 Januari, dimana Zubairi menjelaskan bahwa varian ini telah menyebar ke 16 negara. Sedangkan jika melansir dari pemberitaan Healthline (18/4/2023), diketahui bahwa varian ini telah hadir di 29 negara. Varian ini membuat Singapura diterjang gelombang pandemi yang ke-10.


Di India, diketahui bahwa kenaikan kasus dalam 14 hari naik hingga 281 persen. Bahkan diketahui bahwa tingkat kematian pasien meningkat 17 persen di negara tersebut. 
Melansir dari pemberitaan Heathline (18/4/2023), profesor kedokteran pencegahan, kebijakan kesehatan, dan profesor, Divisi Penyakit Menular di Vanderbilt University, Dr. Wiliam Scaffner mengatakan bahwa Acturus adalah sub-varian omicron.
Jika dibandingkan dengan varian omicron, varian Acturus lebih memiliki potensi besar dalam proses penularan.
"Acturus memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan yang membuatnya lebih menular daripada omicron," tutur Dr. Wiliam.
Zubairi sendiri mengatakan bahwa varian Acturus sendiri tidak lebih mematikan dibandingkan dengan varian Delta.


Mengetahui sederet fakta yang ada, maka sudah selayaknya hal itu menjadi perhatian sejak awal bagi pemerintah dan seluruh masyarakat. Bukan malah sebaliknya. Varian baru covid sudah masuk ke Indonesia, sementara penjagaan justru makin longgar. Masyarakat juga sepertinya sudah menganggap sepele. Tidak menggunakan masker lagi saat bepergian dan lain sebagainya. Hal ini perlu diperingatkan kembali agar lonjakan kenaikan virus tidak terjadi seperti sebelum-sebelumnya.


Menanggapi lonjakan ini, yang sudah masuk kembali hingga Indonesia, Kementerian Kesehatan pada unggahan instagramnya di hari Minggu (16/4/2023) mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan terutama dalam menggunakan masker. Kemenkes juga mengimbau untuk segera melakukan pengecekan jika mengalami gejala mengarah ke covid-19, melakukan vaksinasi booster  dan berhati-hati untuk lansia dan kelompok komorbid yang tidak terkontrol.


Kesiapan negara untuk menangani covid sangat dibutuhkan, bukan hanya peringatan kewaspadaan namun juga pada penanganan dan hal terkait lainnya. Mulai dari pengendalian agar penyebaran virus dapat semakin ditekan, baik dengan kebijakan-kebijakan yang sangat ketat dan menjaga warga masyarakat,  penanganan yang handal dan professional melalui tenaga kesehatan, juga menjamin keamanan dan kesehatan bagi seluruh warga Indonesia dengan terjun langsung menuju seluruh pelosok negeri yang nantinya memberikan layanan berupa edukasi, penjaminan kesejahteraan juga pelayanan kesehatan. Kesemuanya benar-benar harus dioptimalkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh warga negara. Tidak ada tunggangan bagi pihak lain untuk memanfaatkan momen dari kepentingan segelintir orang.


Hal itu sangat relate dengan upaya penjagaan sesuai dengan syariat Islam. Islam memiliki mekanisme yang jelas dan ampuh dalam menangani wabah, baik dari sisi aturan karantina, maupun jaminan pengobatan. Saat mengetahui ada wabah penyakit yang menjangkit suatu negeri, maka pemimpin akan segera melakukan tindakan dengan melakukan isolasi secara ketat. Menutup akses bepergian dari dalam negeri menuju luar negeri begitupun sebaliknya, melakukan penanganan dengan yang terbaik, juga memberikan pelayanan kesehatan berupa pengobatan secara cuma-cuma. Bukan lagi tentang materi yang menjadi prioritas, namun wujud penjagaan dan pengayoman kepada masyarakat sebagai wewenang kepala negara. Yang nantinya melalui kepemimpinan itulah pertanggungjawaban akan ditanyakan. Sehingga tidak melahirkan pemimpin yang semena-mena dan serakah, namun menciptakan pemimpin yang takut akan Tuhan-Nya. Rabb semesta alam.


Sudah saatnya negara berkaca dan berbenah, hanya dengan Islam-lah manusia akan mulia. Segala aktifitas di seluruh lini akan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh warga. Menimbulkan ketenangan dan ketentraman yang membuat manusia senantiasa taat, bersyukur dan mengoptimalkan segala amanah yang diemban oleh raga dan jiwanya. Hingga Rahmat bagi seluruh alam benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh manusia. Wallahu A'lam Bisshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak