Pentingnya Rapat demi Temukan Solusi Umat. Jika Tidak?



Oleh : Lilik Yani

Komunikasi sangat penting untuk menyampaikan ide, merespon, mendiskusikan agar bisa menemukan titik temu dan solusi terbaik. Komunikasi bisa dilakukan one on one berhadapan langsung dengan obyek yang diajak bicara, bisa pula dengan rapat beberapa arau banyak orang.

Banyak masalah yang tak bisa diputuskan sepihak, apalagi kalau sudah berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Maka perlu sekali diadakan rapat bersama. Masalah yang harus diperhatikan, semua pembicaraan dalam rapat atau diskusi hanya urusan baik saja. Jangan pernah membahas yang tidak bermanfaat apalagi merugikan umat. Seperti apa itu?

Dilansir dari setneg.co.id, Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas terkait perkembangan investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) bersama jajarannya di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 15 Mei 2023. Dalam keterangannya, Kepala Badan Otorita IKN Bambang Susantono menyampaikan bahwa hingga saat ini sudah ada 209 komitmen investasi atau letter of interest (LoI) di IKN.

"Kita ketahui sudah cukup banyak letter of interest yang disampaikan kepada kami di otorita IKN, jumlahnya per hari ini 209. Dan dari letter of interest 209 itu sekitar 36 sudah menandatangani apa yang disebut non disclosure agreement, jadi sudah meningkat pada tahap selanjutnya," ujar Bambang.

Bambang menyebutkan bahwa Badan Otorita IKN diminta untuk mempercepat proses investasi agar dapat direalisasikan sesuai dengan keinginan investor dan peraturan perundang-undangan. Untuk mempercepat proses tersebut, Bambang menyebut bahwa pemerintah juga akan membentuk unit pelayanan satu pintu (one stop shop) yang akan menindaklanjuti kebutuhan investor di IKN.

Dalam rapat tersebut juga diputuskan bahwa pemerintah akan membentuk satuan tugas khusus untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang pertanahan. Dengan demikian, diharapkan tanah yang akan ditawarkan kepada investor sudah matang. Pihaknya akan mengumumkan sejumlah proyek swasta dalam beberapa bulan ke depan sebagai tahap pertama dari pembangunan IKN.

Mengapa IKN Pindah, Apa Manfaat untuk Umat?

Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) akan segera dilakukan setelah Rancangan Undang-Undang tentang IKN telah disahkan oleh DPR RI menjadi Undang-Undang (UU). Tak hanya itu, pemerintah juga sudah memilih "Nusantara" sebagai nama ibu kota negara.

Alasan Ibu Kota Negara harus pindah adalah
- Populasi terlalu padat
Salah satu alasan utama pemindahan ibu kota ini adalah beban Jakarta dan Jawa sudah terlalu berat. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada 2015 menyebutkan, sebesar 56,56 persen masyarakat Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Sementara di pulau lainnya, persentasenya kurang dari 10 persen.

- Kontribusi ekonomi pada PDB
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, kontribusi ekonomi terhadap PDB di pulau Jawa sebesar 58,49 persen.

- Krisis air bersih
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2016, Jawa mengalami krisis air yang cukup parah. Ada daerah yang termasuk indikator berwarna kuning yang artinya mengalami tekanan ketersediaan air, seperti di wilayah Jawa Tengah.

- Pertumbuhan Urbanisasi Sangat Tinggi
Pada tahun 2013 Jakarta menempati peringkat ke-10 kota terpadat di dunia (UN, 2013). Pada tahun 2017 menjadi Peringkat ke-9 kota terpadat di dunia

- Ancaman bahaya Banjir, Gempa Bumi, dan Tanah Turun di Jakarta
Sekitar 50% wilayah Jakarta memiliki tingkat keamanan banjir di bawah 10 tahunan. Selain itu, wilayah Jakarta terancam oleh aktivitas Gunung Api (Krakatau, G.Gede) dan potensi gempa bumi-tsunami.

Faktor lain yang meneguhkan keyakinan Presiden Joko Widodo untuk memindahkan ibu kota negara adalah pemerataan pembangunan. Mengubah fakta pembangunan yang Jawa sentris, menjadi Indonesia sentris.

Presiden Joko Widodo sangat menyadari bahwa selama ini uang besar banyak beredar di Jawa. Kesenjangan dengan daerah lain di Indonesia tak terelakkan.

Apakah Pemindahan IKN Memberi Maslahat Umat?

Ada banyak masalah negeri lainnya yang harus dicarikan solusi segera. Rencana pemindahan IKN yang tampaknya bagus, apakah memberi manfaat yang bisa dirasakan umat?

Harga kebutuhan pokok mahal, banyak pengangguran terjadi akibat banyak PHK dilakukan banyak perusahaan. Fasilitas pendidikan yang belum dinikmati hingga seluruh pelosok negeri. Fasilitas kesehatan yang mahal dan belum semua dicover oleh BPJS. Dan banyak masalah umat lain yang belum mendapat riayah negara, karena pemimpin lebih memikirkan masalah yang bagi masyarakat tidak begitu penting.

Kondisi negeri pasca pandemi Covid-19 membutuhkan banyak biaya untuk pemulihan ekonomi, lebih membutuhkan perhatian dibandingkan kepentingan perpindahan ibu kota. Bukan hanya itu, sebaiknya anggaran negara yang ada digunakan untuk membayar hutang pemerintah, bencana alam, pembaruan alutsista TNI, pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

Belum lagi resiko yang harus dipikirkan jika terjadi perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan. Kemungkinan akan beresiko merusak lingkungan hidup, rusaknya kehidupan fauna dan flora. Hal ini sebagai dampak pembangunan kota, perumahan penduduk, pertokoan, pasar. Hutan Kalimantan yang dikenal sebagai paru-paru dunia bisa jadi kedepannya hanya tinggal kenangan karena ulah manusia. Dalam kondisi sekarang saja di Kalimantan sudah terjadi banjir, apalagi nanti kalau ibu kota pindah ke Kalimantan.

Oleh karena itu, sebaiknya Pemerintah fokus berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pembangunan nasional dulu, demi kesejahteraan umat. Bukankah ini lebih penting karena akan diminta Allah pertanggungjawaban?

Musyawarah hanya untuk Membicarakan Kebaikan, demi Solusi Terbaik

Rapat, diskusi, musyawarah, hendaklah hanya membahas kebaikan. Jika ada kebengkokan, atau hal-hal yang mendzalimi umat maka harus segera diluruskan oleh anggota rapat lainnya yang lebih paham.

Rapat atau musyawarah tak hanya dilakukan banyak orang. Dalam keluarga pun harus ada musyawarah yang baik untuk menemukan titik temu, solusi terbaik atas masalah yang dihadapi.

Dalam keluarga Nabi Ibrahim. Siapa tak kenal bapak tauhid itu? Ketika dihadapkan masalah sangat pelik, diperintah menyembelih Ismail, anak yang ditunggu-tunggu kehadirannya.

Meski Nabi Ibrahim sebagai Nabi kekasih Allah, beliau tidak serta merta melakukan perintah Rabb yang sangat dicintai tersebut. Namun beliau mengajak dialog mesra dengan anaknya sebagai bentuk musyawarah untuk mendapatkan solusi terbaik dan tak ada pihak didzalimi.

Kisah diskusi atau musyawarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diabadikan dalam Al Quranul kariim berikut.

QS. As-Saffat Ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰى‌ؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Kemudian ayat ini menerangkan ujian yang berat bagi Ibrahim. Allah memerintahkan kepadanya agar menyembelih anak satu-satunya sebagai korban di sisi Allah. Ketika itu, Ismail mendekati masa balig atau remaja, suatu tingkatan umur sewaktu anak dapat membantu pekerjaan orang tuanya.

Menurut al-Farra', usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Ibrahim dengan hati yang sedih memberitahukan kepada Ismail tentang perintah Tuhan yang disampaikan kepadanya melalui mimpi. Dia meminta pendapat anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan dengan penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang besar bagi orang tua dan anak.

Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu, Ismail dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya. Dia akan taat, rela, dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala perintah-Nya dan pasrah kepada-Nya.

Ismail yang masih sangat muda itu mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi cobaan itu, tidak akan ragu menerima qada dan qadar Tuhan. Dia dengan tabah dan sabar akan menahan derita penyembelihan itu. Sikap Ismail sangat dipuji oleh Allah dalam firman-Nya:
Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi. (Maryam/19: 54)

Demikian musyawarah atas masalah yang sangat berat itu bisa selesai dan menemukan titik temu. Solusi terbaik yang keluar dari hati yang dipenuhi keimanan tinggi, hingga melahirkan ketaatan totalitas. Ketaatan atas perintah Allah, meskipun sangat berat menurut logika manusia. Namun, cintanya kepada Allah melebihi segalanya. Jadi perintah Allah dijalankan penuh ketaatan dan keikhlasan. Bagaimana dengan kita?

Wallahu a'lam bish shawwab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak