Oleh: Japti Ardiani
Setelah ada pemberitaan yang menyoroti sebuah pabrik tekstil yang berlokasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.163 pekerjanya. Diketahui perusahaan tersebut adalah PT Tuntex Garment yang banyak memproduksi untuk baju kenamaan dunia seperti Puma. (CNBC Indonesia, 04/04/2023).
Kini pemberitaan beralih pada data BPS. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat masih ada sebanyak 7,99 juta pengangguran per Februari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 5,45 persen dari sebanyak 146,62 juta orang angkatan kerja. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2023 ini turun dari data Agustus 2022 yang sebanyak 8,42 juta orang atau 5,86 persen.
"Dari 7,99 juta atau 5,45 persen yang menganggur, ini turun. Jadi pertumbuhan ekonomi memberikan dampak positif ke tingkat pengangguran terbuka ini," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (5/5/2023).
Bila dibandingkan dengan Februari 2022 (year on year/yoy), jumlah pengangguran ini juga turun sekitar 410 ribu orang, dari 8,40 juta jiwa menjadi 7,99 juta orang.
Menurut jenis kelamin, pengangguran terbanyak ada pada laki-laki sebesar 5,83 persen dan perempuan sebanyak 4,86 persen. Hal ini sejalan dengan jumlah angkatan kerja yang memang masih didominasi oleh kaum laki-laki.
Sedangkan, jika berdasarkan wilayah, pengangguran di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Pengangguran di perkotaan tercatat sebanyak 7,11 persen dan di pedesaan hanya 3,42 persen.
Secara rinci, jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sebanyak 211,59 juta orang per Februari 2023. Dari jumlah tersebut, 146,62 juta orang masuk dalam angkatan kerja dan 64,97 juta orang bukan angkatan kerja.
Dari 146,62 juta angkatan kerja tersebut, sebanyak 7,99 juta orang pengangguran dan 138,63 juta orang bekerja. Untuk orang yang bekerja terdiri dari 92,16 juta orang pekerja penuh, 36,88 juta orang pekerja paruh waktu, dan 9,59 juta orang setengah pengangguran (cnnindonesia.com, 5/5/2023).
Melihat data diatas dan bila itu terus menerus berkelanjutan maka akan kita dapati angka yang sangat mematikan. Dimana masyarakat hampir semuanya tidak mempunyai mata pencaharian dan apabila itu terjadi bagaimana kelangsungan hidup mereka terwujud dan kesejahteraan bisa didapatkan. Dan disamping itu tenaga kerja asing berdatangan mengisi setiap lapangan pekerjaan di negeri tercinta ini. Pemerintah tak banyak ikut campur dan menyeluruh untuk memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Seperti "sengaja" dibiarkan begitu saja
Semua itu membuktikan bahwa sistem kapitalisme, ideologi yang menguasai dunia saat ini, telah gagal untuk menyejahterakan masyarakat nya. Kapitalisme berhasil melahirkan para kapitalis yang menginginkan keuntungan besar dengan pengeluaran yang minim. Sehingga banyak pemecatan terhadap para buruh dan berimbas pada peningkatan pengangguran di wilayah Indonesia.
Dalam sistem kapitalisme, uang atau materi adalah sumber kebahagiaan bagi pemilik modal. Jadi, mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya tanpa melihat apakah rakyatku benar-benar sejahtera atau tidak.
Dan lebih parahnya lagi ternyata negara hanya berperan sebagai regulator saja. Negara membuat regulasi untuk memuluskan kepentingan para kapitalis, UU Cipta Kerja dll. Dan dalam sistem kapitalisme yang terjadi adalah hanya berpihak pada pemilik modal atau korporasi saja. Kebijakan pemerintah yang bertumpu pada asas untung rugi mengakibatkan makin maraknya fenomena pengangguran.
Sistem ini telah menyandera peran penting negara dan menjadikan negara bergantung pada para investor asing hingga tidak bisa secara mandiri memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya.
Posisi negara dalam sistem kapitalisme sekuler hanya sebagai regulator yang pada akhirnya meniscayakan kekayaan alam yang dimiliki negeri hanya dirasakan oleh para konglomerat.
Dalam sektor ekonomi non real sistem ini meniscayakan investasi spekulatif melalui kredit perbankan hingga jual beli surat berharga seperti saham dan obligasi yang rentan menyebabkan inflasi dan meroketnya harga aset menjadikan nilai produksi dan investasi menurun di sektor riil.
Kondisi ini sangat memungkinkan berakibat terjadinya resesi bahkan kebangkrutan perusahaan, oleh karenanya PHK besar-besaran pun menjadi pilihan untuk menyelamatkan aset perusahaan tanpa memperdulikan nasib pekerja. Sehingga bila itu terjadi sudah dipastikan pengangguran ada dimana-mana.
Miris melihat nasib rakyat apabila tetap mempraktekkan sistem Sekulerisme-Kapitalisme terus menerus. Karena apa yang dijalan sistem ini sangat jauh dengan sistem Islam. Islam sangat memperhatikan kesejahteraan setiap individu rakyat, dan ini adalah kewajiban negara. Oleh karena itu, islam memiliki berbagai mekanisme untuk mewujudkan kesejahteraan tersebut, termasuk menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai di dalam negeri. Berbeda dengan keadaan hari ini dimana syariat Islam tidak digunakan untuk mengatur kehidupan. Janji seribu lapangan pekerjaan pun tak kunjung nyata, hanya omong kosong belaka. Keberpihakan asing. Sungguh ironi, rakyat seperti terjajah dan terbelenggu di negeri sendiri.
Dan di dalam pandangan Islam, negara berkewajiban menjadi pengurus urusan rakyat secara keseluruhan dalam aspek kehidupan, termasuk menyoal menyediakan lapangan kerja karena itu adalah bagian dari peran Negara.
Ketika Islam benar-benar diterapkan, maka masyarakat akan sejahtera. Dengan penerapan Islam secara kaffah, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, otomatis akan terpenuhi karena Islam telah menjadikan kepala negara yang bertanggung jawab terhadap urusan rakyatnya. Kesejahteraan pun akan dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Maka dengan sendirinya pengangguran tidak akan ada lagi.
Wallahu a'lam bis showaab.