Pemimpin Sibuk Urus Politik, Lupa Urus Rakyat. Akankah Dipilih Kembali?




Oleh : Lilik Yani

Sibuk mengurus politik. Sesibuk apa? Hingga lupa mengurus rakyat yang menjadi amanahnya. Sibuk mana dengan Allah. Bukan maksud membandingkan. Jelas tak ada seujung kuku jari jika dibandingkan kesibukan Allah dalam mengurusi hambaNya.

Urusan apapun, baik dalam kondisi bagaimanapun hambaNya, akan senantiasa diurus dengan sebaik-baiknya. Bagaimana dengan pemimpin sekarang, yang memiliki amanah mengurus rakyatnya? Bukankah sebelum dipilih sudah berjanji akan memenuhi hak rakyat dengan sebaik-baiknya?

Banyak janji diobral ketika belum dilakukan pemilihan. Setelah jadi pemimpin, banyak amanah dilupakan. Apalagi ketika mendekati jabatan habis, pemimpin akan sibuk mencari dukungan lagi. Juga segala urusan untuk mengamankan jabatan yang sudah nyaman disandangnya.

Sesibuk itukah hingga melupakan rakyat yang dulu memilih dan mendukungnya? Tak sadarkah bahwa Allah sibuk mengurusi dirinya?

FAJAR.CO.ID - Partai Demokrat menyatakan tidak perlu presiden atau menteri di kabinet titip-menitip nama capres-cawapres untuk Pilpres 2024. Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra melalui keterangan tertulisnya, Kamis (11/5).

"Kalau mengerti demokrasi, ini bisa dianggap intervensi bahkan intimidasi dalam bentuk halus. Karena bukan ranahnya pemerintah memikirkan siapa capres dan cawapres selanjutnya," kata Herzaky.

Dia menyebutkan tugas pemerintah itu menjalankan kebijakan dan program yang bermanfaat untuk rakyat dengan waktu tinggal 1,5 tahun dan masih banyak janji kampanye yang belum dilaksanakan. Masih banyak rakyat yang tenggelam dalam kemiskinan, karena sulit mendapatkan pekerjaan dan tingginya biaya hidup akibat harga sembako terus melonjak. Pemerintah fokus saja dengan kerja-kerja utamanya mengurus rakyat yang sedang kesusahan.

Politikus asal Pontianak, Kalimantan Barat itu menyebutkan jika berharap ada keberlanjutan pembangunan, silahkan pemerintah merancang cetak biru pembangunan.
Pemerintah harus memastikan Pileg dan Pilpres 2024 berjalan dengan demokratis, jujur, adil, tanpa intervensi, tanpa intimidasi, dan tanpa kecurangan. Bukan malah sejak awal mau geser-geser pemilu, perpanjang masa jabatan, dan sekarang sibuk mau atur-atur siapa calon pemimpin selanjutnya.

Jika demikian, menurutnya, wajar demokrasi Indonesia makin menurun kualitasnya di era Presiden Jokowi. Karena pemimpin-pemimpinnya di kabinet tidak bisa membedakan, mana praktik-praktik demokrasi dan mana praktik-praktik monarki atau kerajaan. Jika sistem pemerintahan Indonesia berbentuk kerajaan, wajar jika rezim sebelumnya menyiapkan pengganti. Jika tidak mampu meninggalkan warisan pembangunan ekonomi yang bisa dibanggakan dan dikenang rakyat, setidaknya tinggalkanlah warisan demokrasi yang baik.

Sistem Demokrasi Sibuk Amankan Jabatan

Pesta demokrasi tak lama akan digelar kembali tahun depan. Para pemimpin sudah sibuk menyiapkan para pendukung untuk menyelamatkan jabatannya. Padahal kalau dipikir, pemimpin masih punya amanah untuk meriayah rakyat yang menjadi amanahnya lima tahun lalu.

Belum tunai amanah dijalankan, mengapa para pemimpin sudah sibuk urusan pribadi dan golongannya? Jauh sebelum jabatan habis, sudah ketakutan jabatan akan hilang. Khawatir jabatan yang sudah nyaman disandang akan diambil lawan.

Seharusnya tahu bahwa sistem demokrasi harus ditegakkan secara jujur dan adil. Jadi ketika memang ada kandidat lebih menonjol, mengapa tidak fair saja dengan pilihan rakyat. Siapa yang lebih potensi untuk dipilih rakyat secara baik? Dalam sistem demokrasi, yang terbanyak suaranya yang menang, meski kualitasnya tak bisa dipertanggungjawabkan.

Sistem demokrasi sudah berkali-kali berulang. Hasilnya sangat jauh dari harapan. Kesejahteraan umat belum pernah dirasakan. Masihkah dipercaya dan dipertahankan sebagai sistem pemilihan umum untuk memilih calon pemimpin umat?

Tidak sadarkah kita, jika rakyat sangat diabaikan oleh pemimpin yang terpilih lewat sistem demokrasi? Masih inginkah melakukan pengulangan. Tidak inginkah mencoba metode baru, memilih pemimpin umat dengan menggunakan metode dari Allah?

Aturan Terbaik dari Allah, agar Pemimpin Sibuk Mengurusi Umat

Allah hanya menghendaki kebaikan buat hambaNya. Allah menyiapkan aturan agar para pemimpin terpilih bisa menjalankan amanah dengan maksimal.

Aturan seperti apa yang harus diterapkan para pemimpin agar rakyatnya mendapat perhatian maksimal. Para pemimpin yang tawadzu, tunduk taat pada ayat-ayat cinta Allah. Para pemimpi yang setiap detiknya dipenuhi ketaatan kepada Allah semata.

Para pemimpin yang sangat sibuk agar setiap detiknya senantiasa dalam keberkahan karena dimanfaatkan menjalankan ketaatan kepada Allah, dan mengajak umat sibuk dalam ketaatan pula.

Tahukah kiranya, bahwa Allah pun senantiasa dalam kesibukan. Sibuk mengurus hambaNya yang taat maupun tidak taat. Semua hamba dicintai dan diperhatikan sepenuh hati. Allah senantiasa dalam ketaatan.

QS. Ar-Rahman Ayat 29

يَسۡـَٔـلُهٗ مَنۡ فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ؕ كُلَّ يَوۡمٍ هُوَ فِىۡ شَاۡنٍ‌ۚ

Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.

Dalam kehidupan ini, apa saja yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya untuk memenuhi hajat hidup mereka. Karenanya, setiap waktu Dia terus berada dalam kesibukan mengatur dan memenuhi kebutuhan makhluk-Nya.

Allah senantiasa menghidupkan dan mematikan, serta memberi rezeki, memuliakan dan menghinakan, memberi sakit dan menyembuhkan, menyuruh dan melarang, mengampuni dan menghukum, mengasihi dan memarahi terhadap makhluk-Nya.

Dan Dia pula memberikan apa-apa yang diminta oleh semua yang ada di langit dan di bumi, seperti yang diungkapkan dalam hadis ini:
Dari 'Abdullah bin Munib, ia berkata, "Rasulullah membacakan kepada kami ayat ini, lalu kami berkata, Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan 'urusan? Rasulullah bersabda, 'Mengampuni dosa, melapangkan kesusahan, meninggikan satu golongan dan merendahkan golongan yang lain (Riwayat alBazzar, Ibnu Jarir, ath-thabrani dan Ibnu 'Asakir)

Jika Allah senantiasa dalam kesibukan mengurus hambaNya, mengapa para pemimpin yang dipilih untuk mengurus umat, justru mengabaikan? Sudah saatnya bangkit melakukan perubahan. Memilih pemimpin yang sibuk mengurus umat yang menjadi amanahnya.

Wallahu a'lam bish shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak