Oleh : Mawaddah_sopie.
Jagat raya sedang heboh-hebohnya. Tak kenal tua, maupun muda semua beruporia menyambut kedatangan group band coldplay. Mereka berencana menggelar konser pertamanya di Indonesia di Stadion utama Gelora Bung Karno, Jakarta pada 15 November 2023.
Konser mereka kali ini bertajuk Music of The Spheres World Tour 2023. Band asal Inggris ini sudah berusia lebih dari 20 tahun. Mereka dijuluki sebagai The Most Successful Band of the 21st Century. Band ini banyak merilis album yang berkualitas tinggi dan Coldplay berhasil memikat para pecinta musik di berbagai macam negara.(tempo.co.14/05/2023).
Tak hanya masyarakat yang ribet mencari tiket. Ternyata perusahaan sponsor ikut merasakan keriweuhannya. Sejak Coldplay dipastikan bakal pentas di Indonesia, gawai pegawai BCA tak berhenti meletupkan notifikasi. Semua pertanyaan terkait pembelian tiket konser coldplay diarahkan tak hanya ke laman media sosial BCA, tapi juga lewat pesan pribadi ke pegawainya.
Salah seorang pegawai BCA di Yogyakarta mengaku sudah tak menghitung berapa banyak nasabah BCA yang bertanya mengenai tiket presale konser band yang terbentuk di London, Inggris tersebut.
Para nasabah mengira BCA merupakan pihak yang menjual tiket konser tersebut. Tak hanya itu, banyak juga yang mengira penjualan tiket hanya untuk nasabah prioritas. Padahal itu tidak benar. (Kompas.com.12/05/2023).
Lagi - lagi Indonesia menjadi sasaran empuk para kapitalisme untuk menggelar perhelatan akbar konser grup band asing dengan harga tiket yang fantastis. Ada yang mencapai Rp.800.000 sampai Rp11.000.000. Bahkan Rp. 13.000.000.
Masyarakatpun rela berebut demi tiket hiburan. Yang bukan kebutuhan asasi manusia. Begitupun
Penyelenggara konser bersemangat mempromosikan acara tanpa mengindahkan kondisi dan situasi masyarakat di bawah.
Hal tersebut menunjukkan matinya empati penyelenggara dan pihak pemberi ijin terhadap penderitaan sesama yang ditimpa berbagai problem kehidupan.
Di sisi lain, antusiasisme masyarakat membuktikan tingginya kesenjangan kesejahteraan di tengah masyarakat. Terutama kaum muslimin.
Inilah efek diterapkannya sistem kapitalis sekuler. Yang memisahkan agama dengan kehidupan. Para kapitalis getol mengadakan acara hiburan. Dengan niat menghibur masyarakat. Namun dengan tidak mengindahkan nilai - nilai keislaman. Berbagai aturan Islam dilanggar. Seperti ikhtilat (campur baur), kholwat (berdua-duaan dengan bukan mahrom) dan lain sebagainya. Semua itu dianggap sah - sah saja dalam sistem sekulerisme liberal. Karena setiap orang bebas untuk berekspresi.
Dalam sistem kapitalis negara lebih fokus pada kepentingan pengusaha. Selama itu menguntungkan. Permintaan banyak. Maka pengadaan suatu event terjadi. Tanpa mengindahkan aturan itu baik atau buruk terhadap kondisi generasi.
Dengan larisnya tiket konser tersebut. Membuktikan kalau kaum muslimin kehilangan identitas dirinya sebagai seorang muslim. Yang seharusnya taat, tunduk dan patuh pada aturan Al-Qur'an. Serta terikat dengan hukum syara.
Lalu bagaimana Islam memberikan solusi atas fenomena seperti ini?
Islam mengatur bagaimana seorang muslim menikmati hidup. Dan Islam juga punya aturan tersendiri bagaimana caranya untuk berlibur tanpa harus melanggar aturan syariat. Seperti tadabur alam misalnya. Yang acaranya terkonsep secara Islami.
Namun yang terjadi sebaliknya, Terlebih terdengar suara burung, kalau band ini mendukung komunitas LGBT. Yang aktivitasnya melanggar syatiat Islam. Tentunya kaum muslimin harus punya identitas diri. Mempertahankan ideologi dan idealisme untuk menolak konser tersebut. Bukan lantas malah terhanyut atau terbuai. Terbawa arus hingga terwarnai.
Dalam Islam, setiap muslim harus memiliki empati atas nasib sesama. Islam juga mengajarkan skala prioritas atas amal dalam kehidupan.
Sebelum kebutuhan masyarakat yang sifatnya komplementer terpenuhi. Dalam Islam negara juga harus menjamin terlebih dahulu terpenuhinya kebutuhan asasi atas rakyatnya. Karena tugas negara adalah mengurusi urusan rakyat. Yang kondisinya masih terpuruk. Kasus stunting , kelaparan masih terjadi, pengangguran dimana-mana, tingkat kriminalitas tinggi karena kemiskinan. Sungguh ironi. Tampak jelas kesenjangan sosial terjadi di sini.
Negara dalam Islam sangat menjunjung tinggi aqidah Islam. Sehingga sangat selektif untuk mendukung aktivitas di tengah masyarakat. Oleh karenanya aktivitas yang mengantarkan pada kemaksiatan dan keharaman sangat dilarang. Karena bisa merusak moral masyarakat. Sekalipun aktivitas tersebut bisa menambah keuntungan besar pada kas negara.
Sikap tegas negara tersebutlah yang diperlukan. Agar kebarokahan terwujud. Karena berhasil memberantas kemaksiatan dan kemungkaran. Dan kondisi seperti itulah yang terjadi. Jika sistem Islam tegak di bumi ini secara kaffah.
Wallohualam bissowab.
Tags
Opini