Oleh Atla Nuari
Aktivis Peduli Umat
Jakarta, KOMPAS.com - Grup band Coldplay akhirnya resmi bakal menggelar konser di Indonesia. Ini akan menjadi pengalaman pertama Chris Martin dan kawan-kawan menghibur penggemarnya di Indonesia. Kedatangan Coldplay ke Indonesia tak lepas dari peran PK Entertainment dan Third Eye Management Presents sebagai promotor. Konser ini sekaligus merupakan bagian dari rangkaian tur Coldplay yang bertajuk Music of the Spheres World Tour 2023.
Asia menjadi benua selanjutnya yang dikunjungi oleh Coldplay setelah Eropa dan Amerika.
Meski tiketnya dibanderol mahal, publik tampak antusias dan siap “war” untuk mendapatkannya. Berdasarkan daftar yang dirilis Detik (12-5-2023), harga tiket konser Coldplay yang termahal adalah jenis Ultimate Experience (CAT 1) sebesar Rp11 juta ditambah pajak 15% menjadi Rp13.200.000. Sedangkan tiket yang termurah adalah Numbered Seating (CAT 8) sebesar Rp800.000 yang menjadi Rp960.000 setelah dikenakan pajak.
Adapun total tiket yang dijual adalah sebanyak lebih dari 50 ribu tiket. Meski jumlah tiket banyak, tidak urung masyarakat tetap berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Sebagian masyarakat rela mengambil tabungan, mencari pekerjaan sampingan, menjual barang berharga bahkan mengambil uang ke pinjol.
Masyarakat rela merogoh kocek yang dalam.
Selain karena merupakan fan Coldplay, juga karena efek FOMO (feat of missing out) alias khawatir melewatkan euforia Coldplay. Mereka begitu antusias, sebab mereka menganggap tak sekedar konser musik tapi sebuah hiburan, fun, juga adanya pengakuan jati diri. Gak keren jika tidak ikut. Gemerlap panggung seolah membius para jiwa muda. Terhanyut menghayati lirik lagu yang di bawakan grub band. Lupa sesaat akan persoalan hidup. Kebahagiaan ala gen Z sungguh kebahagiaan semu.
Disinilah titik kritis gen Z. Generasi yang tidak memahami halal haram. Asalkan bisa bersenang-senang. Tidak perduli bahwa dalam konser terjadi ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), serta rawan pelecehan seksual. Bersenang-senang menjadi tujuan hidup manusia. Belum lagi, Coldplay adalah grub band pendukung lg6t.
Ada upaya normalisasi liberalisasi yang bertentangan dengan budaya timur, gen Z semakin digiring untuk menerima eksistensi kaum pelangi di negeri muslim, dan menganggapnya biasa. Budaya liberalisasi yang kuat menyerang gen Z, lalu mereka tidak punya arah. Sedang indentitas diri kaum gen Z belum mereka temukan pada diri mereka, dan untuk apa mereka hidup.
Inilah yang menjadi penyebab generasi muda makin liberal, dimanfaatkan, dikeruk kantong mereka. Keuntungan yang sangat besar menurut menteri pariwisata bisa mencapai 67 triliyun, 44 lapangan kerja baru dibuka. Benarkah mendapat keuntungan? Lalu siapa yang mendapat keuntungan sebenarnya?
Sungguh, kerugian besar yang didapat oleh masyarakat. Kerusakan generasi, budaya liberalisasi, rugi finansial, rugi identitas. Negara harusnya hadir untuk meriayah rakyat bukan malah terkesan berbisnis.
Lalu harus bagaimana? Gen Z memiliki potensi yang sangat besar. Suara mereka sangat berpengaruh. Agar gen Z menyuarakan yang terarah maka gen Z harus melewati proses pembinaan. Agar memahami Islam secara kaffah memahami diri ini siapa. Memahami hidup untuk apa. Memahami kebahagiaan yang sesungguhnya.
Sungguh, gen Z membutuhkan perhatian yang sangat besar. Dan ini merupakan tanggung jawab negara serta perhatian umat disekelilingnya.
Wa'allahu A'lam bi ashawab