Oleh: Ita Mumtaz
Kasus pembunuhan anak marak terjadi. Baru baru ini di Pati Jawa Tengah dan Gresik Jawa Timur. Hal menunjukkan betapa pentingnya semua pihak memberi perhatian pada isu kesehatan mental orangtua. Kondisi kesehatan mental pada orangtua dapat berdampak besar pada anak-anak yang diasuhnya, dan memengaruhi perilaku serta kesejahteraan mereka.
Save the Children Indonesia (SCI) menyoroti isu kesehatan mental orangtua dalam kasus-kasus pembunuhan anak belakangan ini. Dari banyak kasus di Indonesia, orangtua terungkap membunuh anak kandung sendiri, padahal seharusnya orangtua menjadi orang terdekat yang melindungi dan yang paling dipercaya oleh anak.
Troy Pantouw selaku Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media – SCI mengatakan, tidak jarang salah satu alasan utama pembunuhan karena faktor kemiskinan, ketidaksanggupan pengasuhan, dan paling buruk adalah anggapan orangtua, bahwa membunuh untuk menyelamatkan anak. (Surya.co.id, 07/05/2023)
Kondisi mental yang buruk dalam diri seseorang mengakibatkan ketidakmampuan beraktivitas secara normal. Termasuk hubungan dengan keluarga atau orang-orang terdekat pasti terganggu.
Kapitalisme telah menjadi biangkerok kerusakan mental manusia. Sehingga banyak yang depresi dan bunuh diri. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut, harus segera diselamatkan.
Negara seharusnya menjamin kebutuhan hidup dan kesehatan warga secara penuh, agar tak ada lagi kasus kemiskinan yang bisa memicu depresi.
Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan mental ini. Rasulullah seringkali mengingatkan umatnya agar senantiasa bersikap syukur, sabar, qonaah, empati dan peduli kepada yang lain. Agar masalah utama kita adalah problem keumatan, sehingga tidak larut dalam masalah pribadi.
Rasulullah pun bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.”(HR Muttafaq alayhi).
Hadist ini memahamkan kepada kaum muslim bahwa urgen senantiasa menjaga hati atau jiwa dari hal-hal yang bisa merusaknya. Termasuk ketidakikhlasan, iri dengki, ketamakan akan dunia, ketidakpedulian terhadap permasalahan umat.
Namun kapitalis sekularis justru banyak menawarkan kenikmatan duniawi yang kering dari suasana keimanan. Sehingga mengakibatkan manusia mudah mengalami krisis mental ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu. Dalam mindset kapitalisme, arti kebahagiaan adalah mendapatkan kekayaan materi sebanyak-banyaknya sehingga ketika menginginkan kenikmatan dunia berupa apapun bisa terwujud.
Untuk itu dalam kondisi seperti ini umat Islam membutuhkan suasana keimanan yang semestinya diciptakan oleh negara sehingga kehidupan individu dan masyarakat penuh dengan spirit iman dan Islam. Ada kebiasaan saling mengingatkan di antara sesama muslim, semangat menjalankan syariat secara keseluruhan. Jika banyak pelanggaran aturan Islam mereka saling bahu-membahu memberantasnya, sekaligus memperjuangkan tegaknya syariat Islam secara kaffah di bawah bingkai negara.
Termasuk penjagaan mental umat harus menjadi agenda besar negara. Karena rakyat adalah sumber daya manusia yang sangat penting demi menciptakan negara yang kuat dan hebat sehingga mampu berdiri tegak dalam kancah internasional. Negara seperti inilah yang telah didirikan oleh Rasulullah di Madinah hingga mampu mengalahkan negara adidaya di masanya.
Karena demikian sejatinya yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Yaitu warna kehidupan yang penuh dengan perjuangan menegakkan sistem Islam yang mampu menjaga ketahanan mental warganya hingga menjadi mercusuar dunia. Wallahu’alam bish-shawab
Tags
Opini