Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Kebutuhan sehari-hari semakin meningkat. Hampir setiap orang berusaha untuk mencari pekerjaan yang layak agar bisa menghidupi keluarganya. Namun apa jadinya jika niat baik seseorang untuk mencari kerjaan sampai ke negeri orang, tapi malah berujung petaka? Inilah fakta yang terjadi di negeri zamrud khatulistiwa.
Sebanyak 20 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) diduga disekap di Myawaddy, Myanmar. Ironisnya, mereka disekap di Myawaddy yang notabene merupakan merupakan lokasi konflik bersenjata antara militer Myanmar dengan kelompok pemberontak. Adapun keberadaan 20 WNI di Myawaddy berawal ketika dua pelaku yang memiliki jaringan internasional terkait TPPO melancarkan modusnya dengan menawarkan pekerjaan di Myanmar. Faktanya, 20 WNI yang termakan modus dua pelaku justru diduga telah disekap, disiksa, diperbudak, dan diperjualbelikan di Myanmar. (Kompas.com, 04/05/2023).
Kemiskinan, salah satu alasan yang mendorong seseorang pergi ke negeri tetangga untuk mengadu nasib. Namun realitanya tak sedikit seseorang terjebak pada perdagangan manusia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengklaim kasus perdagangan manusia semakin meluas di Asia Tenggara.
Pernyataan itu Retno lontarkan menyusul puluhan warga negara Indonesia (WNI) korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) disekap di wilayah pemberontak Myanmar baru-baru ini. (cnnindonesia.com, 06/05/2023).
Miris melihat fakta seperti ini. Di satu sisi masyarakat sangat perlu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, namun di sisi lain keamanan mereka tidak bisa sepenuhnya terjamin. Karena harus berhadapan dengan ancaman perdagangan manusia.
Sistem kapitalisme membuat masyarakat harus pontang panting memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Rantai kemiskinan terus ada dan tidak berhenti. Dalam kapitalisme, pemerintah tidak sepenuhnya bisa memenuhi dan menjamin kebutuhan primer warganya. Lapangan pekerjaan pun minim di negeri ini. Sehingga tak semua orang bisa mengakses lapangan pekerjaan dengan mudah. Perlu persyaratan khusus dan tidak semua orang memilikinya. Hal ini semakin mempersulit seseorang untuk mencari nafkah.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan hidup yang Allah turunkan untuk mengatur manusia agar bisa selamat dunia dan akhirat. Dalam Islam, pemerintah bertanggung jawab penuh untuk menjamin kebutuhan primer rakyat seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan dan pendidikan. Semua individu mendapatkan hak yang sama. Lapangan pekerjaan memadai sehingga rakyat dengan mudah bisa mencukupi kebutuhan primernya. Disamping itu fasilitas keamanan, kesehatan dan pendidikan diberikan cuma-cuma untuk warga negara. Sehingga masyarakat tak perlu khawatir mengenai kebutuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan ini. Mekanisme pengaturan urusan masyarakat yang apik ini hanya bisa dilakukan oleh pemerintah yang menggunakan Islam sebagai pedoman. Dalam Islam semuanya diatur termasuk dalam pengurusan kebutuhan primer warga.
Sistem ekonomi Islam yang menitikberatkan pada pendistribusian yang merata, membuat masyarakat bisa terpenuhi kebutuhan dengan baik. Disamping itu, SDA yang melimpah didalam negeri dikelola dengan baik oleh pemerintah dan hasilnya diberikan kepada masyarakat dengan cuma-cuma dan gratis berupa fasilitas publik yang bisa dirasakan oleh semua masyarakat. Pemerintah pun akan mengoptimalkan menciptakan lapangan pekerjaan dengan baik, layak dan luas sehingga masyarakat akan dengan mudah mengakses lapangan pekerjaan tersebut sesuai dengan skill masing-masing. Maka dari sini, masyarakat akan bisa memenuhi kebutuhan primernya dengan baik tanpa harus khawatir kekurangan.
Saat kesehatan, pendidikan, keamanan terpenuhi dengan baik dan kebutuhan sehari-hari pun bisa tercukupi, maka masyarakat tidak akan merasakan kekurangan sampai harus pergi ke negeri tetangga mengais rezeki.
Dari mekanisme seperti ini, maka minim kemungkinan terjadi pengangguran bahkan pemerintah akan sangat melindungi warga negaranya dari ancaman perdagangan manusia.
Oleh karena itu, jika kita mau hidup tentram, masyarakat terjamin kesejahteraannya, maka kembalilah kepada Islam.
Wallahu'alam bi-showab.
Tags
Opini