Oleh : Amy Musa
Pemanasan global menjadi salah satu isu dunia saat ini. Banyak negara dilanda cuaca panas yang meningkat. Beberapa diantaranya terjadi karena efek dari gelombang panas yang ekstrem. Untuk mempersiapkan kondisi yang mungkin terjadi dimasa mendatang, para peneliti Inggris telah mengidentifikasi negara negara yang paling beresiko terkena bahaya gelombang panas.
Dari hasil penelitian, wilayah seperti Afganistan, Papua Nugini, dan Amerika Tengah paling beresiko terkena dampak gelombang panas yang merusak. Beijing dan Eropa Tengah juga rentan karena populasinya yang besar, termasuk juga India dengan panas mencapai 115 °F atau 46,1 °C. Dalam 30 tahun terakhir, menurut studi Met Departemen dalam United Nations Office For Disaster Risk Reduction gelombang panas di India terus meningkat. Dikutip dari CNN, gelombang panas ini juga telah menewaskan lebih dari 24rb orang selama periode tersebut.
Pemanasan global itu sendiri adalah merupakan peristiwa meningkatnya temperatur bumi karena panas matahari terjebak oleh Green House Gas (GHG) di atmosfer. Pemanasan global menjadi salah satu contoh adanya ketidak seimbangan komunitas organik sebagai akibat terjadinya proses peningkatan temperatur rata rata atmosfer bumi, laut dan daratan.
Di Indonesia, menurut data Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), suhu rata rata di permukaan tanah mengalami peningkatan sebesar 0,5 °C (1961-1990), dan akan mengalami peningkatan sebesar 0,8-1,0 °C antara tahun 2020-2050.
Mengutip dari Laman Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Utara, fenomena pemanasan global dipicu oleh aktivitas manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan alih fungsi lahan (penggundulan dan pembakaran hutan). Aktivitas tersebut menghasilkan gas gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di atmosfer seperti karbondioksida, metana, dinitrooksida, hidrofluorida, perfluorokarbon, dan sulfur heksatfluorida di atmosfer. Dampak dari pemanasan global seperti mencairnya es di kutub, meningkatnya cuaca ekstrem, kebakaran hutan, kabut asap, wabah penyakit, rusaknya terumbu karang dan penipisan lapisan ozon.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporkan bahwa bencana yang terkait dengan cuaca selama 50 tahun terakhir ini meningkat dan menyebabkan banyak kerusakan. Di wilayah Asia sendiri tercatat 3.454 bencana dari tahun 1970-2019 menyebabkan setidaknya 975.622 nyawa melayang, lebih dari itu, Asia menyumbang hampir sepertiga (31%) dari bencana terkait cuaca, iklim dan air yang dilaporkan secara global.
Islam mengatakan bahwa alam semesta termasuk bumi didalamnya bukan hanya untuk kebutuhan hidup manusia semata. Dalam Islam, alam semesta termasuk bumi dan seisinya adalah merupakan tanda tanda dari Allah kepada manusia untuk menunjukan kebesaranNya.
" Dan di bumi itu terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi orang orang yang yakin". (Q.S Adz-Dzariyat : 20).
"Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Dia mengalirkannya menjadi sumber sumber air di bumi, kemudian dengan air itu Dia tumbuhkan tanaman yang bermacam macam..". (Q.S AZ Zumar : 21)
"Dia juga menciptakan tujuh langit berlapis lapis, kamu tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih ketidak seimbangan sedikitpun..". (Q.S Al Mulk : 3).
Ayat ayat diatas sungguh menunjukkan betapa bumi diciptakan penuh keteraturan. Sedikit saja harmonisasi alam diusik, alam akan memperlihatkan keburukannya.
Allah SWT telah menciptakan bumi dan alam semesta ini dengan sedemikian rapih, sistematis. Hampir seluruh proses kehidupan ini membentuk mata rantai (ekosistem) yang saling tergantung, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Secara sederhana langit ibarat atap bangunan yang terdiri dari udara dan ruang angkasa yang dalam kekuasaan Allah mampu bertahan secara terus menerus di atas permukaan bumi sehingga proses kita menjalani hidup di bumi sangat mempengaruhi keadaan langit (atmosfer) dan juga bumi itu sendiri.
Namun demikian, akibat kelalaian dan kerakusan umat manusia dalam berhubungan dengan alam, maka keteraturan dan keseimbangan tersebut menjadi rusak. Perubahan iklim, cuaca ekstrem sepintas mungkin terlihat adalah diluar kendali manusia dan kita tidak bertanggung jawab atas dampaknya. Namun Al Qur'an menjelaskan,
" Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali kepada jalan yang benar". (Q.S Ar Rum : 41).
Maka sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita menjalani hidup dengan saling menjaga termasuk dengan alam. Hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi pemanasan global diantaranya adalah menggunakan transportasi umum/sepeda/berjalan kaki jika memang jarak terjangkau, meminimalkan penggunaan peralatan yang mengandung CFC, mematikan perangkat listrik apabila sudah tidak digunakan, menghemat air dan menanam pohon.
Allah memerintahkan kepada kita
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya". (Q.S Al A'raf : 56).
Tags
Opini