Covid -19 Varian Baru Melanda Negeri, Siapkah Menghadapi?




Oleh : Ratna Nuraini


Ditengah kebahagiaan merayakan Hari Raya Idul Fitri, warga negara Indonesia dihadapkan dengan adanya virus Covid -19 varian baru yang berasal dari negara India. Tentu saja rasa khawatir  atas keselamatan jiwa menghantui penduduk Indonesia. Terdapat tujuh kasus Covid-19 subvarian Omicron XBB 1.16 atau Acturust  masuk di tanah air. Kasus tersebut terus bertambah dari yang sebelumnya hanya lima kasus, dengan kasus awal dua kasus.  Penyebaran  virus ini sangat cepat sehingga Kementerian Kesehatan mengimbau  masyarakat untuk  kembali menggunakan masker agar tidak terpapar Covid -19 varian baru.

Gejala varian ini antara lain kasus konjugtivitis (mata merah) terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala,, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare. (cnbcindonesia.com, 23/04//2023)

Pada hari Jumat (22/4/2023) laman resmi WHO melaporkan bahwa Covid -19 varian Arcturus yaitu XBB. 1.16 telah menjadi varian of interest. Arcturus adalah nama yang diambil dari nama bintang yang paling terang di India pada 23 Januari 2023. Varian ini dilaporkan Healthline (18-4-2023) sebagai penyebab naiknya kasus Covid di 29 negara.  Zubairi Djoerban, seorang peneliti dan dokter spesialis penyakit dalam subspesialisasi Hematologi Onkologi Medik, melalui akun twitternya (23/4/2023) mengungkapkan bahwa Acturus lebih menular daripada Omicron dan tidak lebih mematikan dibandingkan dengan varian Delta.

Meski varian baru Covid sudah masuk ke Indonesia, namun penjagaan makin longgar. Perjalanan antar negara tetap saja berjalan seperti biasanya. Tempat wisatapun makin banyak pengunjungnya dari luar negeri. Penggunaan masker di tempat umum dan keramaian  mulai diabaikan. Masyarakat belum pulih keadaan ekonominya. Apalagi harga kebutuhan pokok cenderung naik kehidupan masyarakat semakin susah. Akibatnya masyarakat menganggap sepele adanya bahaya Covid varian baru 

Penanganan Covid sangat membutuhkan kesiapan negara dalam segala hal yang terkait tidak hanya peringatan kewaspadaan namun pemenuhan kebutuhan hidup rakyat juga harus terpenuhi apalagi selama masa karantina diberlakukan. Tidak seperti penanganan kasus covid 19 sebelumnya yang terkesan lambat akibatnya banyak nyawa tidak terselamatkan bahkan nakes-nakes terbaik pun ikut menjadi korban. Saat itu harga swab, anti gen dan PCR melambung tinggi. Banyak rumah sakit kehabisan oksigen sehingga harus berebut dengan pasien lain untuk bisa mendapatkan oksigen. Kehidupan seperti ini terjadi karena system kapitalisme  diterapkan di negeri ini. Untung rugi yang selalu dijadikan standar dalam mengurusi rakyatnya 

Berbeda penanganan wabah penyakit menular dalam Islam dengan system kapitalisme.saat ini. Islam memiliki mekanisme yang jelas dan ampuh dalam menangani wabah, baik dari sisi aturan karantina, maupun jaminan pengobatan. Karantina memang sangat dibutuhkan untuk penyakit menular seperti Covid-19 agar virus tidak cepat menyebar. Rasulullah saw. Bersabda, “Taun (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Swt. Untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit  di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Dari sisi aturan karantina, negara sigap memberi bantuan dan menjamin semua kebutuhan dasar tercukupi melalui pengelolaan pendapatan di Baitul Mal. Apabila kas negara (Baitul Mal) kosong atau tidak mencukupi, maka negara akan menerapkan kebijakan memungut pajak bagi orang –orang kaya saja dan hanya saat dibutuhkan. Tidak seperti pungutan pajak dalam system kapitalisme yang diberlakukan bagi semua orang baik kaya maupun miskin dan tidak ada batas waktunya. Jika penanganan Covid-19 varian baru ini di atasi dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw maka tak ada lagi covid varian baru yang terus bermutasi. Wallahualam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak