Arcturus, Varian Baru Covid-19, Dimana Peran Negara?*



Oleh: Nurmalasari ( Aktivis Muslimah Purwakarta)


Momen menjelang lebaran yang identik dengan mudik bersama untuk berlebaran di kampung halaman, menjadikan hal yang sangat menyenangkan meskipun harus bermacet-macetan dengan pemudik yang lain. Ajang bersilahturahmi bersama keluarga menjadikan tradisi yang tidak boleh dilewati, bahkan tak hanya keluarga inti, keluarga jauh dan kerabat ikut memeriahkan acara Idul Fitri.

Sayangnya, Covid-19 belum benar-benar hilang di bumi ini, bahkan berbagai varian Covid-19 bertambah banyak. Berkumpulnya masyarakat dalam satu kegiatan memberikan ruang untuk Covid-19 berkembang biak sehingga  penyebaran Covid-19 menjadi lebih cepat.

Covid-19 kembali dengan varian barunya yaitu  Arcturus. Sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis (mata merah) terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare. (NCBC, 23-4-2023)

Kenaikan Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir dipicu oleh varian baru sub varian Arcturus atau XBB 1.16 yang sangat menular.
Lonjakan kasus terlihat jelas dalam sepekan terakhir. Pada pekan tersebut (15-22 April 2023), kasus Covid-19 bertambah 7.015 atau naik 18% dibandingkan pekan sebelumnya (5.938). Angka kematian naik menjadi 13 kasus dari sebelumnya 12 dan kasus aktif pun naik menjadi 10.881 dari sebelumnya 10.448. Sedangkan pasien yang dirawat dalam rata-rata tujuh hari terakhir mengalami kenaikan menjadi 1.617, dari hari sebelumnya 1.573. Walaupun kasus baru mengalami penurunan ke 1.145 kemarin dari hari sebelumnya 1.242. (NCBC, 23-34-2023)

Sejak Covid-19 varian baru masuk ke Indonesia, peran negara belum nampak serius dalam menangani varian baru Covid-19 ini. Pemerintah hanya menghimbau dan memberi peringatan saja, tanpa ada solusi yang tuntas.

Dampaknya masyarakat tidak memberikan respon yang positif. Masyarakat lebih mengganggap sepele dengan adanya Covid-19 varian baru ini. Banyak masyarakat yang tidak menuntaskan dalam pemberian vaksin Covid-19 bahkan adapula yang sama sekali belum mendapatkan vaksin. Pemakaian maskerpun tidak menjadikan prioritas utama lagi dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, sehingga tak dipungkiri penyebaran Covid-19 akan berjalan dengan cepat.

Padahal di negara lain sudah banyak korban yang berjatuhan, salah satunya yaitu di India dan Singapura. Di India, diketahui bahwa kenaikan kasus dalam 14 hari naik hingga 281 persen. Bahkan diketahui bahwa tingkat kematian pasien meningkat 17 persen di negara tersebut. Sedangkan di Singapura 
Varian ini membuat Singapura diterjang gelombang pandemi yang ke-10. (Bisnis.com, 23-4-2023)

Inilah potret negara yang masih menerapkan sistem kapitalisme, sistem yang menempatkan keuntungan di atas segalanya. Menjadikan negara abai terhadap keselamatan rakyat serta dampak covid-19 masih banyak kemiskinan dan penggangguran di masyarakat. Padahal negaralah yang dapat menangani hal seperti ini. Kesiapan negara untuk menuntaskan wabah ini dan kesejahteraan sangatlah dibutuhkan umat.

Semakin banyak varian covid-19 yang bermunculan membuktikan bahwa sistem kapitalisme demokrasi telah gagal dalam menangani wabah covid-19 sampai ke akarnya. Untuk itu hanya dengan sistem Islamlah semua persoalan akan teratasi sesuai dengan peraturan yang telah Allah SWT berikan.

Dalam sistem Islam, negara sangat berperan penting dalam mengurus kebutuhan rakyatnya, termasuk dalam memberikan fasilitas kesehatan sesuai dengan syariat Islam. Sistem Islam akan berpacu kepada hadis nabi Muhammad Saw yang berbunyi "dari Abdullah bin Amir bin Rabi‘ah, Umar bin Khattab RA menempuh perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu Umar bin Khattab berbalik arah meninggalkan Sargh,” (HR Bukhari dan Muslim).

Sistem Islam akan mengidentifikasi masal siapa saja yang terinfeksi wabah, sehingga yang terinfeksi wabah, negara akan menjamin pengobatannya hingga sembuh dan menjamin kebutuhan pokok sehari-harinya . Menjamin pelayanan kesehatan yang cukup dan memadai bagi umat. Dalam sistem Islam wilayah yang terinfeksi wabah akan segera ditutup, sehingga wilayah yang lain tidak akan takut untuk tertular dan bisa menjalankan kehidupan secara normal. 

Hanya dengan sistem Islamlah semua persoalan bisa teratasi sesuai dengan peraturan dalam Alquran dan alhadis. Karena bukan hanya kesejahteraan dunia saja yang di capai, tetapi tujuan akhir adalah akhirat di surganya Allah SWT.

Waallahualam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak