Oleh : Ummu Hilal el-Rumi
Akhir-akhir ini ramai pemberitaan, baik di TV maupun media sosial para pejabat publik dan keluarganya (anak&istrinya) kerap memamerkan gaya hidup mewah, seperti liburan ke luar negeri, memiliki tas branded dan jam tangan mahal, dan barang mahal lainnya. Hal ini sontak membuat hati publik tersayat dan menjerit di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan kian terpuruk.
Budaya flexing ini (pamer) tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, tapi menjalar dilakukan oleh banyak keluarga pejabat.
Dunia media sosial yang begitu dinamis, dapat dengan cepat memberitakan kasus flexing oleh para pejabat dan keluarganya, yang akhirnya publik pun paham dan mengambil kesimpulan sendiri, dari mana uang yang didapatkan untuk membeli barang-barang mewah yang sering dipamerkan tersebut, sementara gaji mereka dapat ditaksir besaran rupiahnya.
Dana gratifikasi (suap) dan pencucian uang kerap dilakukan untuk menutupi jumlah kekayaan yang mereka miliki. Yang akhirnya membuat KPK harus bergerak cepat mengusut tuntas aliran dana yang terjadi.
Sejatinya, orang yang melakukan flexing adalah orang yang merasa tidak percaya diri/ rendah diri (insecure) dan keberadaannya ingin diterima atau diakui di tengah-tengah masyarakat bahwa dia memiliki barang-barang mewah dan mampu untuk membeli barang mahal. Diantara mereka, bahkan ada yang merasa puas ketika sudah memamerkan barang-barang mewah miliknya tanpa mempedulikan perasaan dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar.
Islam tidak melarang umatnya untuk memiliki harta yang banyak yang tentunya dihasilkan dari jalan yang halal. Tetapi Islam melarang umatnya untuk pamer kemewahan karena khawatir terjerumus ke dalam riya yang tidak diridai Allah.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, seperti berlomba-lomba dalam bershodaqoh yang pernah dilakukan oleh para shahabat Rasulullah saw. Dengan menginfakkan unta dan barang tunggangannya untuk jihad fi sabilillah dan lain-lain.
Hidup sederhana dan qonnah dan tidak berfoya-foya seyogyanya dimiliki oleh keluarga muslim karena berfoya-foya adalah ajakan sesat setan yang akan merugikan manusia.
Mari kita bersama tumbuhkan rasa empati terhadap sesama manusia dengan ikhlas memberi dan berbagi tanpa pamrih tanpa riya. Bukan dengan pamer harta dengan gaya hidup mewah yang justru akhirnya akan merugikan diri sendiri dan keluarga.
Wallahu a'lam.