Akses Air Bersih Sulit, Butuh Solusi Konkrit.



Oleh: Yeni Rifanita, S.Pd
 (Aktivis Muslimah Lubuklinggau)



Warga perumahan Permata Permai kelurahan Batu Urip memprotes akibat sulitnya mendapatkan akses air bersih. Pasalnya PDAM yang menjadi andalan satu-satunya bagi mereka untuk mendapatkan air bersih, kerap kali mati bahkan hingga puluhan jam. Disisi lain, warga tetap di wajibkan membayar iuran tiap bulannya, padahal hak mereka tidak terpenuhi dengan layak. Menanggapi hal ini pihak PDAM tidak terlalu merespon protes warga, bahkan membuat ribuan alasan mulai dari pipa PDAM yang rusak dan lumpur yang banyak ungkap Eko salah satu warga di perumahan permata permai. (Tribunnews.com/07-05-2024)

Air merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, tiada air maka tiada pula kehidupan. Air digunakan hampir dalam segala kegiatan sehari-hari, mulai dari memasak, membersihkan rumah, mandi, mencuci dll. Ini merupakan kegiatan harian yang tidak bisa di dilewati karenanya air menjadi sangat penting untuk warga. Mustinya air tidak sulit di akses warga karena Lubuklinggau sendiri merupakan daerah dengan debit air sungai yang cukup tinggi apalagi di musim penghujan. Bahkan beberapa kelurahan di Lubuklinggau merupakan langganan banjir seperti Mesat jaya, mesat Seni, watervang dan batu Urip. Jadi, semestinya tidak sulit bagi kota Lubuklinggau untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga nya.

Jika alasan PDAM bahwa sering matinya saluran air dikarenakan pipa yang bocor, musti nya masalah teknis seperti ini cepat diselesaikan oleh perusahaan besar sekelas PDAM. Perlu ditangani dengan cepat, tidak bisa dibiarkan berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Tidak ada salahnya jika pengecekan terhadap fasilitas-fasilitas yang menunjang penyaluran air bersih pada warga dicek rutin, di rawat dan di perbaiki segera jika rusak.

Keluhan sulitnya akses air bersih sebenarnya bukan kali pertama ini saja. Sering kali keluhan sulitnya mendapatkan air bersih ini dikeluhkan warga di media sosialnya. PDAM yang kerap mati, lalu ketika hidup air yang keluar bewarna seperti air kopi susu bahkan lebih pekat. Tak jarang pula air berbau dan disertai lumpur. Rasanya sudah jadi makanan sehari-hari bagi penulis mendengar keluhan warga ini baik di laman FB maupun WA.

Artinya pelayanan dan penyediaan air bersih terhadap warga masih setengah hati dijalankan oleh si empunya kebijakan. Jikalau tidak lalu mengapa kejadian ini berlarut-larut tanpa ada penyelesaian dan solusi yang melegakan warga.

Inilah ciri penerapan sistem kapitalis dalam urusan pelayanan. Lamban, berbayar dan tidak profesional.

Dalam Islam, air merupakan kepemilikan umum yang tidak boleh di komersil kan baik oleh individu maupun negara. Air bisa didapatkan dengan mudah dan cuma-cuma.
hadist Rasulullah Saw: "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Hadits tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu ataupun swasta.

Pengolahan air di lakukan oleh negara sebagai perwujudan pelayanan, bukan untuk di komersil kan. Layanan air bersih ini merupakan manifestasi dari keberadaan pemimpin sebagai raa'in (pelayan) dan junnah (perisai).

Sosok pemimpin dan istrinya yang bisa di jadikan inspirasi dalam pelayanan kepada ummat salah satunya adalah di masa kekhilafahan Abbasiyah, di masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid jamaah haji dan umrah sempat mengalami kesulitan akses air, hal ini di sebabkan oleh kemarau yang berujung kekeringan. Melihat hal tersebut istri Khalifah yakni Amatul Aziz atau yang dikenal dengan sebutan Ratu Zubaidah, merasa gusar. Ia pun akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah bendungan sepanjang 30km membelah perbukitan batu dan bendungan ini dibangun sepanjang perbatasan kuffah dan Mekah yang merupakan jalur utama jama'ah haji dan umrah. Ia merogoh biaya pembangunan bendungan dengan uang pribadinya, tak tanggung-tanggung ia sumbangkan 5000 kg emas untuk pembangunan bendungan ini. Walhasil, air bersih tidak hanya bisa kembali didapatkan oleh jamaah haji dan umroh melainkan juga menjadi fasilitas terbesar bagi masyarakat dalam mendapatkan air bersih sepanjang tahun tanpa khawatir kekeringan. Bendungan ini pun dikenal dengan nama mata air Zubaidah. MasyaAllah inilah sosok pemimpin dan istrinya yang mengedepankan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi mereka.

Lalu pertanyaan, Masih adakah sosok pemimpin seperti beliau di masa sekarang?

Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak