Oleh: Zahrul Hayati
Bila Ramadhan yang pergi pasti akan kembali, tapi bila kita yang pergi tak akan pernah kembali lagi.
Maka beruntunglah orang-orang yang mendapati Ramadhan dan ia pergunakan itu untuk meraih sebanyak-banyaknya amal shalih. Sebab berjumpa dengan Ramadhan adalah merupakan kenikmatan yang sangat besar. Maka selayaknya seorang muslim benar-benar memanfaatkan ini dan ia tidak akan sia-siakan.
Ramadhan hampir finish, pergi berlalu meninggalkan kita. Nuansa Idul Fitri juga sudah mulai ditunggu-tunggu.
Saatnya yang tinggal kita raih ke menangan bangkit menuju perubahan yang hakiki.
Ketika Ramadhan lantunan ayat - ayat suci Al-Qur'an terdengar dimana - mana, Tadarusan di Masjid, di rumah, dan juga di televisi, berlomba - lomba mengkhatamkan Al-Qur'an, pakaian syar'i pun mulai ditampakkan dalam kesehariannya. Dipenghujung Ramadhan bersama sholat tahajud berharap bertemu dengan Lailatul qadar malam yang lebih baik dari malam seribu bulan.
Menggapai Lailatul Qadar.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abu Suhail, dari bapaknya, dari Aisyah Ra, bahwa Rasulullah bersabda,
"Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang terakhir dari Ramadhan (HR. Bukhari no 1878)
Bagaimana Dengan Ramadhan Terakhir mu?
Sebuah Kepastian "bahwa hari ini takkan pernah kembali lagi".
Penting bagi kita semua agar memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Allah seakan-akan bahwa Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir kita.
Fakta Kondisi Muslim Internasional
Sejumlah besar pemukim Israel menyerbu Masjidil Aqsha pada Senin waktu setempat 10 April 2023 para pemukim juga membatasi masuk jama'ah Palestina kedalam masjid dan mencegah kaum muda masuk masjid, menurut laporan Wafa.
Bukan hanya itu, fakta yang memilukan tentang kondisi saudara kita ketika melaksanakan sholat tarawih di Masjidil Aqsha Palestina mereka ditembak, dipukuli dan diusir keluar. Astaghfirullah mereka menahan pedihnya kebengisan laknatullah Israel.
Mengapa kejahatan Israel terus berulang? Apakah para pemimpin dunia Islam hanya memberikan aksi retorika minus tindakan nyata?.
Bukan hanya di Palestina, Bahkan Uighur Cina, Kasmir, Rohingya, Suriah, dsb. Masih mendapat perlakuan yang sama dari para kaum kafir harbi yang menjadi musuh Islam. Ya Rabb padahal mereka di luar sana tetaplah saudara kita yang wajib kita pertahankan tumpah darahnya karena Islam itu Hifdzunafs (melindungi manusia)
Dampak Sekulerisme
Sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang menjadi asas sistem kapitalisme. Yang mana sistem ini secara nyata menolak pengaturan agama dalam bidang sosial seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik. Selain itu kapitalisme ialah sistem yang tidak memanusiakan manusia, pasalnya dalam sistem ini segala kebijakan hanya bertumpu pada pemilik modal (kapital) yang merupakan segolongan pembisnis yang berdiri di belakang penguasa. Karenanya muslim yang masih memegang erat sekulerisme merekalah yang benar - benar gagal mengikuti Akademi Ramadhan, berakhir dengan kesia-siaan. Mirisnya hal demikian selalu berulang setiap tahun. Apakah Ramadhan hanya sebagai skorsing ketaatan sementara baik untuk individu, masyarakat, dan negara?. Padahal Ramadhan hadir bukan tanpa maksud, melainkan Allah menginginkan setiap muslim untuk bisa muhasabah diri. Terlebih negara dan para penguasa yang cukup lama mengabaikan hukum Allah.
Makna Kemenangan Hakiki.
Ketika individu, masyarakat dan negara bertakwa kepada Allah SWT.
Kemenangan sama dengan Ketakwaan.
Kemenangan bearti muslim telah berhasil menyandang status sebagai Muttaqin yakni orang yang bertaqwa sebagaimana disyaratkannya puasa Ramadhan Allah berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(Al- Baqarah : 183)
Apa yang disebut dengan takwa? Imam ath - Thabari, saat men afsirkan ayat diatas, antara lain mengutip Al - Hasan yang menyatakan "Orang - orang yang bertaqwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka."(Ath - Thabari, Jami' al Bayan li Ta'wil al - Qur'an, 1/232 -233)
Kemenangan = Hasil Perjuangan.
Sudahkah muslim menang?
Apakah kita umat muslim sudah meraih kemenangan?
Mungkin sudah secara individu, namun apalah arti ketakwaan dan diri sendiri, jika diluar sana masih banyak yang bermaksiat. Padahal tak ada yang menjamin setiap muslim tidak akan terjerumus pada kemaksiatan lagi.
Layaknya film zombie, yang hanya satu orang muslim yang sehat, sedangkan sisanya zombie yang sedang mengintai jiwanya. Mengerikan, sedangkan kebahagiaan dunia akan muslim rasakan jika hukum Allah sempurna diterapkan mulai dari aturan individu, masyarakat, hingga negara. Maka akan terwujud yang namanya izzul Islam wa muslim (kemuliaan untuk Islam dan muslim), karena jika muslim mengabaikan hukum Allah atau enggan berdakwah menyeruhkan Islam kaffah ditengah umat dan penguasa. Maka akan dapat kehinaan di dunia dan akhirat. Sengsara karena diatur oleh hukum buatan manusia kapitalisme dan di akhirat mendapat dosa karena mengabaikan hukum Allah. Nauzubillah semoga anda bukan termasuk orang yang Allah hinakan.
Meraih Kemenangan Hakiki
Akademi Ramadhan yang sudah berlalu merupakan pendidikan ketaatan. Maka idealnya bagi setiap muslim dapat mempertahankan ghirah ketaatan di sebelas bulan setelah Ramadhan, karena inilah perang yang sesungguhnya, sebab syetan sudah bebas berkeliaran layaknya napi yang dapat asimilasi. Maka keamanan iman muslim mulai terancam. Raih kemenangan dengan berIslam secara kaffah, jadi hakikat kemenangan itu kesungguhan berjuang dalam taat menjauhi segala yang dilarang dan melaksanakan yang diperintahkan dengan mengharap keridhoan Allah dan berusaha wujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan Islam kaffah. Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah - langkah syetan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagi mu." ( Al Baqarah 2: ayat 208).
Konsekuensi iman ialah taat syariat secara Kaffah. Kita harus lebih meningkatkan energi untuk taat kepada syari'at dan mengamalkannya secara keseluruhan. Itulah makna kemenangan hakiki. Namun semua itu tidak bisa terwujud secara individu atau masyarakat saja, melainkan ummat membutuhkan peran negara, yakni Khilafah.
Wallahu a'lam bishowwab.
Tags
Opini