Oleh : Salsabila Ats Tsauri
Setelah pandemi covid-19 mereda, Indonesia kembali diwarnai dengan euforia konser atau festival musik lainnya. Sejak akhir tahun 2022 hingga saat ini, negeri kita sudah ramai dengan berbagai konser, baik dari artis luar negeri, maupun artis dalam negeri.
Indonesia menjadi target empuk bagi pasar konser musik, salah satunya dalam dunia K-Pop. Hal ini juga terlihat dari antusias masyarakat indonesia dalam salah satu konser K-Pop, yaitu konser Blackpink yang bertajuk 'WORLD TOUR [BORN PINK]' di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada tanggal 11-12 Maret lalu.
Antusias para penggemar juga nampak melalui konten-konten di sosial media yang memperlihatkan bagaimana mereka menyambut konser tersebut, mulai dari berburu tiket konser atau dikenal dengan istilah fanwar dengan harga tiket yang bisa menghabiskan jutaan rupiah, membeli pakaian baru untuk digunakan saat konser, membeli lightstick, dan printilan K-Pop lainnya, bahkan juga tak sedikit penggemar yang membeli handphone baru untuk merekam idola mereka. Dari sini, sangat jelas bahwa arus budaya luar tersebut membawa para pemuda menjadi konsumtif dan hedonis.
Para pemuda yang seharusnya menjadi harapan besar bangsa dan tonggak kebangkitan, justru kini tengah disibukkan dengan hal-hal yang melenakan.
Di sisi lain, para pemuda yang masih giat untuk menimba ilmu agama, datang ke majelis-majelis ilmu, justru mendapatkan stigma-stigma buruk di masyarakat. Bahkan, tak segan untuk melakukan pembubaran, seperti pada pengajian Ustadz Hanan Attaki yang dibubarkan di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura pada Minggu (12/2/2023).
Para pemuda saat ini, seperti buih di lautan yang jumlahnya banyak sekali tetapi lemah, tidak punya kekuatan, dan tidak punya keberanian. Namun, kemunduran para pemuda saat ini juga tak lepas dari peran negara.
Dalam konser Blackpink, negara memberikan dukungan penuh dengan izin digelarnya konser menggunakan (menyewa) GBK, dan negara juga mengerahkan lebih dari 1.000 personel untuk pengamanan. Tak hanya itu, dalam cuitan twitter akun pribadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno juga menyampaikan dukungannya terkait konser Blackpink yang juga menguntungkan pelaku UMKM yang memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat berbagai macam merchandise dan dijual secara offline maupun online.
Dari sini, bisa kita simpulkan bahwa negara tidak memiliki pembinaan yang jelas untuk para pemuda. Entah akan dibawa ke mana nasib generasi selanjutnya dengan kebijakan yang tidak jelas arahnya. Para pemuda yang ingin datang ke pengajian untuk menimba ilmu, justru tidak diberikan dukungan seperti yang negara berikan kepada pelaksana konser-konser di Indonesia.
Berbeda dengan Islam yang memiliki visi yang jelas untuk melakukan pembinaan terhadap generasi pemuda. Islam hadir bukan hanya sebagai agama semata, namun juga dengan seperangkat aturan yang jelas arahnya.
Pembinaan generasi dalam Islam ini sebagaimana dengan firman Allah Taala dalam QS Ali Imran: 110,
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Islam memiliki tujuan yang jelas, yaitu menjadikan generasi muda menjadi umat terbaik yang berkepribadian Islam dengan dasar pendidikan berupa akidah Islam. Tak hanya unggul dalam tsaqafah Islam, melainkan juga unggul dengan ilmu-ilmu sains. Sehingga, menghasilkan generasi muda yang bertakwa dan sekaligus unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Para pemuda akan disibukkan dengan menuntut ilmu, beribadah, menghafalkan Al-Qur’an, hadits, melakukan penelitian, membentuk skill mujahid, dan berbagai kegiatan sejenis yang linier dengan tujuan membentuk sosok berkepribadian Islam. Sehingga, para pemuda dalam negeri Islam tidak akan terjebak dalam budaya hura-hura, konsumtif, dan hedonis. Usia mereka akan produktif untuk melakukan kebaikan dan menyebarkannya.
Dengan demikian, para pemuda dalam perisai negeri Islam akan menjadi generasi terbaik yang dapat menuntaskan janji Rasulullah saw. untuk membebaskan Roma di masa mendatang. Insyaallah.